Ekonomi Membaik, Pertumbuhan Tembus 5,5 Persen

Ekonomi Membaik, Pertumbuhan Tembus 5,5 Persen

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kunta Wibawa Dasa Nugraga, optimistis tahun ini kondisi pasar modal di Indonesia akan membaik. Dia juga yakin, Indonesia akan mampu menjaga  pertumbuhan ekonomi pada angka 5,5 persen.

Untuk menjaga posisi ini, pemerintah akan konsisten mendorong pertumbuhan itu, salah satunya dari sektor penurunan pajak. Sehingga angka produksi mampu tumbuh, di samping juga mengedepankan perguliran dana pemerintah ke masyarakat secara langsung, yang diterapkan dalam dana sosial hingga kredit usaha kecil.

Hal itu disampaikan Kunta Wibawa seusai berbicara dalam Market Outlook 2020 bertema 2020 Vision: Clearer View for Growth di Yogyakarta, Kamis (16/1/2020). Acara ini digelar oleh BNI Asset Management.

Pada acara Market Outlook yang diselenggarakan 16 Januari 2020 ini, BNl-AM menghadirkan beberapa pembicara seperti Mr Rohit Jaggi dari Kementerian Keuangan RI, CFA VP Morgan Stanley Capital International (MSCI), Jamie Douglas Coutts Senior Equity Workflow Specialist Bloomberg Singapore, serta Kepala Equity Fund Manager BNl-AM, Yekti Dewanti.

Direktur BNI- Asset Management (BNI-AM), Putut Andanawarih yang hadir dalam acara ini mengungkapkan hal senada. Dia  optimistis, kondisi pasar modal Indonesia pada tahun 2020 akan membaik dan lebih clear. Kondisi ini, akan menjadikan iklim investasi juga semakin baik dan menarik.

Putut sangat yakin tahun menjadi titik balik perekonomian, setelah perekonomian global tahun 2019 diwarnai risiko eksternal yang cukup volatile dengan adanya trade war AS dan Tiongkok.

Trade war mengakibatkan perlambatan ekonomi yang dirasakan tidak hanya di AS dan Tiongkok, namun ke seluruh penjuru dunia.

Pertumbuhan ekonomi global terkena hit, di mana hampir seluruh pertumbuhan GDP negara-negara di dunia mengalami perlambatan.

Seluruh negara, melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan ini. Berbagai stimulus seperti penurunan suku bunga, penurunan Giro Wajib Minimum, serta easing stimulus lainnya dilakukan, untuk dapat bertahan dari ancaman perlambatan.

Namun, memasuki tahun 2020 ini, Putut yakin risiko dari terjadinya resesi mulai berkurang setelah data-data ekonomi dunia tidak seburuk seperti yang dikhawatirkan. Akan tetapi, era suku bunga rendah masih akan persists dikarenakan masih perlunya insentif-insentif untuk menstimulus ekonomi.

Direktur Riset CORE Indonesia, Dr Piter Abdullah, melihat sisi peluang dan potensi perekonomian Indonesia memang besar kemungkinan membaik. Jauh melampaui raihan 2019. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi barrier, semakin efektif.

Sebagaimana diketahui, perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 disebabkan oleh turunnya angka ekspor produk-produk unggulan seperti sawit, karet dan CPO. Namun dia melihat, di awal tahun 2020 ini, angka ekspor pun sudah menunjukkan peningkatan. Langkah pemerintah untuk mengoptimalkan pasar domestic, mulai berdampak pada membaiknya harga-harga komoditi utama seperti sawit dan nikel.

Dengan demikian indeks konsumsi masyarakat Indonesia ikut naik juga. Ditandai dengan inflasi yang rendah, maka keyakinan akan pelemahan ekonomi itu tidak seluruhnya benar.

Putut menambahkan, jika konsumsi domestik berhasil dimaintenance, maka potensi resesi dapat berkurang.

”Kondisi Indonesia, kami melihat pasca-Pilpres 2019 dan konsolidasi dari pemerintahan, saat ini pemerintah sudah dapat berfokus untuk mengerjakan rencana dan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,” lanjutnya.

Saat ini, kata Peter, Omnibus Law menjadi salah satu yang ditunggu, karena di dalamnya akan termasuk UU Tenaga Kerja, pemotongan pajak korporasi yang dapat mendorong investasi masuk ke Indonesia. Struktur trade balance Indonesia juga terlihat membaik, terutama dari sisi minyak dan gas.

“Terlihat impor minyak dan gas Indonesia berangsur membaik selama 2019, yang merupakan katalis positif bagi nilai tukar rupiah,” demikian imbuh Putut.

Terbitkan Reksadana

Kepada media, Yekti Dewanti mengatakan,  searah dengan perkembangan tren industri investasi, awal tahun 2020 BNl-AM menerbitkan Reksa Dana ETF bertema ESG dengan nama Reksa Dana BNl-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia (kode produk di BEI : XBES) yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia 9 Januari 2020.

Reksa Dana ETF ini merupakan reksadana ETF kedua yang diterbitkan oleh BNI-AM setelah Reksa Dana BNl-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Equity Index (kode : XBNI) pada tahun 2018.

Jika dilihat dari terbitnya beberapa Reksa Dana ETF, XBES merupakan Reksa Dana ETF ke-39 yang telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada tahun 2020 ini BNI-AM mempelopori pencatatan dan perdagangan ETF pertama di tahun2020 di BEI.

”Kami meluncurkan XBES untuk menyediakan varian produk bagi investor yang ingin mengoptimalkan kinerja investasi dengan portofoHo investasi emiten berfundamental baik dan mempertimbangkan aspek ESG (Environment, Social and Governance). ETF ini dapat dengan mudah dicari di BEI karena diperdagangkan melalui pasar primer dan pasar sekunder di BEI,” katanya. (sol)