GeNose C19 Mampu Deteksi Varian Baru Covid-19

GeNose C19 Mampu Deteksi Varian Baru Covid-19

KORANBERNAS ID, SLEMAN -- Dunia kesehatan digegerkan mutasi virus SARS-CoV-2 varian B.1617.2 yang merupakan varian baru dari India. Di tanah air, varian virus ini ditemukan di sejumlah wilayah. Pemerintah terus berupaya aktif melakukan testing, tracing, dan treatment terhadap tenaga kesehatan dan pasien menyusul temuan 2 kasus varian India ini.

Di Yogyakarta, hingga berita ini diturunkan, belum ditemukan kasus positif dengan varian ini. Walau demikian, Dian Kesumapramudya Nurputra, peneliti Universitas Gadjah Mada yang ikut serta mengembangkan alat deteksi cepat Covid-19 GeNose, menyebut saat ini GeNose mampu mendeteksi varian baru tersebut.

Dian menyampaikan empat pembaruan terkait GeNose C19 yaitu pembaruan versi perangkat lunak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), standard operational procedure (SOP) operator, buku manual, dan uji validitas eksternal alat skrining Covid-19 tersebut.

Dalam versi AI 1.3.2 build 6 diperbarui dari sisi interface yang lebih ramah bagi operator alat (user friendly), basis data yang lebih besar, dan fitur pembacaan kurva secara manual.

“Fitur ini nantinya bisa membantu dokter atau tenaga kesehatan yang ingin mempelajari bentuk-bentuk kurva hasil pembacaan alat GeNose C19,” tutur Dian saat memberikan keterangan kepada media, Minggu (23/5/2021).

Dengan adanya update AI tersebut, akurasi alat meningkat sehingga GeNose C19 akan lebih baik melayani masyarakat yang menjalani tes skrining Covid-19. Pembaruan kecerdasan buatan GeNose C19 bisa untuk mengantisipasi varian-varian baru virus SARS-CoV-2 yang muncul.

“Varian D64G sudah masuk ke data base yang sekarang,” jelas Dian.

Akses basis data varian baru virus didapatkan dari rumah sakit yang merawat pasien dengan varian baru, sehingga peneliti mampu mendapatkan sampel napas untuk memperbarui kecerdasan buatan GeNose C19.

“Kecerdasan buatan GeNose C19 versi terbaru juga menyediakan indikator bagi operator untuk menerapkan SOP secara tepat agar pembacaan kurva lebih akurat dan mudah,” imbuhnya.

Dian juga menjelaskan, pembaruan kecerdasan buatan GeNose C19 akan berjalan dinamis. Artinya, perangkat AI akan rutin diperbarui dan hal itu membutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk memastikan prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan tepat.

“Setiap operator perlu secara rutin memeriksa dan memperbarui perangkat lunak alat GeNose C19 hanya melalui fitur di perangkat lunak yang sudah ada dan terhubung dengan Internet,” terang Dian.

Sebagai alat kesehatan, GeNose C19 juga sedang berada dalam tahap uji diagnostik post-marketing, yaitu uji validitas eksternal.

“Tujuannya untuk mengonfirmasi performance alat itu apabila diimplementasikan di kondisi riel dengan berbagai macam perilaku operator dan kondisi,” ujar Dian.

Uji validitas eksternal GeNose C19 akan dilakukan oleh tiga institusi, yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia, dan Universitas Airlangga.

Peneliti akan memberikan pelatihan dan mengirim mesin GeNose C19 versi terbaru ke setiap institusi tersebut. Tim independen dari berbagai institusi tersebut akan mengevaluasi validasi dan akurasi alat, sehingga nantinya GeNose C19 dapat memberikan jaminan kepastian dalam penggunaan GeNose C19.

Selain kecerdasan buatan, pada kesempatan yang sama, Prof Kuwat menerangkan bahwa tim peneliti sudah mengembangkan sistem penjaminan mutu yang disebut kalibrasi. "Kalibrasi ini berguna untuk menyeragamkan atau membuat sistem konsisten, antara mesin satu dan lainnya,” tutur Kuwat.

Ia juga menuturkan bahwa evaluasi pengoperasian mesin di lapangan juga sedang dilakukan secara acak oleh tim peneliti. Hasil dari temuan di lapangan tersebut akan dipakai sebagai umpan balik dalam menyempurnakan GeNose C19. (*)