Debat Perdana Pilkada Bantul, Paslon Menahan Diri Tidak Saling Serang

Debat Perdana Pilkada Bantul, Paslon Menahan Diri Tidak Saling Serang

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul menggelar debat perdana Calon Bupati (Cabup) Rabu (28/10/2020) malam yang disiarkan langsung TVRI Jogja.

Debat antara cabup nomor urut 1 H Abdul Halim Muslih dan Cabup nomor urut 2 Drs H  Suharsono ini menarik perhatian banyak pihak. Bahkan Forum Peduli Demokrasi (FopDek) menggelar nonton bersama (nobar) di Homestay Tembi dengan penerapan protokol kesehatan.

Usai menyaksikan debat dilakukan ulasan oleh Dr Nanang Indra Kurniawan, ahli politik lokal Fisip Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Sunaji Zamroni seorang peneliti dan analis kebijakan. Adapun moderator Budi Prasetyo SHI MSc dari FopDek.

“Debat dimaksudkan agar pemilih mengetahui apa yang menjadi visi, misi, ide dan program calon jika terpilih kelak. Jadi ibarat pepatah tidak membeli kucing dalam karung,” kata Sunaji.

Dari hasil pengamatan dalam debat yang berlangsung 1,5  jam plus 30 menit Iklan Layanan Masyarakat (ILM), terlihat kedua kandidat lebih banyak menahan diri. Keduanya tidak saling menyerang. “Mungkin ini dikarenakan kultural masih ada rasa tabu ketika harus saling menyerang,” katanya.

Dari hasil pengamatan, kandidat nomor urut 1 lebih banyak menampilkan ide atau gagasan ketika nanti memimpin Bantul. Sementara nomor urut 2 lebih banyak ke cerita atau story telling termasuk mengenai keberhasilan selama memimpin Bantul.

Cerita itu mengenai komitmen antikorupsi yang kemudian diganjar dengan penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disertai pemberian hadiah mobil.

“Jadi debat kali ini saya melihat adanya ide versus pesona diri. Menurut saya, debat yang ideal adalah ada ‘pertarungan’ ide antara kedua kandidat calon. Ada saling ‘serang’ ide gagasan, namun itu tidak saya temukan dalam debat kali ini,” kata Sunaji.

Pada debat lanjutan antara calon wakil bupati pada 4 November dan debat antar-pasangan calon pada 11 November, Sunaji berharap kandidat bisa melakukan identifikasi atau diagnosa masalah di Bantul. Kemudian bagaimana kandidat merespons masalah dan mencarikan solusi.

“Debat  cawabup, kandidat nomor 1 adalah politisi dan kandidat 2 adalah birokrasi. Maka “pertarungan” diharapkan lebih menarik, apalagi keduanya di luar sistem,” katanya.

Berbeda dengan  calon bupati. Keduanya masih berada di dalam sistem. Keduanya  adalah pasangan bupati dan wakil bupati  periode 2015-2020 yang kemudian harus bertarung pada pilkada 2020.

“Satu lagi catatan saya, sebenarnya untuk panelis sudah mengajukan pertanyaan seputar tatanan baru terkait penanganan  Covid-19. Ini sangat bagus, karena masyarakat akan mengetahui apa program pemimpinnya dalam penanganan covid-19, dan post Covid. Tapi sekali lagi, adu ide tidak saya temukan, yang ada lebih kepada program yang sudah dijalankan,” katanya.

Nanang menambahkan kandidat  nomor urut 1 sudah mulai mengkritisi program seperti dalam penanganan stunting maupun pendidikan. Namun hal tersebut tidak terjawab, karena kandidat nomor urut 2 lebih banyak menyampaikan prestasi yang sudah diperoleh selama menjabat termasuk penghargaan-penghargaan dan komitmennya di dalam pemberantasan korupsi.

“Kalau diminta menilai maka kandidat  nomor urut 1 untuk ide nilai 55 dan pesona diri 45. Begitu sebaliknya kandidat urut 2 lebih ke pesona diri nilai 55 , ide nilai 45,” tandasnya.

Melalui rilis yang dikirim ke media, Ketua Timses Halim-Joko optimistis debat pertama ini bisa menaikkan elektabilitas calon nomor urut 01.

“Ada tawaran-tawaran ide berbasis persoalan yang dihadapi pada masa pemerintahan kemarin. Di antaranya tentang penataan birokrasi yang menekankan tentang pelayanan. Di mana layanan itu dilakukan berbasis teknologi informasi (TI) dengan  meningkatkan kapasitas dan kompetensi ASN dan sarana pendukungnya,” katanya.

Sedangkan rival politiknya lebih banyak bercerita masa lalu, bukan melempar ide. Ketua Timses Noto (Harsono-Totok), Arif Iskandar, mengatakan pada dasarnya semua calon menyampaikan secara normatif sesuai visi dan misi yang akan diusung dan dirumuskan.

“Debat ini berjalan sangat kekeluargaan dan saling menghormati,mengingat lawannya adalah wakil yang mendampingi selama ini,” kata Arif.

Cabup H Suharsono, lanjut Arif, lebih banyak menjelaskan tataran praktis hal-hal yang memang sudah dilakukan terkait tema. Sedangkan tema mengenai pemerintahan yang bersih betul-betul menjadi konsens khususnya dalam pemberantasan korupsi yang memang secara faktual dilengkapi data selama kepemimpinannya tidak ada satu pun pejabat berurusan dengan hukum.

“Paslon 02 tetap berkomitmen menjaga Bantul bebas korupsi dengan cara mengutamakan pencegahan pada seluruh aparat mulai dari tingkat dusun sampai kepala OPD. Hanya dengan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi pembangunan akan berjalan dengan baik yang akhirnya membawa kesejahteraan  masyarakat,” katanya.

Terpisah, Komisioner KPU Bantul, Mestri Widodo, menerangkan tim perumus debat adalah Dr R B Abdul Gaffar SIP MA, Prof Hilman Latief MA Phd, Dr Norma Sari SH M Hum, dr Widya Wasiyastuti MSc dan Dr Arif Maftuhi. (*)