50 Persen Penunggu Pasien di Sardjito Kesulitan Makan

50 Persen Penunggu Pasien di Sardjito Kesulitan Makan

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Selain rasa jenuh, keluarga pasien yang menunggui di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, selama ini ternyata juga kesulitan memenuhi kebutuhan makan. Mereka umumnya harus keluar dari rumah sakit atau ke warung kuliner di sisi utara rumah sakit.

Ya kalau pas waktunya senggang gak papa, Mas. Meskipun lumayan jauh juga. Tapi jadi merepotkan, kalau yang sakit pas gak bisa ditinggal. Terpaksa menahan lapar,” kata Zein yang menunggu pamannya di Ruang Rawat Inap 1 RSUP Dr Sardjito.

Zein dari Purwokerto sejak Rabu (12/2/2020) lalu mendapat giliran menunggui pamannya yang menderita leukemia, dan harus menjalani perawatan panjang di rumah sakit tersebut.

Bukan hanya Zein, keluarga yang menunggu saudara mereka yang sedang sakit, mengalami hal serupa. Rumah sakit terbesar di Yogyakarta ini memang memiliki kantin. Selain kantin, di sisi utara atau di luar lingkungan rumah sakit, juga terdapat fasilitas warung kuliner.

Tapi pada saat jam makan, kantin dan warung kuliner begitu ramai. Tak jarang mereka yang mau makan musti antre lama sebelum mendapat giliran dilayani oleh pemilik warung.

“Kadang was-was juga kalau meninggalkan pasien kelewat lama. Khawatir kalau perlu bantuan tiba-tiba,” kata Zein, Jumat (14/2/2020).

Zein, termasuk salah seorang penunggu pasien yang memanfaatkan FoodBox, layanan makan gratis yang diinisiasi oleh www.kitabisa.com bekerja sama dengan RSUP Dr Sardjito.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengakui kebutuhan makan selama ini menjadi salah satu persoalan bagi keluarga yang menunggui pasien.

Terlebih RSUP Dr Sardjito sudah menjadi rumah sakit rujukan nasional sehingga sekitar 50 persen pasien yang dirawat berasal dari luar DIY.

Kepada awak media, Banu mengungkapkan, persoalan tersebut sudah dirasakan sejak lama. Hal inilah, yang menggugah kesadaran dari para pegawai di lingkungan Sardjito menggalang donasi dan menyediakan makan gratis bagi keluarga pasien.

“Kami dulu meluncurkan program Jumat Barokah. Seluruh unit terlibat. Tapi kemampuan kami kan terbatas. Alhamdulillah, sekarang ada FoodBox ini. DIdukung oleh kitabisa.com dan Yayasan Sosrobahu. Ya mudah-mudahan bisa lebih maksimal,” katanya.

Desain FoodBox yang praktis dan mampu menampung 100 nasi dus setiap hari. (warjono/koranbernas.id)

Fara Devana selaku Public Relations kitabisa.com mengatakan, FoodBox di RSUP Dr Sardjito merupakan langkah lanjut setelah program serupa di RS Evasari dan RSCM Jakarta sejak Oktober 2019. Program di Yogyakarta ini merupakan yang pertama kalinya di luar Jakarta.

Selain 1 unit FoodBox di Sardjito, pihaknya juga menyediakan fasilitas serupa di Sekolah Singgah Kak Domby.

“Setiap hari, mulai Senin hingga Jumat, kami sediakan 100 paket nasi dus di Sardjito dan 80 dus di Sekolah Singgah Kak Domby Yogyakarta. Semua gratis,” kata Fara.

Untuk Sardjito, FoodBox ditempatkan di depan Ruang Rawat Inap 1. Selain nasi dus, pihak rumah sakit juga menyediakan air mineral cuma-cuma.

FoodBox ini didesain sedemikian rupa, sehingga nasi dus akan tahan empat jam. Juga kita siapkan tempat khusus untuk siapa pun yang ingn mendonasikan uangnya guna mendukung program ini,” kata Fara memberi penjelasan.

Makanan akan disediakan oleh Yayasan Sosro Bahu yang telah sesuai standar kesehatan rumah sakit. Sedangkan desain FoodBox RSUP Dr Sardjito dibuat oleh Komikrukii, ilustrator asal Yogyakarta yang dikenal sering menyuarakan isu sosial melalui karyanya.

Pada desain mesin FoodBox, Komikrukii juga menyertakan barcode yang memungkinkan bagi siapa saja untuk dapat berdonasi langsung mendukung program ini.

Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr Sardjito, Rini Sunaring Putri M Kes, mengatakan sebagai tempat yang memberikan jasa pelayanan kesehatan, RSUP Dr Sardjito melihat kesehatan keluarga pasien menjadi aspek yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.

Sempitnya kesempatan untuk meninggalkan pasien serta sulitnya biaya makan, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi keluarga pasien. “Kolaborasi kami ini, adalah bentuk pelayanan untuk meringankan beban keluarga pasien,” katanya. (sol)