Event Satra Beralih ke Panggung Digital, Para Penyair Baca Puisi dari Rumah

Event Satra Beralih ke Panggung Digital, Para Penyair Baca Puisi dari Rumah

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Event rutin Sastra Bulan Purnama yang digelar setiap bulan di Tembi Rumah Budaya Jalan Parangtritis Sewon Bantul, kini beralih ke panggung digital.

Akibat wabah Corona atau Covid-19, edisi ke-103 acara itu tidak memungkinkan diselenggarakan secara langsung seperti biasanya.

Bertajuk poetry reading from home, para penyair yang sedianya tampil diminta membuat rekaman baca puisi sendiri, termasuk pentas musik kemudian dikirim ke penanggung jawab Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro, melalui email atau whatsapp.

Video yang masuk diolah oleh Yuladi selaku teknisi teknologi informasi (TI) Tembi Rumah Budaya selanjutnya di-upload di youtube pada Rabu 8 April 2020.

Ons mengakui, virus Corona membuat sebagian besar warga dunia mengambil pilihan tinggal di rumah atau stay at home dan bekerja di rumah atau work of home. Semua itu untuk memutus mata rantai virus Corona agar tidak merebak.

“Kita saling mengambil jarak dari kerumunan, maka berbagai aktivitas yang memerlukan kehadiran banyak orang dihentikan sementara waktu sampai keadaan betul-betul pulih dan setiap orang kembali nyaman saling berinteraksi,” paparnya.

Sastra Bulan Purnama edisi 103 memang sengaja dihentikan. Beberapa penyair yang sudah siap untuk meluncurkan antologi puisi, jauh-jauh hari sudah diberitahu.

Para penyair seperti Bambang Supranoto dari Cepu yang menyiapkan buku puisi berjudul Menjala Waktu di Lawang Sewu diminta tidak hadir di Tembi.

Bambang Supranoto penyair dari Cepu. (istimewa)

Demikian juga Menik Sithik yang sudah menyiapkan buku puisi berjudul Episode Sunyi batal tampil di Tembi Rumah Budaya.

“Bersama teman-temannya dia akan menampilkan pertunjukannya dalam bentuk rekaman audio visual di youtube,” kata dia.

Menik dan Denny Arvian akan membacakan puisi, Rifha Raster, Hisha Mukti, Sandy Krisna Hadinata, Eka Zulfikar dan Adi Mahapena akan melantunkan lagu puisi.

Ditampilkan pula pembacaan puisi kolaborasi dengan tarian yang dibawakan Tara Nusantara dan Yanz Haryo Damista, dengan iringan musik Ki Usman dan Ki Wardoyo. Videonya sudah dikirim siap tayang.

Dijadwalkan tampil pula alumni mahasiswa Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Sebelas Maret angkatan tahun 1980-an yang menerbitkan antologi puisi bersama Lepas Kampus Tanpa Jumawa.

Mereka adalah Agus Purwanto (Tulungagung), Aming Aminoedhin (Mojokerto), Djuhardi Basri (Lampung), Minto Rahayu (Depok, Bogor), Puji Isdriyani, Sri Ardani Titisari (Jakarta), Agnes Adhani (Madiun), Watiek Sulistyo (Solo), Wieranto(Sukoharjo), Dedet Setiadi (Magelang), Kun Cahyono (Wonosobo) dan Junaidi Haes dari Ngawi Jawa Timur.

Ons menegaskan, bukan berarti Sastra Bulan Purnama edisi 103 batal digelar. Secara konvensional pertunjukan secara langsung tidak diselenggarakan. “Tetap digelar tetapi tidak di panggung konvensional di Tembi Rumah Budaya,” tandasnya.

Ons Untoro selaku penanggung jawab Sastra Bulan Purnama sudah menghubungi beberapa penyair agar membuat rekaman pembacaan puisi di rumahnya kemudian dikirim melalui email.

“Kurnia Effendi, penyair yang tinggal di Jakarta, merespons Sastra Bulan Purnama digital ini dengan menyebutnya sebagai poetry reading from home,” ujar dia. (sol)