Di Kabupaten Ini Sapi Jadi Tabungan

Di Kabupaten Ini Sapi Jadi Tabungan

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO – Umumnya tabungan berupa angka-angka rekening bank. Seperti halnya di kabupaten lain, sebagian warga Kabupaten Kulonprogo masih mengandalkan ternak sapi sebagai semacam tabungan. Tatkala butuh uang apalagi saat harga ternak merangkak naik mereka tinggal menjualnya.

Menangkap fenomena yang terpelihara turun temurun di masyarakat kabupaten itu, anggota DPRD DIY dari Fraksi Partai Gerindra DPRD DIY, Ika Damayanti Fatma Negara, punya krentheg  memaksimalkan sektor peternakan guna mendukung ketahanan pangan nasional.

“Ketika saya turun ke masyarakat, banyak di antara mereka memelihara sapi akan tetapi hanya dijadikan semacam tabungan. Padahal produksi daging sapi masih kurang, secara nasional baru tercukupi sekitar 60 persen dari total kebutuhan,” ungkapnya kepada wartawan, Senin (15/6/2020), di Gedung DPRD DIY Jalan Malioboro.

Menurut dia, Kulonprogo sangat potensial bagi  pengembangan sektor peternakan. Perempuan yang pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Kulonprogo periode 2014-2019 ini menyatakan secara geografis maupun kultur, dia yakin masyarakat setempat memiliki kemampuan serta pengalaman di sektor tersebut.

Anggota Komisi D DPRD DIY ini mencatat setidaknya di Kulonprogo terdapat lima kecamatan dengan populasi sapi tertinggi yaitu Sentolo, Pengasih, Lendah, Wates dan Panjatan.

“Di lima kecamatan tersebut ketersediaan pakan sangat cukup. Banyak warga memelihara sapi. Inilah salah satu potensi yang dimiliki Kulonprogo," kata Ika, panggilan akrabnya.

Sekretaris Fraksi Partai Gerindra DPRD DIY ini menegaskan peternakan sapi dapat menjadi contoh pembangunan sektor ekonomi berbasis kerakyatan. Rakyat akan terlibat langsung bahkan bisa ikut berkontribusi menggerakkan perekonomian daerah.

Merujuk data Dinas Pertanian dan Pangan setempat, populasi sapi di kabupaten ini pada kurun waktu 2014-2017 tercatat mengalami kenaikan dari 49.522 ekor pada 2014 menjadi 51.047 ekor pada 2017.

Setahun kemudian populasinya naik lagi menjadi 52.340 ekor seiring adanya program sapi indukan wajib bunting atau siwab yang dilakukan pemerintah setempat. Tingkat keberhasilan kebuntingan sapi di atas 50 persen.

Ika sepakat, sektor peternakan di kabupaten paling barat di wilayah Provinsi DIY dengan 12 kapanewon, 1 kelurahan dan 87 desa itu ke depan perlu memperoleh perhatian khusus.

Geliat pembangunan di wilayah ini terasa makin intens saat Bupati Hasto Wardoyo menjabat periode 2011 hingga Juni 2018 ditandai keberhasilan mengangkat Kulonprogo ini menjadi kabupaten yang  potensial dan mandiri.

Dilantiknya Wakil Bupati terpilih, Fajar Gegana,  pada 12 Juni 2020 sebagai pendamping Bupati Sutedjo diharapkan mampu berkarya demi kemajuan masyarakat. “Saya mengucapkan selamat bekerja dan berkarya di Kulonprogo,” ucapnya.

Wanita kelahiran  Wates 1985 ini mengakui pandemi virus Corona atau Covid-10 memukul sektor perekonomian. Harga berbagai komoditas  pertanian dan perkebunan jatuh. Namun demikian hal itu tidak perlu dijadikan alasan untuk terus bergerak memajukan perekonomian.

Sebaliknya jadikanlah sebagai peluang. “Inilah kesempatan warga dan jajaran Pemerintah Kabupaten Kulonprogo memetakan dan membuat strategi yang mampu mengoptimalkan potensi-potensi yang belum tergali secara maksimal selama ini,” paparnya.

Sektor UMKM, misalnya, hendaknya menjadi perhatian. Pada era digital mau tidak mau sektor ini harus bersentuhan dengan teknologi informasi.

Demikian pula sektor pariwisata perlu memperoleh sentuhan pemerintah. Destinasi wisata yang selama ini terpendam perlu digali disertai penguatan kebijakan yang pro-rakyat sehingga multiplier effect-nya  betul-betul dirasakan masyarakat.

Aspek lain yang tidak boleh terbaikan adalah sumber daya manusia (SDM). Menurut Ika, pemerintah perlu menyiapkannya  guna menghadapi tantangan zaman. (sol)