Akses Sibakul Semakin Luas Menjangkau Kampung Wisata

Akses Sibakul Semakin Luas Menjangkau Kampung Wisata

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop UKM) DIY terus berupaya memperluas akses Sibakul Jogja. Tak hanya wilayah perdesaan, aplikasi milik Pemda DIY itu juga menjangkau kawasan kampung wisata.

Salah satunya adalah kampung turis Prawirotaman dan Tirtodipuran. Dua kampung itu perlu digenjot Sibakul mengingat banyak wisatawan menginap dan beraktivitas wisata di kawasan tersebut.

“Harapannya wisatawan tidak hanya sekadar tidur tetapi bisa menikmati kuliner di sini. Tidak hanya dikonsumsi di hotel tetapi juga bisa dibeli untuk oleh-oleh,” ungkap Srie Nurkyatsiwi, Kepala Dinas Koperasi UKM DIY.

Setidaknya, langkah tersebut diawali dengan digelarnya Sarasehan Sibakul, Senin (20/3/2023), di Jenggleng Cafe Jalan Tirtodipuran 18 Mantrijeron Kota Yogyakarta.

Tema talkshow kali ini adalah Pemberdayaan UMKM melalui Kewirausahaan Desa. Adapun narasumber Anggota DPRD DIY, Sinarbiyatnujanat, Kadiskop UKM DIY Srie Nurkyatsiwi, Lurah Patehan Gunawan Sigit Putranto serta Owner Kelas Juragan sekaligus Pimpinan Redaksi Zona Jogja, Azam Sauki Adham.

Lebih lanjut, Srie Nurkyatsiwi menyatakan wisatawan tidak perlu ragu-ragu memesan produk melalui Sibakul.  Khusus untuk kuliner yang saat ini memang paling banyak dicari oleh wisatawan, produknya dijamin aman dikonsumsi.

Ini karena pelaku UMKM yang tergabung dalam Sibakul produk sudah ada pendampingan dari Balai POM serta Dinas Kesehatan.

Sekaligus, kata dia, inilah salah satu bentuk komitmen Dinas Koperasi UKM DIY memberdayakan UMKM pada wilayah perdesaan untuk mendukung pemulihan ekonomi secara komprehensif dan skema pengelolaan desa mandiri budaya.

Ditanya wartawan mengenai perkembangan Sibakul, dia menyampaikan awalnya jumlah anggota hanya 2.000,  di luar dugaan sekarang berkembang menjadi 350 ribu. Ini sebagai pertanda Sibakul memang sangat diperlukan.

Yang pasti, kata dia, Sibakul bermanfaat untuk pendataan sekaligus pembinaan dan pendampingan UMKM. Misalnya, semula mereka belum punya NIB (Nomor Induk Berusaha) kini sekarang sudah memiliki.

Selain itu, dari aspek legalitas produk juga terjamin dengan adanya PIRT terutama usaha kuliner. Satu paket yang melekat dengan fasilitasi PIRT itu adalah packaging maupun label halal.

Sedangkan dari aspek digitalisasi keuangan, Srie Nurkyatsiwi menambahkan, sebagian besar yang bergabung dengan Sibakul sudah punya QRIS untuk transaksi nontunai alias cashless. “Terus kita tingkatkan agar UMKM naik kelas,” kata dia.

Diakui, wisatawan yang mengakses Sibakul rata-rata masih di Kota Yogyakarta dan Sleman. Sedangkan Kulonprogo dan Gunungkidul masih kurang karena faktor tempat serta fasilitasi wifi maupun minimnya aplikasi pendukung jasa pengiriman seperti Gojek dan atau Grab.

Khusus untuk dua kabupaten itu, Dinas Koperasi UKM DIY bersinergi dengan Kantor Pos sehingga saat ini di Kulonprogo maupun Gunungkidul pengguna Sibakul sudah meningkat.

“Kita mendekatkan pada kebutuhan UMKM, pasti tak bisa langsung jadi dan kita terus evaluasi seiring dengan tumbuhnya sistem ini,” kata dia.

Di tempat yang sama, Sinarbiyatnujanat menyatakan sepakat perlu berbagai upaya untuk memasyarakatkan Sibakul di seluruh wilayah DIY.

“Harapan kami ke depan tidak ada lagi UMKM tidak mengerti program Sibakul. Ini untuk kepentingan UMKM sekaligus dalam rangka pendataan,” ujarnya kepada wartawan.

Harapannya pula, dengan data itu Dinas Koperasi UKM DIY mengetahui secara pasti klasifikasi UKMK mulai dari mikro hingga menengah. Dengan begitu, program Pemda DIY dalam hal ini Dinas Koperasi UKM ke depan lebih tepat sasaran sesuai kebutuhan klasifikasi UMKM.

Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY ini sepakat Dinas Koperasi UKM DIY harus memperbanyak kegiatan sosialisasi untuk mengenalkan Sibakul Jogja kepada masyarakat secara lebih luas.

“Perlu ada kegiatan sosialisasi, seperti ini salah satunya, dalam rangka mensyiarkan dan menyebarluaskan informasi tentang adanya Sibakul ke seluruh wilayah DIY,” tandasnya. (*)