Catat, Terapi Stem Cell Bisa untuk Diabetes

Catat, Terapi Stem Cell Bisa untuk Diabetes

KORANBERNAS.ID -- Perkembangan terapi stem cell sebagai salah satu alternatif dalam mengobati aneka penyakit terus mencapai berbagai hal positif. Termasuk terobosan baru menggunakan penambahan platelet-rich plasma (PRP), yang menjadi topik disertasi doktoralnya.

Pemanfaatan stem cell (sel punca) pada terapi DM sudah banyak dilakukan di seluruh dunia, dan sudah mulai banyak dilakukan di Indonesia. Berbagai jurnal tentang peran stem cell pada DM, serta berbagai uji klinis pada berbagai fase, sudah banyak dipublikasikan. Sayangnya, banyak riset menyatakan bahwa potensi stem cell pada DM menurun, sehingga diduga akan terjadi penurunan efektivitas terapi bila menggunakan stem cell autologus (dari tubuh pasien sendiri) pada DM.

DM merupakan penyakit metabolik kronis yang lambat laun menimbulkan kerusakan di seluruh sel di dalam tubuh. Dr dr Karina SpBP-RE, Pakar Biomedik UI mengungkapkan, saat ini terapi stem cell bagi pasien diabetes lebih banyak mengambil dari lemak dibandingkan sumsum tulang. Sayangnya, pasien diabetes ini stem cell-nya jelek dan harus ditambahkan trombosit atau platelet-rich plasma (PRP) supaya menjadi lebih baik.

"Perbaikan dari stem cell ini permanen, asalkan pasien tidak mengonsumsi lagi jangan makanan yang manis-manis. Jadi, meskipun sudah di-stem cell, ya pasien harus tetap menjaga pola hidup sehat supaya tidak rusak lagi,” ujar Karina usai sidang doktoral di IMERI FKUI dengan judul "Disetertasi Efek Pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Tinjauan In Vitro pada VEGF. , beberapa waktu lalu.

Karenanya dokter bedah plastik ini mengembangkan penelitian untuk mengetahui kalau stem cell pasien diabetes lebih jelek daripada orang normal. Dengan demikian bisa memperbaiki stem cell yang menjadi induk dari seluruh sel di tubuh.

Target ke depan dari penelitian ini adalah untuk mencapai tingkat perbaikan yang baik, agar pasien DM nantinya tidak perlu menggunakan insulin atau minum obat. Sehingg angka amputasi bisa turun bahkan jangan sampai amputasi dulu, tapi diabetesnya terkontrol.

"Jadi ini membuka harapan orang-orang diabetes yang tadinya enggak bisa terapi stem cell dari diri sendiri, dari penelitian saya ada kemungkinan itu bisa,” kata dr Karina.

Penelitian mengenai efek pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell kepada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 tersebut, memiliki makna yang besar bagi dunia kedokteran di Indonesia mengingat Data  Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013.

“Diabetes melitus (DM) seperti kita ketahui bersama adalah  masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. WHO menempatkan DM sebagai penyakit nomor empat penyebab kematian terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit pernafasan kronis. Berbagai penelitian epidemiologi memperkirakan jumlah  penyandang DM akan terus meningkat di seluruh penjuru dunia," jelasnya.

Sekitar 95% dari total kasus DM global adalah DM tipe 2. Terapi terstandar untuk DM tipe 2, dijelaskan Karina meliputi perubahan pola hidup penderita yang dapat berlanjut ke terapi medikamentosa (obat). Keseluruhan terapi ini difokuskan untuk mencapai target glikemik dan pemeriksaan laboratorium berupa angka HbA1C dipakai sebagai acuan.

Sayangnya, walaupun target glikemik dapat tercapai, para penderita DM tipe 2 tetap memiliki risiko komplikasi penyakit vaskular (pembuluh darah), yang dapat menimbulkan berbagai gejala seperti penyakit jantung, gagal ginjal, luka diabetes, disfungsi ereksi, dan sebagainya.

Meskipun demikian, penggunaan stem cell autologus untuk aplikasi klinis masih dianggap layak karena stem cell dapat diperoleh dalam jumlah banyak dengan mudah dari jaringan lemak tubuh pasien, serta meniadakan reaksi penolakan dari tubuh pasien.

"Namun demikian, upaya perbaikan perlu dilakukan agar efek terapi stem cell autologus menjadi maksimal, terutama saat digunakan untuk pembentukan pembuluh darah baru guna perbaikan penyakit vaskular akibat DM," imbuhnya.(*/yve)