Gempa Goncang Hardjolukito, Korban Dievakuasi

Gempa Goncang Hardjolukito, Korban Dievakuasi

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Gempa dengan kekuatan besar mengguncang RSPAU dr S. Hardjolukito, Kamis (23/12/2021) pukul 08.00 WIB. Goncangan gempa ini memicu kebakaran karena konsleting listrik di beberapa Gedung RSPAU yang berlokasi di Jalan Ring Road Timur,Banguntapan Bantul tersebut. Juga bangunan runtuh dan menimpa pasien ataupun pengunjung RS dan pegawai.

Secara sigap petugas langsung melakukan koordinasi dibawah kendali Kepala Rumah Sakit, Marsma TNI dr Mukti Arja Berlian Sp.PD,Sp.KP menggunakan sarana komunikasi handy talky.(HT). Tidak berapa lama, petugas pemadam  dari Lanud Adi Soecipto terlihat  merapat dan melakukan pemadaman. Sementara disisi lain petugas dari TNI AU ataupun RS Hardjolukito ada  yang langsung mendirikan tenda darurat di tengah lapangan, ada pula yang melakukan evakuasi terhadap para korban. Terlihat pula  petugas yang menyiapkan berbagai kebutuhan logistik dan obat-obatan.

Untuk tim medis   melakukan perawatan  kepada para korban baik di tenda darurat, di IGD  dan di gedung siaga  bencana yang telah dilengkapi dengan velbed. Sebagian korban dirujuk ke RS lain menggunakan mobil ambulans.

Selain melakukan perawatan bagi  korban internal, pihak RSPAU juga menerima korban  dari luar yang dievakuasi ke RS tersebut. Total korban dari luar yang dikirim BPBD DIY ada 50 orang.Status pasien langsung diidentifikasi untuk memudahkan perawatan dan penanganan.

Demikianlah skenario dalam kegiatan lapangan penanggulangan bencana internal dan eksternal RSPAU dr S Hardjolukito. Rantai koordinasi  dan komunikasi terlihat sangat tertata, sehingga semua korban tertangani dengan baik.

“Kegiatan ini adalah simulasi bagaimana jika terjadi bencana di internal RS. Tadi kita lihat ruang gizi, Infolahta AU dan farmasi terbakar karena konsleting sebagai dampak gempa. Disisi lain secara eksternal  dari BPBD  DIY mengirim korban kemari yang kemudian kita tindak lanjuti,”kata Koordinator Latihan  Kolonel  Kes Drg. Estu Pramana kepada koranbernas.id di lokasi.

Kegiatan simulasi juga untuk  menguji struktur  organisasi penanggulangan bencana, siapa harus berbuat apa.  Jadi ketika struktur penanggulangan bencana diaktifkan, otomatis  SOP langsung berjalan.  Kendati semua tidak pernah berharap bencana terjadi, namun kesiapan baik sarana prasarana, alat kesehatan dan SDM sudah dipersiapkan secara maksimal oleh RSPAU  untuk menghadapi bencana di DIY. Termasuk telah dibangunnya gedung penanggulangan bencana dengan ukuran besar yang mampu menampung ratusan orang.

Sementara Kepala Humas Letkol Kes Wartono mengatakan simulasi tersebut juga untuk menguji  buku Hospital Disaster Plan (HDP), yang ditulis oleh Kolonel Estu. “Ini ujicoba pertama kali, karena memang buku baru diterbitkan tahun 2021. Biasanya kita melakukan pelatihan secara parsial,misal penanggulangan bencana atau kebakaran di ruang perawatan atau di bagian yang lain. Nah kalau saat ini dibuat simultan,”kata Letkol Kes Wartono. Termasuk juga melibatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan BPBD DIY. Dengan demikian rantai komando dan rantai kordinasi juga diuji coba untuk memastikan berjalan dengan baik.

“Ke depanya latihan seperti ini akan kita rutinkan. Sehingga reflek jika ada kejadian, petugas di RSPAU sudah tahu apa yang harus dilakukan,”katanya.,

Latihan penanggulangan bencana selain melaksanakan uji teknis naskah Hospital Disaster Plan (HDP), juga untuk meningkatkan kemampuan personel RSPAU dr. S. Hardjolukito dalam penanggulangan berbagai bencana khususnya yang mungkin terjadi secara internal seperti halnya kebakaran (code red), korsleting listrik, kecelakaan kerja, code blue, dan simulasi evakuasi medik pasien pada keadaan darurat.

Oleh karena itu untuk perlu disusun rencana kegiatan latihan penanggulangan bencana sebagai pedoman dalam pelaksanaannya agar mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Sasaran latihan ini adalah seluruh personel RSPAU dr. S. Hardjolukito, baik medis, paramedis maupun non medis untuk dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Selain itu agar setiap personel dapat memahami peran setiap individu apabila terjadi keadaan darurat, bencana alam atau bahaya kebakaran dan lain-lain, mengetahui jalur evakuasi medis bagi pasien khususnya pasien rawat inap dan memahami sistem dan prosedur yang harus dilakukan sesuai piranti lunak/petunjuk yang berlaku.

Hal ini juga didasari pemikiran letak Indoesia yang berada diantara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik, serta berada di posisi ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali dilanda bencana gempa bumi  dan letusan gunung berapi.

Posisi dan kondisi geografis serta geologis Indonesia yang sedemikian rupa memang sangat potensial untuk terjadinya berbagai bencana alam. Potensi keadaan gawat darurat dalam sebuah rumah sakit seperti halnya bencana alam akibat gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor , bahaya kebakaran, ledakan gas maupun kejadian darurat lainnya sangat besar kemungkinan terjadi.

Tenaga kesehatan perawat merupakan front liner dalam pelayanan kesehatan baik di ruang unit gawat darurat, rawat inap maupun rawat jalan dalam menghadapi kasus-kasus kegawat daruratan medik seperti bantuan hidup dasar, pengelolaan jalan napas, perdarahan, trauma, stabilisasi dan tranfortasi korban serta kegawatdaruratan lainnya. Hal ini dilakukan agar tercipta pelayanan kesehatan dan tindakan yang cepat dan tepat baik ditempat kejadian maupun selama proses evakuasi sehingga dapat menyelamatkan jiwa atau mengurangi kemungkinan bertambahnya tingkat kecacatan korban.

Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSPAU) dr. S. Hardjolukito sebagai subsistem kesehatan nasional dan berkaitan dengan operasi militer selain perang (OMSP), wajib turut berperan di dalam penanganan kejadian-kejadian bencana di Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Sebagai Rumah Sakit Rujukan TNI/TNI AU untuk seluruh Indonesia khususnya wilayah Jawa Tengah, DIY dan sekitarnya maka sangat dimungkinkan untuk menjadi rumah sakit yang diharapkan oleh sebagian masyarakat pada masa yang akan datang. Sehingga dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap segala kemungkinan yang sewaktu waktu dapat terjadi maka diperlukan bentuk latihan penanggulangan bencana dan simulasi evakuasi medik guna peningkatkan knowledge, skill, attitude, development safety dan informasi ataupun teknologi terkini. (*)