Fasion untuk Pemulihan Ekonomi

Fasion untuk Pemulihan Ekonomi

CITAYEM Fashion Week  menjadi topik yang hangat diperbincangkan masyarakat. Citayem Fashion Week merupakan ajang peragaan busana yang diselenggarakan oleh remaja dengan lokasi dekat Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Para remaja tersebut memanfaatkan zebra cross sebagai sarana peragaan busana dan membuat content  untuk media sosial. Unggah content  di berbagai media sosial seperti Instagram, Tik-Tok dan YouTube membuat Citayem Fashion Week menjadi viral dan mendorong semakin banyak masyarakat mengunjungi Stasiun MRT Dukuh Atas.

Remaja yang mengunjungi Citayem Fashion Week  berasal dari daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Citayam, dan Bojonggede. Para remaja tersebut memanfaatkan Citayem Fashion Week dan daerah sekitar Dukuh Atas tidak hanya sebagai arena untuk peragaan busana, tetapi juga sarana bersosialisasi dan berinteraksi, bahkan adu fasion yang digunakan. Para remaja tersebut menggunakan fasion dengan jenama atau merek lokal dan bukan menggunakan jenama terkenal.

Remaja-remaja di Citayem Fashion Week  melenggak lenggok seperti model. Remaja tersebut sangat konfiden menggunakan fasion lokal dan memamerkan fasion yang digunakan kepada publik. Remaja-remaja tersebut tidak ada yang berprofesi sebagai model dan ketika event ini sudah terkenal artis, model dan politisi berdatangan ke Stasiun MRT Dukuh untuk melenggak lenggok seperti model.

Citayem Fashion Week  menginspirasi daerah lain untuk menyelenggarakan event sejenis. Di Yogyakarta, masyarakat mengenal Malioboro Fashion Week, di Malang dikenal Kayutangan Street Style dan di bandung dikenal Braga Fashion Week. Berbagai event tersebut menggunakan konsep yang sama dengan menggunakan zebra cross atau trotoar sebagai sarana peragaan busana dan memamerkan fasion lokal atau busana tradisional.

Fenomena ini menunjukan bahwa fasion dengan jemana (merk) lokal  memiliki nilai jual di masyarakat dan memiliki pasar yang jelas. Para remaja asal Depok, Citayam, Bojonggede dan daerah lainnya tidak malu untuk menggunakan fasion lokal Citayem Fashion Week. Jika semua remaja di tanah air bangga menggunakan fasion lokal, maka ini dapat membangkitkan usaha kecil menengah di bidang fasion.

Dengan demikian maka fasion dapat digunakan sebagai sarana untuk penulisan ekonomi pascapandemi. Pandemi memberikan dampak terhadap semua aspek kehidupan, tidak terkecuali ekonomi. Perusahaan dipaksa memutuskan hubungan kerja karyawannya dan usaha kecil menengah banyak yang gulung tikar. Minat masyarakat untuk menggunakan fasion lokal perlu terus ditingkatkan sehingga memberikan peluang usaha kecil menengah dan industri fasion di tanah air terus berkembang.

Kebangkitan Fasion Lokal

Citayem Fashion Week  merupakan momentum kebangkitan fasion lokal. Masyarakat harus lebih bangga terhadap fasion lokal dan dengan percaya diri menggunakan fasion lokal. Masyarakat Indonesia harus belajar dari remaja Depok, Citayem dan Bojonggede yang percaya diri menggunakan fasion lokal.  Penggunaan fasion lokal akan mendorong permintaan terhadap fasion lokal. Jumlah permintaan yang meningkat maka akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha kecil menengah dan industri fasion di tanah air.

Pemerintah juga perlu berpihak kepada fasion lokal. Keberpihakan Pemerintah diwujudkan dalam kebijakan yang berpihak terhadap fasion lokal seperti seragam aparatur sipil negera yang menggunakan fasion lokal serta memberikan ruang gerak bagi generasi muda atau masyarakat untuk menyelenggarakan event yang memperkenalkan fasion lokal. Semoga slogan “Gunakan Produk-Produk Dalam Negeri” bukan hanya sekedar utopia. **

Heri Abi Burachman Hakim, SIP., MIP

Pranata Humas ISI Yogyakarta