Gunungkidul Bertekad Memenuhi Kebutuhan Nasional Minyak Kayu Putih

Gunungkidul Bertekad Memenuhi Kebutuhan Nasional Minyak Kayu Putih

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Tidak banyak yang tahu jika selama ini Kabupaten Gunungkidul ternyata menjadi produsen minyak kayu putih terbesar di DIY. Untuk tahun 2021 ini proses produksi dengan penyulingan perdana dilakukan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen, Senin (19/4/2021).

Hadir dalam kesempatan ini Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI Wiratno, Bupati Gunungkidul Sunaryanta, dan pejabat yang lain.

Rusidi, Kepala Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole, melaporkan setiap harinya pabrik ini mengolah sebanyak 18 ton daun kayu putih yang menghasilkan 44 liter minyak kayu putih murni.

“Untuk bahan baku daun kayu putih berasal dari Gunungkidul. Persisnya diambil dari kawasan hutan rakyat milik negara atau Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH),” katanya.

Sedang proses penyulingan sepenuhnya melibatkan warga sekitar. Sebanyak 40 karyawan pabrik bekerja setiap harinya selama 24 jam dengan pembagian dua shift secara giliran.

Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, program penyulingan minyak kayu putih terbesar di DIY di Sendang Mole ini berpotensi untuk dikembangkan lagi. Selain 40 karyawan, terdapat 12.000 tenaga yang membantu penanaman pohon kayu putih di Gunungkidul.

Sultan mengakui, upaya tersebut berdampak positif pada kesejahteraan warga setempat. Sebab hasilnya tidak hanya dirasakan oleh karyawan dan tenaga yang terlibat, tetapi juga keluarga mereka.

Sedang Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Wiratno, menilai program pemberdayaan yang dilakukan Sendang Mole bisa menjadi percontohan dalam industri. Khususnya di sektor hasil hutan kayu putih.

Menurutnya, produksi minyak kayu putih memiliki potensi dan peran signifikan, karena kebutuhan komoditas ini selalu ada dan meningkat dari waktu ke waktu.

"Makanya perlu adanya pengembangan dan inovasi yang lebih luas lagi dari produksi tanaman kayu putih ini," ujar Wiratno.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, dalam kesempatan ini mengakui kayu putih menjadi komoditas yang layak dikembangkan lebih lanjut, karena kebutuhan akan minyak kayu putih tergolong tinggi.

"Kebutuhan dalam negeri sekitar 3.500 ton per tahun, sedangkan produksinya masih 600 ton per tahun," katanya. Sehingga hal ini menjadi peluang bagi Gunungkidul.

Data dari Sendang Mole juga menunjukkan lahan tanam Kayu Putih di Gunungkidul luasnya hampir mencapai 4.000 ribu hektar. Ia pun menyatakan produksi minyak kayu putih bisa lebih dioptimalkan dari lahan tersebut.

"Kita masih mampu memenuhi kebutuhan nasional yang melampaui hasil produksi," ujar Sunaryanta.

Pada sisi lain, ia berharap peningkatan kapasitas produksi tersebut juga berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Apalagi ia memiliki program di sektor ekonomi kerakyatan. (*)