Komunitas Menguatkan Perempuan Hadapi Krisis Pandemi

 Komunitas Menguatkan Perempuan Hadapi Krisis Pandemi

KORANBERNAS.ID,JOGJA-- Para perempuan mengalami kesulitan besar selama pandemi Covid-19. Padahal mereka memiliki peran dalam menguatkan keluarga dalam menghadapi krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

"Ini merupakan tanggung jawab yang cukup berat bagi mereka. Untuk itu penguatan  dan pembekalan harus dilakukan agar perempuan semakin optimis,kuat  dan tetap bersemangat melewati  pandemi," ujar Ketua komunitas Cerita Tentang Perempuan (Cetar) Yogyakarta, Miftah Bacria Sa'adah dalam "Jambore Cetar 2022" mengambil tema “Optimalisasi keluarga di era society 5.0 ", Rabu (2/3/2022) malam. 
      
Karenanya fungsi komunitas perempuan menjadi strategis untuk dapat menguatkan perempuan. Melalui kebersamaan anggotanya, perempuan berbarengan menghadapi semua krisis selama pandemi.

Sebab pandemi berdampak hampir ke segala lapisan masarakat termasuk kaum perempuan. Mereka terdampak cukup besar, karena  tugas perempuan menjadi lebih  kompleks selamamasa pandemi ini,

"Kita tidak tahu kapan  akan berakhir. Kita tetap harus terus  bergerak agar nadi kehidupan tetap terus berdenyut, pastinya dengan  menjalani protokol kesehatan (Prokes),"katanya. 
 
Sementara "Sementera  Rani Sjamsinarsi, panesehat Cetar mengatakan  bahwa dalam Era Society 5.0 manusia  diharapkan dapat  menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial. Salah satunya dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 yang  berfokus pada teknologi. 
    
"Society 5.0 ini diciptakan untuk melayani kebutuhan dan membantu kegiatan  manusia, agar hidup  lebih nyaman. Tentunya  pada era ini ada beberapa kemampuan yang sangat dibutuhkan, antara lain  kemampuan kognitif, softskill dan teknolog,"katanya.
     
Rani mengungkapkan kemampuan kognitif perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah yang kompleks. Perempuan harus memiliki kemampuan memahami sesuatu dan  berpikir kritis. Selain itu dibutuhkan softskill untuk dapat berkomunikasi, berempati, mempunyai growth mindset dan adaptif.
    
Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan karena sebagian besar masyarakat masih terkaget-kaget  menjalani Revolusi Industri 4.0, Sebagai contoh banyak orang yang masih mudah tergoda danmudah percaya akan  iklan-iklan bisnis yg bersliweran di gadget.

"Akibatnya meski kadang tidak butuh akan barang yang ditawarkan, kita tetap  membelinya. Contoh  yang lain, kita kadang masih belum bisa memilah mana berita hoak  dan mana fakta, akibatnya tentu saja salah satunya menjadi banyak bergosip  ria yang bisa menjadi permasalahan sosial dalam lingkungan sosial kecil  maupun besar,"kata Rani.
     
Padahal disisi lain, sesungguhnya banyak peluang yang bisa kita ciptakan  dengan kemajuan teknologi saat ini, misalnya contoh kecil dalam bisnis  skala rumah tangga, tetap bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya besar. 

"Namun bagaimana memanfaatkan kemajuan IT tadi  dan memasarkan produk secara online," ujarnya. (*)