Bantul Dipastikan Bebas Rabies

Bantul Dipastikan Bebas Rabies

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Kasus kematian pedagang seputar Gereja Ganjuran, Yusnita Jamisih (70 tahun), warga Dusun Gresik, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, dipastikan bukan karena penyakit rabies akibat gigitan anjing. Yusnita dipastikan meninggal akibat hipertensi.

Kendati Yusnita bersama seorang pengunjung gereja, Agnes Kristanti, asal Karangpilang Surabaya sempat digigit anjing milik Sukirjo (62 tahun), warga Dusun Kaligondang, Desa Sumbermulyo, pada Jumat (24/01/2020) dan kemudian dilarikan ke RS Elizabeth pada pukul 19.00 WIB guna dilakukan pemeriksaan.

Untuk pasien bernama Agnes Kristanti dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang. "Sementara terhadap Yusnita Jamisih dilakukan pemeriksaan intensif dan tidak ada tanda-tanda penyakit rabies. Ibu Yusnita meninggal karena penyakit hipertensi yang telah diderita lama," kata Sekda Bantul, Drs H Hilmi Jamharis, saat jumpa pers di ruang kerjanya yang didampingi OPD terkait, Senin (27/01/2020) siang.

Atas kejadian tersebut, pihak keluarga pemilik anjing dan keluarga Yusnita sudah bertemu dan saling memaafkan. Kedua keluarga menyadari semua yang terjadi karena takdir Yang Kuasa. Pemilik anjing juga siap mengkarantina anjing peliharaanya tersebut agar tidak berkeliaran.

"Jadi kami tegaskan bahwa di Bantul tidak ada yang meninggal karena rabies," kayanya.

Menurut Sekda, Bantul sudah bebas rabies sejak tahun 1987. Selain itu Bantul juga bukan wilayah endemis rabies.

Pihaknya, lanjut Sekda, juga melakukan sosialisasi tentang rabies ke masyarakat, melaksanakan kegiatan vaksin antirabies dan upaya lain untuk mendukung jangan sampai rabies berjangkit di Bantul.

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Raharjo Mkes, mengatakan korban gigitan anjing telah menjalani rawat jalan dan diperbolehkan pulang.

"Satu pasien Yusnita meninggal Sabtu (25/01/2020) pagi pukul 06.00 WIB. Yang bersangkutan meninggal karena krisis hipertensi dengan tensi 210/130. Jadi bukan karena rabies seperti info atau broadcast yang beredar di publik," katanya.

Untuk mengetahui seseorang terkena virus rabies, kata Agus, secara medis harus dilakukan pemeriksaan dengan masa inkubasi 7 hari sampai 14 hari.

Waspada Antraks dan Corona

Sementara terkait penyakit Antraks, Sekda Bantul sudah meminta Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Disperpautkan) melakukan sisialisasi kepada masyarakat tentang penyakit hewan menular strategis, termasuk sosialisasi kepada para pedagang.

"Kami melakukan kewaspadaan dini juga dengan monitoring oleh Puskesmas dan Rumah Sakit guna mengetahui kemungkinan penularan Antraks di Kabupaten Bantul," katanya.

Karena Bantul punya Rumah Pemotongan Hewan (RPH), maka dilakukan pengawasan. Juga dilakukan pengawasan peredaran daging di pasaran, pengawasan lalu lintas ternak utamanya di perbatasan Bantul dan Gunungkidul. Serta membuat surat edaran ke kecamatan hingga lurah desa tentang kewaspadaan penyebaran penyakit Antraks.

"Kita juga melakukan sanitasi di RPH dan kandang-kandang kelompok ternak. Kita lakukan disinfeksi di pasaran ternak setelah hari pasaran. Misalnya di Pasar ternak Imogiri dan Pandak, bersama survailance dari Wates," katanya.

Diharapkan dengan langkah tersebut warga Bantul terjaga dari penyakit Antraks dan merasa nyaman, utamanya saat mengonsumsi daging sapi tidak perlu merasa was-was.

Sedangkan Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispeppautkan Bantul, Joko Waluyo, mengatakan dari hasil pemeriksaan di lapangan tidak ditemukan adanya virus Antraks, baik itu pada daging atau hewan ternak.

Sedangkan terkait virus Corona, Dinas Kesehatan Bantul memastikan tidak ada warga yang terjangkit di wilayah ini. "Kami Dinas Kesehatan Bantul sudah melakukan edukasi ke rumah sakit dan Puskesmas berkaitan kasus pneumonia," imbuh Agus Budi.

Juga pengawasan terutama kepada masyarakat yang pernah melakukan perjalanan ke negara yang terjangkit untuk antisipasi jangan sampai ada virus yang terbawa, utamanya ke negara yang terjangkit. “Kita waspadai ini bawa virusnya atau tidak. Ini yang kita awasi yang 14 hari terakhir ke negara terjangkit," kata Agus.

Ciri orang yang terjangkit virus Corona diantaranya demam disertai sesak nafas.

RSUD Panembahan Senopati, Bantul sudah memiliki ruang isolasi. "Kami sudah melakukan kesiapsiagaan dan juga melakukan simulasi untuk penanganan virus Corona," kata Agus Tri Widiantoro, Kabid Pelayanan Medis RSUD Bantul.

Mereka juga punya dokter spesialis paru jika ada masyarakat yang terkena gejala peneumoni dan juga perawat yang terlatih. (eru)