Buku Bersinar di Tengah Pandemi Mengungkap Kisah-kisah Heroik Relawan MCCC

Buku Bersinar di Tengah Pandemi Mengungkap Kisah-kisah Heroik Relawan MCCC

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 yang berlangsung dua tahun dan saat ini sudah mulai melandai, rupanya menyimpan banyak kisah heroik relawan MCCC (Muhammadiyah Covid19 Command Center) saat terjun di masyarakat. Kisah-kisah yang jarang terungkap ke publik itu berhasil didokumentasikan dalam sebuah buku berjudul Bersinar di Tengah Pandemi.

Buku yang disusun oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI DIY daerah pemilihan (dapil) DIY M Afnan Hadikusumo itu diluncurkan, Sabtu (20/11/2021) sore, di Kantor DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta.

Alhamdulillah kita sore ini me-launching buku Bersinar di Tengah Pandemi, sebagai dokumentasi khususnya bagi warga persyarikatan Muhammadiyah dalam menanggulangi Covid-19 dan hal-hal lain saat menghadapi Covid baik di rumah sakit, di masyarakat maupun melakukan pemakaman,” ucap Ir H Budi Setiawan, Ketua MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center)  PP Muhammadiyah.

Menariknya, kata dia, gerakan sosial tersebut muncul bukan karena instruksi dari atas melainkan atas kesadaran masyarakat di tingkat bawah. “Kita melihat teman-teman Pimpinan Ranting Muhammadiyah urunan melakukan kegiatan kemanusiaan di masyarakat sampai pemakaman dengan protokol kesehatan,” kata Budi.

Menurut Budi, buku ini sangat penting sebagai dokumentasi serta bagian dari sejarah bangsa. Sejauh ini hampir semua kegiatan MDMC dari pusat sampai ranting dilakukan secara swadaya. “Sifat orang Muhammadiyah itu bergembira ketika melakukan kegiatan sosial, baik yang memberikan sumbangan tenaga, pikiran maupun keuangan,” ungkapnya.

Buku tersebut diterbitkan oleh Gramasurya, percetakan Muhammadiyah. Di dalamnya termuat tulisan bunga rampai dari sejumlah penulis. Mereka adalah Arif Jamali Muis, Iwan KC Setiawan, Ahmad Muttaqin Alim, Nurcahyo Y Hermawan, Marjan Miharjo & Guntur Setio R Ghifari Yuris Masyhari Makhasi, Eko Triyanto.

Kemudian, Ahmad Ahid Mudayana Agung Wijayanto, Shubhi Mahmashony, H Asman, Ilhamsyah Muhammad N, Abdurrahman Darojat, Dwi Pracaya, Rizky Aji P Agung Supriadi, Farid Ma’ruf, Rika Puspita Sari, Phisca Aditya Rosyady, Heru Raharjo dan Fachruddin Hadi. Sedangkan editor dipercayakan kepada Heru Raharjo.

Dalam pengantarnya, M Afnan Hadikusumo menyampaikan, merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia berdampak signifikan pada semua sektor kehidupan bangsa Indonesia, mulai dari kesehatan, ekonomi, pendidikan, keagamaan. Semua terkena imbasnya.

Cucu pahlawan nasional Ki Bagoes Hadikoesoema ini  merasa terpanggil mengabadikan pengabdian relawan. “Buku ini menceritakan berbagai kisah heroik dan dokumentasi yang dilakukan oleh relawan, menjadi gambaran bagaimana mereka berjihad melawan pandemi yang menyelimuti negeri ini,” kata Afnan.

Selain itu, juga diharapkan sebagai potret peran Muhammadiyah saat bangsa diselimuti  pandemi Covid-19. “Kami sadar pergerakan relawan tidak mungkin semuanya kami munculkan dalam buku ini. Akan tetapi paling tidak buku ini telah menunjukkan sebagian kecil pergerakan relawan Muhammadiyah dalam berperang melawan ganasnya virus Covid,” tambahnya.

Selain menyampaikan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang telah bergotong-royong membantu sesama walau dihadapkan situasi yang sulit, Afnan juga berharap semoga setiap usaha mencegah dan menanggulangi Covid-19 membawa kebaikan bagi banyak orang dan menjadi catatan amal salih serta dibalas dengan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT.

Menurut dia, Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi sosial yang paling tua di Indonesia dan concern dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan, sejak awal munculnya pandemi telah melibatkan diri secara aktif dalam proses tanggap darurat bencana non-alam ini.

Di sinilah letak strategis peran relawan penanganan Covid-19 menjadi sangat menentukan. Pergerakan relawan Muhammadiyah yang tergabung dalam MCCC maupun di luar MCCC ini perlu mendapatkan apresiasi dan monumen supaya menjadi kenangan dan pelajaran di masa yang akan datang.

Suasana peluncuran buku Bersinar di Tengah Pandemi, Sabtu (20/11/2021) sore, di Kantor DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta. (istimewa)

Hikmah dan ilmu

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Gita Danu Pranata, menyatakan hadirnya buku ini sebagai ikhtiar syiar sekaligus menggali peran-peran kemanusiaan.

“Perlu kita sambut dengan baik sebagai bentuk  tradisi keilmuan serta monumen kemanusiaan yang terdokumentasi dengan baik. Semoga dari buku ini kita bisa mengambil hikmah, ilmu dan terus bersemangat untuk ambil bagian menjadikan Indonesia maju dan sejahtera,“ ajaknya.

Sedangkan M Arri Rusdiyantara selaku staf ahli anggota DPD RI B-55 menyampaikan buku ini didedikasikan sepenuhnya untuk relawan MCCC se-DIY dalam jihad melawan pandemi.

“Semoga menjadi momentum untuk relawan dan menjadi penyemangat semua elemen persyarikatan bangkit kembali setelah terpuruk diterjang pandemi Covid-19. Terima kasih untuk support M Afnan Hadikusmo, tim penyusun dan semua yang menyumbangkan tulisan, dokumentasi dan kisahnya,” kata dia.

Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah, Arif Jamali Muis, menambahkan Bersinar di Tengah Pandemi menjadi monumen bersejarah bahwa Muhammadiyah beserta ortomnya telah bekerja secara nyata dalam menangani pandemi Covid-19. “Di dalam buku ini juga ada kisah bagaimana Muhammadiyah menerapkan toleransi secara otentik dalam menjalankan misi mulia tersebut,” kata dia.

Sedangkan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY, Anton Nugroho, berharap terbitnya buku ini dibarengi dengan selesainya pandemi Covid-19 dari muka bumi. “Semoga bisa menjadi pembelajaran yang sangat berharga untuk umat manusia,” kata dia.

Secara terpisah, Irfiandi Aziz dari MCCC Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kauman Yogyakarta didampingi rekan-rekannya di antaranya Wahida Wahyu Hidayat berkisah tentang pengalaman mereka melakukan pemakaman jenazah pasien Covid disertai dengan protokol kesehatan.

MCCC Kauman awalnya terbentuk dari keprihatinan warga ketika ada jenazah belum dimandikan dan disalatkan. Bagaimana pun jenazah punya hak yang harus dilaksanakan oleh mereka yang masih hidup.

Dia juga berkisah tentang liku-liku mengambil jenazah pasien yang  meninggal dunia di rumah saat isoman maupun repotnya mencari peti jenazah sampai akhirnya membuat peti sendiri yang harganya jauh lebih terjangkau. “Teman-teman di sini dengan semangat bismillah arep jam pira, siap berangkat. (Istilahnya) dijawil njondhil. Landasannya tetap bismillah,” kata Wahida. (*)