Delapan Tahun Menyandang 3 C, Guru Sulit Naik Pangkat karena Terkendala Publikasi Ilmiah

Delapan Tahun Menyandang 3 C, Guru Sulit Naik Pangkat karena Terkendala Publikasi Ilmiah

KORANBERNAS.ID, PURBALINGGA -- Sebanyak 17 guru SMP Negeri 3 Kemangkon Purbalingga baik berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) maupun Guru Tidak Tetap (GTT) antusias mengikuti pelatihan menulis artikel ilmiah populer. Kegiatan dalam rangkaian In House Training (IHT) dengan tema  Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru itu digelar di Aula sekolah setempat, Selasa - Jumat (28-31/12/2021).

Pada hari ketiga, Kamis (30/12/2021), diisi materi Ayo Menulis Artikel Ilmiah Populer di Media Massa dengan narasumber Drs Prasetiyo, praktisi jurnalistik dan juga guru SMP Negeri 3 Purbalingga. Narasumber lainnya, dua pengawas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purbalingga, Bangun Pracoyo SPd M Pd dan Dra Dartini MPd, serta anggota Tim Penilai Angka Kredit Dindikbud Purbalingga  Aman Musthofan SPd M Pd.

Kepala  SMP Negeri 3 Kemangkon, Warsono S Pd, mengaku prihatin dengan masih banyaknya guru di sekolahnya yang mangkrak di pangkat/golongan III, karena terkendala Publikasi Ilmiah dan Karya Ilmiah  (PIKI). Pihaknya menggandeng pengawas, Tim PAK dan praktisi media untuk membekali para guru tentang tips dan trik naik pangkat dan teknis menulis PIKI.

"Saya prihatin, ada beberapa guru di sini yang golongan 3c sampai 8 tahun, bahkan lebih. Hal ini perlu dibenahi dan guru harus ditingkatkan kompetensi profesionalannya. Ke depan, saya harap tidak ada lagi guru di sekolah ini yang terkendala kenaikan pangkatnya," ujar Warsono yang menjabat kepala SMPN 3 Kemangkon sejak  12 November 2021 ini.

Dalam kesempatan itu Prasetiyo memaparkan tips dan trik menulis artikel ilmiah populer di media massa yang dapat dinilai untuk kenaikan pangkat guru. Yakni tulisan harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru yang bersangkutan.

"Artikel yang memenuhi syarat untuk dinilai dalam PAK, itu isinya  sesuai tupoksi dan tidak bertele-tele, judul antara 3-7 kata,  minimal ada tiga kutipan narasumber/pakar. Selain itu, isi artikel terkait pembelajaran, ada pendapat penulis, analisisnya tajam dan bahasanya mudah dipahami. Mengapa demikian? Karena media dibaca oleh masyarakat," ujar Prasetiyo yang pernah meraih juara 1 dan juara favorit journalist writing contest se-Jateng dan DIY ini.

Prasetiyo dengan telaten membimbing satu per satu peserta dari membuat judul, memasukkan kutipan narasumber atau pendapat ahli, membuat isi, analisa isi hingga penutup.

Peserta pun antusias mengikuti kegiatan tersebut, hingga tak terasa waktu menjelang sore hari. Dari kegiatan tersebut,  hampir semua peserta berhasil menulis sebuah artikel yang layak publikasi.

"Semula saya nggak paham tentang tata cara menulis artikel. Setelah mengikuti kegiatan ini, walau singkat, sekarang saya paham dan bisa menulis artikel. Tentu saja, saya masih perlu banyak membaca, untuk menghasilkan artikel yang baik," ujar Yustina Eny Indarwati SPd, guru mata pelajaran Prakarya SMPN 3 Kemangkon. (*)