Dijaga Petugas Gabungan, Aktivitas Pasar Hewan di Klaten Tutup Total
KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Komitmen Pemerintah Kabupaten Klaten mencegah peredaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak dengan menutup sementara semua pasar hewan, diapresiasi banyak pihak. Meski dampaknya pedagang tidak bisa beraktivitas, namun langkah itu dinilai tepat.
Seperti dikemukakan Bambang, warga Desa Gedaren, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Ditemui di Pasar Hewan Bonyokan, Jatinom, Rabu (25/5/2022) pagi, pensiunan guru itu mengatakan lebih baik mencegah daripada semakin banyak ternak yang terserang virus PMK.
"Saya sendiri punya ternak. Begitu dapat informasi kalau virus PMK sudah masuk Klaten, saya ikut khawatir. Mengapa? Karena di Klaten ada beberapa pasar hewan yang otomatis ternak-ternak yang ada di pasar banyak dari luar Klaten. Jadi saya menilai penutupan sementara pasar hewan sudah tepat untuk mencegah beredarnya virus PMK," katanya.
Camat Jatinom, WS Rahayu, mengatakan dirinya bersama Forkompimcam Jatinom, Satpol PP, Dinas Pertanian beserta dokter hewan, sejak pagi sudah stand by di pasar hewan Bonyokan, Jatinom. Kehadiran petugas gabungan tersebut untuk menindaklanjuti surat edaran bupati terkait penutupan sementara pasar hewan selama 14 hari sejak tanggal 25 Mei hingga 7 Juni 2022.
"Acara hari ini menindaklanjuti surat edaran bupati yang kemarin muncul. Pagi ini kami langsung ke sini (Pasar Hewan Bonyokan). Pasar ditutup untuk antisipasi beredarnya virus PMK," katanya kepada koranbernas.id di Pasar Hewan Bonyokan Jatinom.
Mantan Camat Pedan itu menambahkan, sejak petugas terjun langsung di lapangan, Rabu (25/5/2022) pagi, tidak ada satu pun mobil pengangkut sapi yang kelihatan. Yang ramai hanya blantik (pedagang) sapi yang memenuhi pinggir jalan depan pasar Bonyokan.
"Kami sudah stand by di sini dari jam 06:30 WIB. Ada Pak Kapolsek, Danramil, Satpol PP juga. Alhamdulillah tidak ada satu pun pedagang kelihatan di lokasi. Artinya pedagang sudah memahami dan tahu kalau mulai hari ini pasar tutup. Selain itu karena sosialisasi yang dilakukan, baik lewat group maupun pengumuman yang dipasang di pasar, cukup efektif," ujarnya.
Berbeda diungkapkan Widodo, salah seorang pedagang sapi. Menurutnya, akibat Pasar Hewan Bonyokan ditutup, dirinya tidak bisa bekerja memutar uang.
"Lha pasarnya ditutup, otomatis tidak bisa mutar uang. Biasanya kalau pasaran begini (Legi) saya bisa dapat untung dengan memutar uang. Tapi tidak apa-apa karena yang mengalami tidak hanya saya, tapi se Klaten," kata Widodo yang mengaku tinggal di Temuireng, Jatinom.
Diceritakan, cara dia memutar uang itu dengan membeli ternak di pasar hewan. Kemudian ternak itu dijual lagi kepada orang lain dengan harga lebih tinggi.
"Ada yang satu ekor saya beli Rp 20 juta, Rp 30 juta, bahkan Rp 50 juta, tergantung ternaknya. Kemudian saya jual lagi dengan harga lebih tinggi biar dapat untung," tuturnya.
Di Pasar Hewan Bonyokan, kata Widodo, ternak sapi yang dijual saat pasaran Legi berasal dari lokalan saja atau dari wilayah Jatinom dan sekitar saja.
Pemandangan serupa terjadi di Pasar Hewan Prambanan, Rabu (25/5/2022) pagi. Akibat penutupan pasar, tidak ada satu pun pedagang ternak beraktivitas. Meski pasaran Prambanan dan Bonyokan Jatinom sama-sama Legi, namun pemerintah menutup kedua pasar itu. (*)