Buku Kumpulan Cerpen dan Puisi Ini Diberi Judul Nyonya Pandemi

Buku Kumpulan Cerpen dan Puisi Ini Diberi Judul Nyonya Pandemi

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Masih dalam situasi pandemi Covid-19 dan diberlakukannya protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun pada air mengalir, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 111 digelar secara virtual.

Acara bertajuk Poetry Reading From Home seri 10 yang akan diisi pembacaan cerpen dan puisi kali ini akan ditayangkan secara live melalui youtube Sastra Bulan Purnama, Senin (1/12/2020) pukul 19:30.

Puisi dan cerpen itu semuanya ditulis oleh perempuan, melantunkan cerita mengenai situasi pandemi. Mereka yang menulis puisi di antaranya Rosana Hariyanti dari Malang, sehari-harinya sebagai pengajar di FIB Unibraw.

Kemudian, Retno Darsi Iswandari asal Yogyakarta yang sekarang tinggal di Australia maupun Ana Ratri, Ratih Alsaira, Sashmytha Wulandari dan Umi Kulsum, semuanya dari Yogyakarta.

Sedangkan para penulis cerpen yaitu Asmarani Februandari, Dyah Merta, Herlinatiens, Ninuk Retno Raras, Savitri Damayanti (Yogyakarta), Yeni Mada (Pontianak) dan Yuliani Kumudaswari (Semarang).

Puisi dan cerpen yang mereka tulis diterbitkan menjadi buku berjudul Nyonya Pandemi, yang diambilkan dari judul cerpen karya Ninuk Retno Raras. Karya-karya tersebut akan dibacakan oleh penulisnya. Khusus karya cerpen tidak dibacakan secara utuh, tetapi diambil bagian yang menarik sehingga tidak memerlukan waktu panjang.

Ada pula lagu puisi yang digarap mahasiswa FIB Unibraw. Dua puisi Rosana Hariyanti digarap menjadi lagu oleh tiga mahasiswa. Seorang mahasiswa, Ibriza Fasti Ifhami, menggarap satu puisi dan dua mahasiswa menggarap satu puisi dari judul yang berbeda. Keduanya adalah Gazarasta Malibu dan Erlangga Diwa.

“Awalnya mereka akan saya minta mengiringi saya membaca puisi, tetapi mereka meminta membuat lagu dari puisi saya, setelah lagu puisinya selesai dan saya dengarkan, saya menjadi tersipu dan mbrebes mili kok apik,” ujar Rosana Hariyanti. Wajahnya berbunga-bunga.

Ons Untoro selaku koordinator Sastra Bulan Purnama, Sabtu (28/11/2020), menyampaikan tidak seperti puisi yang setiap acara sastra bulan purnama pasti dibacakan, cerpen memang pernah dibacakan tetapi tidak rutin setiap bulan.

Kali ini sengaja cerpen diberi ruang lebih banyak dan para penulis cerpen memilih bagian yang dianggap menarik untuk dibacakan.

“Membaca cerpen memang memerlukan waktu sedikit panjang dibanding puisi. Pembaca cerpen diminta memenggal bagian yang menarik dari cerpennya, kemudian dibacakan,” ujar Ons.

Selama sembilan tahun Sastra Bulan Purnama digelar secara offline di Tembi Rumah Budaya dengan mengambil dua tempat. Jika musim penghujan tiba, Sastra Bulan Purnama digelar di Pendhapa Tembi Rumah Budaya. Ketika kemarau, Sastra Bulan Purnama digelar di Amphytheater Tembi Rumah Budaya.

“Jadi, sepanjang tahun, setiap bulan Sastra Bulan Purnama selalu digelar menghadirkan penyair dari berbagai kota,” tambahnya.

Pada masa pandemi ini ada larangan berkumpul agar tidak menyebarkan penularan Covid 19, sejak bulan April 2020 Sastra Bulan Purnama digelar secara virtual.

“Jadi, sudah sembilan bulan sempai edisi Desember 2020 ini SBP diselenggarakan secara daring, sekaligus supaya pergelaran sastra tidak menjadi klaster penularan Covid-19,” katanya. (*)