Angka Kematian Sleman Tinggi, 96 Pasien Meninggal Saat Isoman

Angka Kematian Sleman Tinggi, 96 Pasien Meninggal Saat Isoman

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Meski mengalami tren menurun, kasus Covid-19 di Sleman tetap perlu diwaspadai. Dari data, rentang 1-25 Agustus 2021 jumlah kematian akibat Covid-19 masih mencapai 542 orang. Sebanyak 96 pasien meninggal saat isoman. Sedangkan 446 lainnya meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit.

Untuk itu, Pemkab Sleman mengingatkan, agar pasien Covid-19 yang melakulan isolasi mandiri (isoman) agar segera pindah ke Isolasi Terpusat (Isoter). Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi kasus kematian pasien saat menjalani isoman. Apalagi, tingkat keterisian pasien di Isoter masih rendah hanya mencapai 27,62% dari total kapasitas sebanyak 679 pasien.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Cahya Purnama mengaku prihatin dengan masih tinggi kasus kematian akibat Covid-19. Padahal Pemkab Sleman sudah berupaya keras dan melakukan berbagai strategi, bukan saja agar kasus Covid-19 terkendali, tapi juga agar kasus kematian bisa ditekan seminim mungkin.

“Dari kajian kami, masih tingginya tingkat fatalitas atau kematian pasien Covid-19 salah satunya akibat pasien enggan menjalani isolasi di Isoter. Tingkat fatalitas atau kematian di Sleman masih 4,4 di atas nasional. Itu salah satunya karena keengganan pasien ke Isoter. Padahal sekarang ini kami mengoperasikan tujuh lokasi Isoter di Sleman. Yakni Asrama Haji, Rusunawa Gemawang, Asrama UII, Asrama Unisa, Rusun BBWSO, Rusun UNY dan PIAT UGM dengan jumlah kamar sebanyak 679 buah,” katanya, Kamis (26/8/2021).

Cahya mengatakan, keterisian Isoter di Sleman baru sekitar 59 orang atau tersisa sekitar 320-an kamar. Padahal sampai saat ini sekitar 4.832 pasien masih menjalani isoman di Sleman.

Cahya berharap masyarakat lebih peduli dan waspada dengan Covid-19. Terutama mereka yang berusia di atas 40 tahun dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Sekalipun gejalanya mungkin ringan, akan lebih baik kalau mereka menjalani isolasi di Isoter. Dengan isolasi di Isoter, setiap perkembangan dari penyakit bisa dipantau dengan lebih seksama.

“Juga perempuan hamil, sebaiknya menjalani isolasi di Isoter. Jangan di rumah. Agar bisa dipantau dengan lebih baik dan harapannya dapat mengurangi risiko fatalitas. Apalagi kami juga memiliki Isoter khusus untuk pasien komorbid dan ibu hamil,” katanya.

Menurut Cahya, penyakit ini tidak bisa diprediksi jika pasien ternyata punya penyakit gula, jantung atau komorbid lainnya.

“Tiba-tiba bisa menyerang mendadak karena menimbulkan seperti cairan yang sangat banyak. Kalau banyak cairannya maka penyelesaiannya sulit. Tapi kalau terpantau di Isoter penurunan saturasi bisa segera dirujuk, jangan sampai bergejala berat baru dirujuk,” kata Cahya.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan mengatakan dari tujuh lokasi Isoter di Sleman mulai Asrama Haji, Rusun Gemawang, Asrama UII, Asrama Unisa, Rusun BBWSO, Rusun UNY dan PIAT UGM jumlah kamarnya mencapai 679 kamar. Tujuh isoter tersebut saat ini terisi 187 pasien.

“Jadi masih tersisa 551 bed,” katanya.

Berdasarkan data, kematian pasien Covid-19 di Sleman terus mengalami penurunan. Total pemakaman yang dilalukan tim sejak 1-25 Agustus sebanyak 542 jenazah. Dari sejumlah itu, sebanyak 96 pasien meninggal saat isoman dan 446 pasien meninggal di rumah sakit.

Makwan berharap agar pasien yang menjalani Isoman bersedia pindah ke Isoter agar mudah dilakukan pengawasan. “Kalau di Isoter pasien mendapatkan pengawasan lebih. Kapasitas Isoter lebih dari cukup untuk menampung pasien yang akan menjalani perawatan di Isoter,” tandasnya. (*)