DPRD Bantul Mendukung Semangat Masyarakat Menangkap Peluang Ekonomi Kawasan JJLS

DPRD Bantul Mendukung Semangat Masyarakat Menangkap Peluang Ekonomi Kawasan JJLS

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang melintasi wilayah Kabupaten Bantul terus dilakukan. Tatkala koranbernas.id ke lokasi, terlihat pekerja sedang merampungkan pembangunan Jembatan Kretek 2 yang menghubungkan wilayah Pantai Samas dengan Pantai Depok Parangtritis. Jembatan megah tersebut dibangun sejak 27 Januari 2021, panjang 1,7 kilometer dan diperkirakan selesai tahun  2022.

Keberadaan JJLS dan pembangunan Jembatan Kretek 2 disambut penuh antusiasme masyarakat. Mereka melihat ini sebagai peluang masa depan. Dengan swadaya mereka membangun spot-spot wisata mulai sisi barat di Pantai Pandansimo hingga ke timur hingga lokasi Jembatan Kretek 2.

Di sepanjang jalur jalan, terlihat taman-taman bunga nan indah. Pengguna jalan yang melintas bisa berfoto ria dengan membayar tarif yang terjangkau.

Pada sisi selatan JJLS ada bentangan pantai selatan Bantul dengan pemandangan alam yang indah. Termasuk  tanaman cemara udang yang hijau dan rimbun membuat sejuk dan nyaman suasana. Jika ingin menikmati kuliner, khususnya ikan laut, bisa datang ke warung makan yang tersedia di sepanjang pantai.

Apabila mau merasakan sensasi makan di atas kapal apung, bisa berkunjung ke Pengklik Samas. Hanya saja, jembatan Kretek 2 saat ini belum difungsikan, sehingga JJLS belum terkoneksi hingga Pantai Depok yang kemudian akan menyambung ke wilayah Gunungkidul.

Selain taman bunga, pantai dan kuliner, sejak awal tahun ini masyarakat juga berswadaya membangun Deswita Prau Opak Tirtohargo. Lokasinya berada di sisi selatan  JJLS, tepatnya  sisi bawah sebelah barat Jembatan Kretek 2.

Wisatawan bisa melalui sisi barat JJLS, berbelok  ke arah selatan sebelum Jembatan Kretek 2. Kondisi jalan meski masih perlu perbaikan namun bisa dilintasi kendaraan roda dua ataupun roda empat. Sambil menikmati wisata naik  perahu, wisatawan bisa melihat  pemandangan pantai selatan, bentangan alam pengunungan, melihat Jembatan Kretek 2 maupun hutan mangrove.

Dengan durasi 20 menit, pengunjung diajak naik perahu start dari Deswita Prau ke arah barat menyusuri Sungai Opak menuju hutan mangrove dan balik ke arah timur, kembali ke finish di lokasi awal.

Setiap pengunjung dikenakan tarif Rp 10.000. Petugas juga siaga di lokasi, siap menyambut kedatangan wisatawan dan tetap memperhatikan faktor keamanan. Semua diminta mengenakan pelampung saat naik perahu.

Wisatawan menikmati indahnya pemandangan Deswita Prau Opak Tirtohargo Kretek Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Pertanian

Bukan hanya wisata, kawasan seputar JJLS yang merupakan lahan pasir juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengembangkan pertanian. Ada pertanian buah naga, bawang merah yang menjadi produk andalan Kabupaten Bantul dan sekarang sedang dikembangkan tanaman cabai off season (di luar musim-red)  di wilayah Soge Kalurahan Srigading Sanden.

Melihat semangat masyarakat yang begitu besar menyambut beroperasinya JJLS, Wakil Ketua Komisi B DPRD  Bantul, Aryundi SE, menyambut posiitif. Ini artinya masyarakat bisa melihat peluang masa depan  untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui sektor pariwisata dan pertanian.

"Kita apresiasi terhadap semangat yang mereka miliki. Luar biasa sikap kerja keras, ulet, gotong royong dan swadaya yang sudah mereka lakukan," kata Aryunadi kepada koranbernas.id, Senin (11/4/2022).

Politisi PDI Perjuangan tersebut menegaskan DPRD sebagai lembaga wakil rakyat mendukung penuh apa yang dilakukan oleh masyarakat. Tentu pelaksanaan pengembangan tetap harus memperhatikan  aturan  yang berlaku.

Sesuai dengan fungsi DPRD, salah satunya adalah budgeting  maka DPRD akan men-support pengembangan kawasan  JJLS dan secara umum adalah kawasan selatan Bantul dengan anggaran di APBD.

"Tentu kita juga akan melihat ketersediaan anggaran yang kemudian akan diselaraskan dengan program yang ada di dinas kaitan pengembangan kawasan selatan tersebut," kata Aryun.

Secara prinsip, dewan mendukung pengembangan yang dilakukan masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Bantul.

Sementara Wildan Nafis selaku Ketua Komisi B DPRD Bantul saat memimpin kegiatan peninjauan lahan off season mengaku mendukung apa yang dilakukan oleh petani dan masyarakat setempat. “Kita merasa puas hasil pertanian ini sebagian besar bagus, walaupun ada sedikit yang gagal,” ujar Wildan.

Komisi B DPRD  Bantul meninjau lokasi lahan cabai off season di Soge Kalurahan Srigading Sanden. (istimewa)

Dia berharap, kehadiran pemerintah dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul  akan menjadi penyemangat bagi petani berinovasi. Karena dinilai berhasil, maka off season bisa dikembangkan di wilayah lahan pasir yang  lain. Selain hasil cabai besar dan bagus, harga jualnya juga tinggi mengingat panen dilakukan di luar musim pada umumnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, memiliki komitmen untuk memberikan bantuan pupuk kandang dan pupuk organik dari limbah Pabrik Gula Madukismo. “Semua itu untuk menambah produktivitas pertanian di lahan pasir,“ kata Joko.

Sagiyo selaku tokoh masyarakat Tirtohargo Kretek yang mengembangkan Deswita Prau Opak saat ditemui secara  terpisah mengatakan mereka bergerak setelah melihat potensi pengembangan  kawasan selatan dan pembangunan JJLS yang dilakukan oleh pemerintah. "Kita melihat potensinya bagus untuk dikembangkan. Akhirnya warga berembug dan kita bangunlah secara swadaya," katanya.

Di antaranya yang sudah terwujud adalah bangunan mushala, tempat pertemuan  dan warung. Sedangkan perahu, mereka bekerjasama dengan  Laguna Depok  serta meminjam milik nelayan. "Ada dua unit kapal yang kami operasikan," katanya. Jam buka pengunjung pukul 06:00 hingga 18:00.

Buntoro, warga lainnya mengatakan saat ini mereka membangun Deswita Prau Opak secara swadaya. Diharapkan keberadaan obyek wisata ini akan memberi kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat. "Yang kami lakukan adakah bagaimana masyarakat berdaya dengan memaksimalkan potensi yang ada," kata Buntoro.

Ketua Forum Komunikasi Petani "Ngremboko Nir Sambikolo", Suratno yang bersama anggotanya mengembangkan lahan cabai off season mengatakan, lahan yang mereka olah seluas dua hektar dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Sebelum tanam cabai, lahan ditanami singkong maupun terong.

"Kemudian di sini dijadikan lahan demplot cabai dua hektar. Dan selama saya hidup, ini lahan demplot terluas yang pernah ada. Karena biasanya demplot itu kisaran 400 meter," kata Suratno.

Ternyata dengan pemeliharaan yang telaten dan didampingi petugas, hasil panen  off season sangat baik. Panen dilakukan setiap lima hari sekali dan dijual ke pasar lelang. Saat ini harganya Rp 35.000 hingga Rp 45.000 per kilogram dan pernah menyentuh level harga tertinggi hingga Rp 64.000. Dengan hasil ini tentu saja petani mengalami  untung besar  dibanding ketika ditanami singkong atau terong.

 "Kendala petani memang banyak menanam di luar musim. Tetapi semua bisa dipelajari dengan kemajuan teknologi," katanya. Misal soal  PH tanah rendah, bisa ditingkatkan dengan kompos berkali-kali serta diberi kapur agar PH naik, dan tanaman  akan hidup. Adapun lahan yang ditanami ini milik 25 orang petani. (*)