Anggota MPR Ajak Dai Tanggulangi Radikalisme

Anggota MPR Ajak Dai Tanggulangi Radikalisme

KORANBERNAS.ID – Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari unsur Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan DIY, Cholid Mahmud, mengumpulkan para dai, tokoh masyarakat, pemuda, aktivis mahasiswa, organisasi masyarakat maupun penyelenggara lembaga pendidikan.

Melalui kegiatan Sosialisasi Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang berlangsung Rabu (27/11/2019) malam di Ruang Serba Guna Gedung DPD RI Perwakilan DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta, mereka diajak berdiskusi seputar penanggulangan radikalisme.

Kepada media di sela-sela acara yang dihadiri 100 orang peserta itu, Cholid menegaskan radikalisme bisa muncul dari agama apa saja. Itu sebabnya radikalisme harus dipandang secara proporsional.

“Jadi tidak hanya agama Islam saja tetapi bisa di mana saja di dunia ini. Kita bisa melihat perilaku-perilaku radikal bisa terjadi di mana-mana. Secara umum ini merupakan sesuatu yang memang harus kita kembalikan lagi ke perilaku yang normal,” ungkapnya.

Mantan anggota DPRD DIY ini menjelaskan, isu radikalisme mencuat kembali usai pelantikan anggota Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Secara lisan Presiden menugaskan Menteri Agama untuk menanggulangi gerakan radikalisme. Di masyarakat isu tersebut belum cukup dipahami secara baik.

“Masyarakat masih mempertanyakan apa yang dimaksud dengan radikalisme, keberadaannya di mana, siapa yang dianggap radikal. Mengapa isu ini sering dikaitkan dengan aktivitas umat Islam,” paparnya.

Cholid Mahmud. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Dia sepakat, masyarakat perlu memahami radikalisme agar tidak terjadi salah pemahaman. Dengan begitu masyarakat bisa menempatkan masalah ini secara proporsional.

“Maksud acara untuk mendapatkan masukan dan pemikiran menanggulangi gerakan radikalisme. Kami berharap dari acara ini dihasilkan pemahaman mengenai radikalisme yang benar sehingga para peserta bisa menyikapi dengan baik masalah ini,” tambahnya.

Radikalisme adalah pemahaman keagamaan secara ekstrem dan berlebihan sehingga yang bersangkutan keluar dari apa yang seharusnya diajarkan oleh agama itu sendiri.

Dalam konteks ini, lanjut dia, sebagai seorang muslim dirinya bersama semua unsur bangsa yang lain berusaha menghindarkan masyarakat dari pemahaman-pemahaman yang cenderung menyimpang dari agama yang seharusnya.

“Agama itu isinya lurus. Radikalisme itu cenderung berlebihan. Kita berusaha mengembalikan pemahaman masyarakat kita mengenai nilai-nilai masing-masing agama,” kata dia. (sol)