Generasi Muda Khonghucu Indonesia Bela Din Syamsuddin

Generasi Muda Khonghucu Indonesia Bela Din Syamsuddin

KORANBERNAS.ID, JAKARTA -- Generasi Muda Khonghucu Indonesia (Gemaku) mengutuk keras tudingan yang menyebut tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin adalah radikal.

Founder Gemaku, Kristan, mengatakan narasi isu yang menyebut tokoh sekelas Din Syamsuddin sebagai tokoh radikal memiliki makna negatif. Itu merupakan sebuah narasi yang sangat tak berdasar.

Menurut Kristan, Din Syamsuddin merupakan tokoh moderasi beragama yang sudah sejak lama bersama-sama dengan para tokoh lintas agama memperjuangkan Kebhinekaan dan Pancasila.

“Sebagai sebuah bangsa janganlah kita mudah menghakimi sesama anak bangsa, hanya karena sebuah perbedaan pemikiran,” ujar Kristan melalui rilisnya ke redaksi koranbernas.id Minggu (14/2/2021).

Gemaku, kata Kristan, mengutuk keras tuduhan yang diarahkan kepada Din Syamsuddin. “Generasi Muda Khonghucu Indonesia mengutuk keras narasi-narasi tak berdasar fakta seperti demikian. Kami berharap penegak hukum mengorek informasi lebih dalam, sesungguhnya siapa orang-orang yang ada di balik hal-hal seperti demikian,” tegasnya.

Menurut Kristan, melihat track record tokoh sekelas Din Syamsuddin, tidak mungkin mempunyai keinginan mengkhianati negara dengan dalih radikal.

Kristan pun menilai adanya grand design di balik tuduhan itu semua, dengan bertujuan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Pemerintah dan elemen masyarakat harus dapat membongkar ini semua. Jikalau tidak dibuka selebar-lebarnya, justru bisa menjadi bumerang untuk kita semua sebagai anak-anak bangsa,” terangnya.

Menurut Kristan, adanya penilaian saat ini pemerintah anti terhadap demokrasi dan perbedaan pendapat harus dilawan dengan bukti nyata.

Dia curiga jika ternyata ada pihak yang memang memanfaatkan pemerintahan itu sendiri untuk memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Generasi Muda Khonghucu Indonesia melihat dengan baik Pak Din sebagai tokoh lintas agama yang berjuang untuk semangat perdamaian dan Kebhinekaan. Terbukti beliau pernah menjadi utusan khusus Presiden dalam dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban,” jelasnya.

Adanya perbedaan pandangan antara Din Syamsuddin dengan pemerintah dalam situasi demokrasi merupakan sebuah dinamika yang wajar. Akan tetapi, semua pihak harus bisa menyelesaikannya secara bijaksana dan dengan cara kekeluargaan.

“Gemaku hari ini merasa bersedih jika para tokoh bangsa harus saling di-bully, dipersekusi hanya karena saling perbedaan pendapat di antara mereka. Karena Pak Din dan pemerintah sesungguhnya punya cita-cita yang sama yaitu ingin Indonesia lebih baik di masa yang akan datang,” tuturnya.

Gemaku juga  mengimbau setiap elemen bangsa mampu introspeksi diri dengan arif dan bijaksana, di tengah mudahnya disintegrasi bangsa akibat proxy war di era digital saat ini.

“Perbedaan pendapat hendaknya disikapi sebagai bagian demokrasi dan keniscayaan. Cara-cara yang bisa membuat disintegrasi bangsa hendaknya direduksi sekecil mungkin. Jangan sebaliknya dibesar-besarkan yang akan merugikan kita semua sebagai bangsa,” tandasnya. (*)