Buya Syafii Maarif: Banyak Sisi Soekarno Belum Diketahui Publik

Buya Syafii Maarif: Banyak Sisi Soekarno Belum Diketahui Publik

KORANBERNAS.ID -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, menganggap masih banyak sisi Soekarno yang belum diketahui publik. Sebagai manusia, tentu presiden pertama Republik Indonesia ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

"Kelebihan-kelebihan Soekarno masih lebih banyak daripada kekurangannya. Untuk itu, sebagai manusia Indonesia kita wajib hanya meneladani kelebihan tersebut," kata Buya Syafii dalam Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan bertajuk Bung Karno, Api Islam dan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (7/12/2019).

Buya, panggilan Syafii Maarif, tidak berbicara tentang substansi menghubung-hubungkan Soekarno dengan organisasi Islam dan Muhammadiyah. Buya berbicara tentang Bung Karno dari sisi berbeda yang sebagian bahkan baru diketahuinya.


Menurut Buya Syafii, Soekarno pernah meminta dikafani dengan lambang Muhammadiyah. Karena itu, diingatkan kepada masyarakat agar tidak mudah menuduh seseorang tanpa melihat konteks dan membaca sumber aslinya.

"Sebagai tokoh Proklamator Indonesia, Soekarno memiliki kaitan erat dengan Muhammadiyah. Saat diasingkan ke Bengkulu pada 1938, Bung Karno menjadi pengurus Muhammadiyah bahkan menyunting Fatmawati, putri seorang tokoh Muhammadiyah setempat," jelas Buya.

Selain Buya, seminar tersebut juga menghadirkan empat pembicara lain, yakni Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM Prof Bambang Purwanto, dan Ketua Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY Zuly Qodir.

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, Bambang Purwanto, mengatakan Bung Karno merupakan sosok kutu buku. Ini lantaran minatnya terhadap ilmu pengetahuan yang begitu tinggi, sehingga menjadikannya sebagai tokoh bangsa yang luar biasa.

Sedangkan ketua prodi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY, Zuly Qodir, menekankan pentingnya mempelajari sejarah tentang Soekarno dan Muhammadiyah, untuk menghilangkan persepsi keliru yang selama ini berkembang di masyarakat. (eru)