Angka Stunting di Sleman Membaik

Angka Stunting di Sleman Membaik

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Guna mencapai tumbuh kembang yang optimal bagi anak, setidaknya dibutuhkan tiga hal. Pertama, pemberian gizi yang cukup dan seimbang. Kedua, orang dewasa yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian, perlindungan dan jaminan keamanan. Ketiga, adanya kesempatan serta lingkungan yang mendukung untuk mengembangkan keterampilan sensorik dan motorik anak.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), dr Mafilindati Nuraini M.Kes, pada acara Smart Sharing bertajuk “Program Kerjasama Penurunan Angka Stunting di Indonesia” di Kantor Kapanewon Godean, Senin (12/4/2021).

Linda menjelaskan, angka stunting di Kabupaten Sleman mengalami perbaikan. Pada tahun 2017 angka stunting di kabupaten Sleman sebesar 11,99 persen, kemudian turun menjadi 8,38 persen pada tahun 2019. Kemudian pada tahun 2020 turun lagi menjadi 7,24 persen.

Menurutnya, faktor pendorong keberhasilan pencapaian ini salah satunya karena tersedianya regulasi Perbup Nomor 38 tahun 2015 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Selain itu, lanjut Linda, juga adanya Perbup Nomor 27 tahun 2019 tentang Program Percepatan Penanggulangan Balita Stunting.

Beberapa inovasi untuk mencegah bayi mengalami stunting, mulai dari Gerakan Tanggulangi Anemia Remaja dan Thalasemia (Getar Thala), Pelayanan Antenatal Care Terpadu Menuju Triple Eliminasi Menuju Semua Layanan (Pandu Teman), Pecah Ranting (Pencegahan Pada Rawan Stunting) dan Gambang Stunting (Gerakan Ajak Menimbang Cegah dan Atasi Stunting).

“Kabupaten Sleman juga menggalakkan adanya konselor ASI dan motivator Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) terlatih di 25 Puskesmas dan beberapa rumah sakit," tutur Linda.

Untuk menekan angka stunting, jumlah kader kesehatan juga terus ditingkatkan, sehingga jumlahnya bisa mencukupi dan terlatih dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan membantu pelaksanaan kegiatan.

Sementara Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo Sp.OG (K), mengatakan 1.000 hari pertama sejak awal kehamilan adalah masa-masa krusial untuk mencegah terjadinya stunting. Menurutnya, pada masa-masa itu ibu hamil harus rutin mengkonsumsi makanan mengandung gizi dan selalu berkonsultasi dengan dokter.

Lebih lanjut mantan bupati Kulonprogo itu menyebutkan, bayi yang sehat ketika dilahirkan memiliki panjang kurang lebih 48 cm dan berat 2,5 kilogram.

“Bayi stunting akan memiliki ciri fisik yang lebih pendek, intelektualnya juga kurang berkembang, serta akan mudah sakit ketika usia 40 tahun ke atas,” lanjut Hasto.

Pada acara tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan makanan bergizi dan APD bagi keluarga risiko stunting, dan penyerahan dukungan kampanye/KIE penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

Usai melakukan smart sharing, Kepala BKKBN RI beserta rombongan juga menghadiri kegiatan sosialisasi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) di Resto and Resort Westlake.

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, turut hadir sekaligus menerima secara langsung kedatangan Kepala BKKBN RI bersama rombongan dalam kegiatan sosialisasi tersebut.

Kegiatan sosialisasi tersebut juga melibatkan generasi muda yang terhimpun dalam sejumlah organisasi kepemudaan di wilayah Kabupaten Sleman.

Dalam kesempatan tersebut Kustini menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan kegiatan yang bermitra dengan generasi muda. "Pelaksanaan kegiatan ini merupakan langkah yang sangat strategis dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas," katanya.

Selain itu, dalam kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan dialog secara langsung tentang program percepatan penurunan stunting peran serta generasi muda dalam mewujudkan zero stunting. (*)