Diterpa Angin Kencang pada Suhu 14 Derajat

Diterpa Angin Kencang pada Suhu 14 Derajat

KORANBERNAS.ID, MAGELANG -- Muncak atau mendaki gunung istilah bagi anak-anak muda menjadi aktivitas yang menantang dan selalu ingin diulang. Terlebih pada malam pergantian tahun. Banyak hal ingin dilihat dan dinikmati saat malam jelang countdown. View kota dengan gemerlap lampu dan dipungkasi semburan kembang api menjadi salah satu yang diharapkan.

Selepas Subuh, kemunculan sang mentari pertama kali di ufuk timur juga menjadi saat yang ditunggu oleh pendaki. Bayangan rona jingga memerah lembut selalu menyuguhkan gurat dan pendar cahaya nan menawan. Berpadu dengan embun di ujung rerumputan dan semak. Sebelum kemudian memberikan rasa hangat penuh, saat mentari mulai menanjak.

Ini pula yang dikejar Aji, pendaki dari Demak Jawa Tengah yang memutuskan naik Gunung Andong Magelang Jawa Tengah. Bersama lima sahabatnya, Aji sudah naik sejak 30 Desember 2019. Guyuran hujan siang dan sore tidak memutus asanya untuk mendapatkan nasib lebih mujur saat malam tahun baru.

“Kami bertahan sampai tahun baru. Semalam (31/12/2019) dan pagi hari, berharap lebih mujur bisa dapat sunrise. Tapi rupanya belum beruntung. Kabutnya begini tebal, Mas. Beruntung semalam hujan reda dan sempat menikmati view. Sayang paginya tidak seperti harapan. Cenderung lebih dingin ketimbang semalam. 14 derajat dan anginnya juga kencang. Ya kecewa juga sih. Tapi memang begitulah seninya mendaki," papar Aji yang pernah mendaki Gunung Prau Ungaran dan sejumlah gunung kecil ini.

Lain lagi pengalaman Solikhati. Wanita paruh baya dari Muntilan ini mendaki Gunung Andong bersama suami dan anak perempuannya. Pendakian dimulai pukul 13:30 saat hujan mengguyur.

Ini adalah pengalaman mendaki yang pertama kalinya. Rasa penasaran menyatu dengan keinginannya memenuhi ajakan sang buah hati yang sudah hobi mendaki sejak dulu. “Kapan lagi, Bu. Ayo sekali kali muncak,” kata Solikhati menirukan ajakan anaknya.

Solikhati beruntung bisa sampai puncak Andong meski dengan susah payah. Tapi suaminya terpaksa berhenti di Pos 2 lantaran tak sanggup lagi meneruskan perjalanan dan masuk angin. Pos 2 berada di ketinggian sekitar sekitar 800 meter. Sedangkan ketinggian Andong 1.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Suwandi memeriksa tiket pendaki yang ingin meninggalkan basecamp Sawit. (warjono/koranbernas.id)

Cerita lucu juru kunci

Bagi Mbah Tumari (87) selaku juru kunci makam Kiai Joko Pekik, Gunung Andong saban tahun area di puncaknya memang penuh pendaki. Puncak gunung di wilayah perbatasan Magelang dan Salatiga ini selaku menyimpan cerita lucu dan unik dari para pendaki.

Pria sepuh yang saban hari menyediakan air bersih dalam botol air mineral satu literan untuk berbagai kebutuhan pendaki ini, menjadi orang yang mengetahui banyak hal seputar Andong.

Nggak tinggi, Mas. Wong saya kalau naik hanya butuh waktu 30 menit. Tapi ya tetap saja gunung, tidak bisa disepelekan," katanya.

Mbah Tumari bercerita, pernah suatu ketika, saat mulai mendaki ada anak muda yang mungkin menaruh iba melihat sosoknya yang renta. Dia selalu mencoba mengingatkan Mbah Tumari agar berhati-hati dan berjalan mengiringi.

"Lama lama saya nggak sabar juga karena harus segera sampai puncak. Saya bilang, Mas maaf sampeyan di belakang saya ya. Begitu di depan, saya jalan normal. Dia malah kaget,” kata Mbah Tumari tersenyum.

Suwandi selaku bendahara Pengurus Basecamp Sawit yang menjadi salah satu jalur pendakian paling familiar menuju puncak Andong mengatakan, gunung ini memang masuk kategori ringan untuk pendaki.

Jalur pendakian yang sudah cukup tertata memudahkan para pendaki pemula atau yang baru belajar mendaki sekalipun. Pengurus juga menyiapkan tiga pos menuju puncak.

Saat akhir pekan dan liburan, pihaknya juga menyiagakan petugas kesehatan dan SAR di tiap-tiap pos, untuk membantu pendaki yang kesulitan dan butuh bantuan. Setiap pos ditempatkan minimal enam orang berikut peralatan yang memadai.

“Untuk SAR, selain personel warga kita, juga ada personel dari SAR Kabupaten Magelang untuk Resort Sawit. Kita berharap, penempatan personel ini, akan lebih memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pendaki, khususnya pemula,” katanya kepada koranbernas.id.

Minimal usia 13 tahun

Suwandi mengakui, Andong sejak sejak sekitar 8 tahun belakangan memang makin dikenal dan digemari pendaki pemula. Bukan hanya anak-anak muda, keluarga, orang tua, wisman bahkan anak-anak tidak sedikit yang mencoba naik ke puncak.

Ya kalau tata tertib dan aturan kami, sebenarnya minimal usia 13 tahun yang bisa naik dan kita asuransikan penuh. Artinya yang usianya belum mencapai 13 tahun, tetap bisa naik tapi tidak kita asuransikan,” jelasnya.

Seperti malam tahun baru 2020 ini, Suwandi mengatakan, pendaki ke puncak Andong cukup padat. Area camping di puncak Andong mencapai 2.100 tenda.

Mengantisipasi ketika pendakinya melonjak, pengurus juga menyiapkan area berkemah di dekat Pos 2 berkapasitas 400. Meski sudah dimaksimalkan, saat liburan, kapasitas ini kadang-kadang tetap tidak mampu menampung pendaki.

“Kalau kondisinya seperti itu, kami tetap melarang pendaki yang ingin nge-camp. Peralatan campingnya kita minta dititipkan. Mereka tetap boleh naik, tapi tidak bermalam. Semua untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Kami juga minta setiap pendaki memperhatikan tata tertib dan arahan petugas,” kata dia. (sol)