Belum Mengandung Setelah Menikah Enam Bulan, Ini Saran Dokter

Belum Mengandung Setelah Menikah Enam Bulan, Ini Saran Dokter

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Dr Muhammad Zaky Arda SPOG memiliki saran khusus untuk pasangan yang menikah di usia yang tak lagi muda. Mereka yang menikah di usia 35 tahun atau lebih, musti lebih peduli dengan tanda-tanda kehamilan. Manakala sudah 6 bulan menikah belum ada tanda-tanda hamil, sebaiknya mereka segera memeriksakan diri ke dokter.

“Iya kalau pasangan yang menikah di usia 35 tahun dan sudah 6 bulan sejak menikah koq belum mengandung, sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Perlu dicek apakah ada gangguan secara medis ataukah tidak. Kalau memang ada gangguan maka bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat,” kata dr Muhammad Zaky Arda, dalam sessi sharing bertema “Wonderful Moment #MenjemputImpian #TahunIniHamil” yang diselenggarakan oleh Morula IVF Yogyakarta, Jumat (28/7/2022) malam.

Dr Zaky mengungkapkan, faktor usia memang menjadi variabel yang penting bagi pasangan yang mengidam-idamkan memperoleh momongan. Semakin tua usia pasangan, maka secara medis potensi untuk mendapatkan kehamilan akan makin menurun. Sebab semakin berusia, kualitas sel telur dan sperma juga akan mengalami penurunan.

Dokter yang bertugas di Morula IVF Yogyakarta ini mengatakan, untuk pasangan yang menikah di usia belum 30 tahun, probabilitas mendapatkan kehamilan masih lebih tinggi asalkan tidak mengalami gangguan secara kesehatan.

”Maka untuk pasangan yang menikah sebelum 30 tahun, disarankan baru memeriksakan diri ke dokter apabila setahun dari menikah belum mengandung. Sedangkan yang menikah di usia 40 tahun terutama bagi pengantin wanitanya, sebaiknya langsung konsultasi ke dokter,” lanjutnya.

Ia mengatakan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kans atau potensi seorang wanita yang sudah berumah tangga mengandung, memang bervariasi. Selain kesehatan fisik, kondisi psikis juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Seseorang yang stres akan mengalami peningkatan kortisol. Hormon ini akan mengganggu hormon lain yang berfungsi untuk memproduksi sel sperma dan telur.

“Jadi, wanitta maupun pria yang mengalami stres tinggi, bisa terganggu siklus mentruasi dan kualitas spermanya juga akan menurun. Juga ada faktor makanan dan gaya hidup. Demikian juga obesitas. Berat badan berlebih pada seseorang akan mendorong suhu badan yang lebih tinggi sehingga berpengaruh juga ke kualitas sperma dan sel telur,” lanjutnya.  

Vice President Operation Morula Indonesia Johanes Wibisono menambahkan, Morula IVF sebagai lembaga yang bergerak di bidang kesehatan, memberikan perhatian besar terhadap problem infertilitas di Indonesia. Apalagi, kasus ini belakangan semakin meningkat dan terjadi merata, mulai dari kalangan masyarakat dengan strata ekonomi dan sosial bawah hingga atas.

“Kami memiliki program Morula Care. Melalui program ini, kami menggalang kepedulian dan dukungan banyak pihak untuk membantu mewujudkan impian pasangan yang mengalami kesulitan mendapatkan kehamilan dengan metode bayu tabung,” paparnya.

Program ini, katanya, sudah berjalan selama 2 tahun ini dan berlaku nasional. Morula IVF saat ini memiliki 10 cabang di seluruh Indonesia. Melalui program ini, sudah ada sejumlah pasangan berhasil mewujudkan impian mereka memperoleh kehamilan dan kemudian memiliki momongan.

“Program bayi tabung memang tidak murah. Secara umum berbiaya sekitar 70-90 juta. Jadi tentu menjadi kendala bagi pasangan keluarga dari kalangan menengah bawah,” lanjutnya.

Secara nasional, sejak awal mula diumumkan pada bulan Desember 2020, tercatat hampir dari 3.000 total pendaftaran berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Morula Care telah berhasil membantu 5 pasangan yang mendambakan buah hati, diantaranya berdomisili di Margonda, Padang, Makassar, Surabaya, dan saat ini dari Yogyakarta.

Program Morula Care ini dapat terlaksana berkat dukungan dari semua pasien Morula IVF Indonesia (yang tergabung menjadi satu dalam Morula Family).

“Mereka menyisihkan 1 juta rupiah untuk setiap keikutsertaan pada program. Kami melihat animo masyarakat di Yogyakarta tinggi terhadap program bayi tabung (IVF). Oleh karena itu kami hadirkan Morula CARE, sebagai bentuk tanggung jawab sosial dari perusahaan. Kami ingin memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat di Yogyakarta khususnya para pejuang buah hati untuk mewujudkan impian,” lanjutnya.

Proses seleksi Morula Care dilakukan secara panjang untuk memilih 10 nominasi pasangan yang kemudian menjalani proses screening dengan dokter obgyn di Morula IVF Yogyakarta, dan pada akhirnya ditentukan satu nama yang beruntung mewujudkan impian bertemu sang buah hati melalui program bayi tabung (IVF) secara gratis.

“Hari ini dengan penuh suka cita mengumumkan pasangan  Zarah Atinta Ratih dan Dian Nugrohanto yang terpilih menjadi pemenang Morula Care di Morula IVF Yogyakarta. Semoga kami selalu menjadi pilihan klinik fertilitas favorit Moms & Dads yang sedang berjuang menjemput impian buah hati yang sudah lama dinanti,” ujar Johannes Wibisono. (*)