Berkebun di Atap Rumah, Sayur dan Buah Tumbuh Subur

Berkebun di Atap Rumah, Sayur dan Buah Tumbuh Subur

KORANBERNAS.ID – Ingin berkebun tapi tidak ada lahan? Itu banyak dialami masyarakat perkotaan. Menanam pohon dalam pot atau polybag menjadi salah satu alternatif.

Tapi ada masalah lain, apabila sinar matahari tidak cukup maka tanaman sulit tumbuh kembang maksimal dan berbuah. Salah satu rekayasa manusia adalah berkebun di atap rumah.

Memang bukan sesuatu yang baru tapi perlu diingatkan bagi yang punya keinginan. Salah satu keluarga yang mencobanya dan berhasil adalah keluarga Purwoto bersama istrinya, Mumung.

Purwoto yang akrab dipanggil Ipung sejak remaja itu merupakan mantan pejabat di Kaltim Prima Coal (KPC) Sangatta Kalimantan Timur. Setelah pensiun dia pulang ke Yogyakarta.

"Saya mulai berkebun di atap rumah tahun 2015," kata Ipung ketika dijumpai Minggu (10/11/2019). Sejak di Sangatta dia memang sudah mempersiapkan rumahnya di Yogyakarta tanpa atap genting.

Banyak kawannya yang arsitek diajak berdiskusi. Alhasil, rumahnya yang mulai ditinggali sejak 2004 itu menggunakan dak atau atap cor.

Di atas dak itulah Ipung, Sarjana Pertambangan dan Pascasarjana peminatan bidang manajemen itu berkebun.

Buah belimbing matang siap panen di kebun atap rumah. (arie giyarto/koranbernas.id)

Jangan pakai pot

Berkebun di atas dak pasti ada kerja tambahan, yakni  menyirami dua atau sekali dalam sehari. Agar tanaman tetap segar.

"Menanamnya jangan pakai pot yang bawahnya berlubang sehingga air akan langsung hilang," kata dia. Ipung  menggunakan ember hitam yang bahannya bercampur karet. Selain harga lebih murah, juga lebih awet.

Tanaman butuh kelembaban, karenanya dia melubangi ember bukan di bawah seperti pot. Tapi di samping keliling. Sebelum diberi campuran tanah dan pupuk kandang, bagian dasar diberi pecahan batu bata dan kerikil dan media tanam. Pilih tanaman yang butuh sinar matahari penuh.

Di atap rumahnya banyak aneka sayuran dan beberapa jenis buah-buahan. Seperti klengkeng, jambu biji, jambu air dan mangga.

Buahnya cukup banyak. Hanya saja karena media tanamnya dan nutrisinya terbatas, memang tidak sebanyak apabila pohon buah ditanam langsung di tanah.

"Untuk mangga, paling 40 buah. Mangganya cukup besar," kata dia. Tetapi cukup menyenangkan.

Dengan berkebun di atas rumah, kebutuhan sayuran tidak usah beli. Kecuali kalau pas ingin masak sayuran yang tidak ditanam. Bayam, kangkung, kenikir, sawi, juga cabai tidak siap petik. Untungnya lagi, jelas tanpa residu pestisida.

Ipung hanya menggunakan pupuk perangsang tumbuh,  berbunga dan berbuah sangat terbatas. Seperti NPK, KCL yang memang diperlukan dalam dosis terbatas. Juga "menyakiti" pohon dengan memberikan kurang air. Tetapi jangan sampai dehidrasi.

Setelah tanaman disiram kembali, pohon akan bersemangat untuk berbuah karena pohon juga berharap bijinya untuk keperluan memperpanjang keturunan. Jangan sampai punah. Pada dasarnya tanaman juga seperti manusia.

Ipung menanam anggur merah dan banyak buahnya. Ada gambas jumbo yang panjang buahnya sampai satu meter. Di belakang rumah terdapat pisang kapok kuning dan kolam lele. Air kolam itu dimanfaatkan untuk menyiram berbagai jenis tanaman karena lebih menyuburkan.

Buah jeruk bergelantungan di kebun atap rumah. (arie giyarto/koranbernas.id)

Pengalaman

Kenapa Ipung memilih ember, adalah belajar dari pengalaman. Ketika masih di Sangatta, saat ditinggal cuti ke Yogyakarta, tak ada yang menyirami tananam.

Betapa kecewa dia dan istrinya ketika pulang mendapati tanamannya layu. Ini terjadi karena tanaman tidak mendapatkan kelembaban lantaran air langsung tirus lewat lubang pot. Sekarang meski ditinggal pergi ke luar kota, pulang tanaman tetap segar.

Sebelum mendapatkan ember plastik, dia juga pernah menggunakan sejumlah drum seperti yang dipakai untuk tabulampot. Ternyata cepat karatan.

Dengan ember plastik hitam sirkulasi air bisa diatur sehingga kelembaban terjaga. Harganya lebih murah dibanding pot atau drum.

Jadi tak ada alasan untuk tidak berkebun, menghijaukan lingkungan dan mengambil manfaatnya. Terutama bagi keluarga yang baru akan membangun rumah. Meski minimalis tetapi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian atap menggunakan dak. Bukan genteng atau asbes.

“Yang paling penting adalah niat dan kesungguhan hati. Tanaman itu bisa diajak "komunikasi" kok. Sambil menyiram, menanam atau memelihara dibacakan doa dan harapan kita. Tanaman akan tumbuh kembang seperti kita harapkan. Tidak mahal kok, tergantung kita memilih jenis tanamannya,” kata Ipung. Siapa mau mencoba?  (sol)