Dokter Indonesia Bisa Ditinggal Pasien yang Beralih ke Dokter Asing

Dokter Indonesia Bisa Ditinggal Pasien yang Beralih ke Dokter Asing

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pasar bersama ASEAN membuka kesempatan sumber daya manusia (SDM) di bidang tenaga kesehatan bekerja di negara-negara anggota. Tak hanya SDM, banyak rumah sakit pun bisa dibangun di Indonesia dan membuka praktik kedokteran. Bila SDM Indonesia tidak siap, maka dikhawatirkan akan kalah saing dari SDM asing.

"Ini sudah krusial, bahkan menuju lampu merah bila tidak diantisipasi," ujar Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Putu Moda Arsana di Hotel Tentrem Yogyakarta, Kamis (29/9/2022).

Sementara jumlah SDM dokter di Indonesia, menurut Putu belum ideal. Saat ini baru ada sekitar 258 ribu dokter, baik dokter umum maupun spesialis yang melayani lebih dari 279 juta penduduk di Indonesia.

"Pertumbuhan dokter umum dalam satu tahun saat ini baru 11 ribu dan dokter gigi 4 ribu per tahun. Sedangkan persebarannya di indonesia juga masih jelek," paparnya.

Karena itu peningkatan layanan kesehatan rumah sakit lokal dan SDM harus dilakukan. Sebab diyakini SDM dan rumah sakit asing yang masuk ke Indonesia akan memberikan layanan terbaik untuk menarik minat masyarakat Indonesia menggunakan jasa mereka.

"Kalau kita sekadarnya saja memberikan layanan pada pasien, maka mereka dimungkinkan akan pindah ke rumah sakit asing yang memberikan layanan terbaiknya," paparnya.

Wakil Ketua KKI Andriani mengatakan, SDM Indonesia, termasuk dokter spesialis harus segera disiapkan untuk bisa bersaing dengan SDM asing yang akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat ini. Percepatan dan kemudahan untuk mengambil spesialisasi profesi dokter pun sangat dibutuhkan.

Apalagi rumah sakit asing yang masuk ke Indonesia akan memiliki alat-alat canggih dalam memberikan layanan kesehatan masyarakat. Tanpa penyesuaian dan peningkatan kualitas SDM dan layanan kesehatan di Indonesia, maka dokter-dokter lokal kita akan ditinggalkan masyarakat.

"Bila Indonesia memiliki dokter spesialis yang cukup banyak, maka mereka bisa mendampingi dokter-dokter spesialis asing yang akan masuk ke Indonesia. Mereka bisa duduk bareng, berdampingan dan sharing dalam bekerja," ungkapnya. (*)