Berkah Sepeda Pancal di Tengah Pandemi

Berkah Sepeda Pancal di Tengah Pandemi

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Pandemi  virus corona atau Covid-19  memukul banyak sektor usaha, termasuk kerajinan perak Kotagede. Tidak jarang kondisi tersebut berimbas pada pekerjanya yang harus dirumahkan.  Salah satunya Nugroho (37 tahun) warga di Karangturi, Desa Baturetno,Kecamatan Banguntapan Bantul yang sejak 4 bulan silam harus berhenti dari tempatnya biasa mencari nafkah.

Namun kondisi tersebut tidak membuatnya patah semangat. Justru  saat itulah suami dari Ratna Sari (28 tahun)  itu mencari-cari ide,  membuat barang yang jarang orang buat namun dibutuhkan. Akhirnya tercetus membuat sepeda pancal dengan rangka kayu.

Tentu semua tidak mudah, karena Nugroho maupun Ratna sebelumnya  belum pernah bergelut di bidang kerajinan berbahan kayu. Namun dengan tekad yang kuat dan pantang menyerah, mereka belajar secara otodidak dengan melihat di internet. Bukan perkara mudah, karena dalam perjalanannya juga  beberapa kali terjadi produk gagal. Sampai akhirnya dengan ketekunan dan belajar dari kesalahan, terciptalah sepeda pancal yang kemudian mampu merebut pasar.

Sepeda itu menggunakan rangka kayu, dan roda dua. Digunakan oleh Balita atau anak kecil yang baru belajar mengenal sepeda. Cara pakainya   si anak tinggal naik ke sedel, kemudian dia menjalankan sepeda dengan cara memancalkan kaki ke jalan hingga sepeda berjalan. Karena memang sepeda kayu tersebut tidak ada ontelanya.

“Saya tidak ada pendidikan khusus jadi tukang kayu. Saya belajar sendiri,”kata Nugroho kepada wartawan dalam acara ‘Dinamika Desa’ yang digelar Kantor Kominfo Bantul, Kamis (8/10/2020).

Dan  ternyata dengan kreasi, inovasi dan belum banyak kompetitor sejenis, sepeda pancal buatanya mampu diterima konsumen. Dengan dibantu istrinya yang memasarkan  produk secara online dan membuat IG dengan alamat pancalbike_craft, dalam seminggu  paling tidak terjual 3 unit secara online dengan harga dibandrol Rp 230.000 hingga Rp 450.000 per unitnya. Penjualan tersebut belum termasuk penjualan secara offline yang dilakuka Ratna dengan menjual di tepi jalan arah  barat kantor Kecamatan Banguntapan sekitar 100 meter.

“Kalau untuk kendala relatif tidak ada. Hanya soal roda, karena biasanya kalau pesanan itu kan ‘ngarani’, misal roda hitam, atau roda putih. Nah kita harus cari dulu barangnya. Selain pesanan, kita juga  ready stok,”katanya.  Selain roda, bahan baku yang digunakan adalah kayu jati belanda dan kayu multiplek dengan ketebalan 1,8 centimeter. “Untuk kayu tidak ada kendala bahan baku,” kata Ratna. (*)