Generasi Muda Tolak Politik Uang

Generasi Muda Tolak Politik Uang

KORANBERNAS.ID,BANTUL--Generasi muda Bantul yang tergabung dalam Karang  Taruna  menolak segala bentuk politik uang dalam Pilkada 9 Desember mendatang. Hal itu  ditandai dengan Deklarasi Gerakan Anti Money Politik dan nonton bareng debat pasangan calon bupati dan wakil bupati Bantul di  Jogja Youth Farming, Dusun watu, Desa Argomulyo,Kecamatan Sedayu Bantul, Rabu (11/11/2020) malam.

Deklarasi dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan. Para peserta dan tamu undangan  yang datang ke lokasi diwajibkan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengenakan masker dan menjaga jarak.

Nur Kholis Ketua Karang Taruna Kabupaten Bantul yang memimpin deklarasi mengatakan jika deklarasi tersebut adalah bentuk kepedulian dari anggota karang taruna hingga di lini terbawah untuk menciptakan demokrasi Bantul ke depan lebih berkualitas.

“Jika  sampai  di Bantul terbukti ada jual beli suara, tentunya ini  suatu kemunduran dalam proses demokrasi,”kataya.

Untuk itulah, agar Pilkada itu berkualitas, semua pihak harus peduli termasuk mencegah terjadinya politik uang. Sehingga anggota  Karang Taruna  akan diterjunkan untuk memantau, melihat, mendengar dan mencari bukti nyata jika ada pelanggaran dalam Pilkada. Khususnya dalam jual beli suara atau money politic tadi.

Setelah mendapatkan bukti akan dilaporkan ke Bawaslu.  Karena kewenangan mereka  hanya  sampai disitu saja.

Sementara itu, debat pasangan  calon bupati dan wakil bupai berjalan hangat dan ‘saling serang’. Misalnya saja paslon nomor 2 pasangan Drs H Suharsono-H Totok Sudarto menanyakan mengenai harmonisasi di Bantul seperti disampaikan paslon nomor 1, H Abdul Halim Muslih-Joko Purnomo SE, kubu  paslon nomor 2 menanyakan, harmonis itu dimulai dari mana

“Harmonis  dimulai dari pasangan bupati dan wakil bupati. Sehingga ada pembagian tugas dan kewenangan antar  bupati dan wakil bupati tersebut,” kata Joko Purnomo.

Mendengar jawaban tersebut, H Totok Sudarto mengatakan yang dinamakan harmonis itu harus dimulai dari hal yang terkecil.

“Yakni harmonis dimulai dari tataran keluarga,”katanya.

Selain itu, kedua paslon dalam debat yang difasilitasi KPU Bantul tersebut  terlihat saling adu program, ide dan gagasan dalam banyak hal. Termasuk pengembangan BUMDesa.  

Mesti Widodo, Komisioner KPU Bantil mengungkapkan debat tersebut merupakan yang ketiga. 

"Sebelumnya debat calon bupati dan wakil," jelasnya.(*)