Harus Patuhi Prokes, Paslon Pilkada Tidak Bisa Bergerak Leluasa

Harus Patuhi Prokes, Paslon Pilkada Tidak Bisa Bergerak Leluasa

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA –  Pandemi Covid-19 dirasakan mempengaruhi pergerakan pasangan calon (paslon) pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Mereka harus mengikuti protokol kesehatan secara ketat yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak.

Setidaknya, ini dirasakan calon wakil bupati Gunungkidul, Martanti Soenar Dewi, yang berpasangan dengan calon bupati Immawan Wahyudi. Meski demikian pasangan nomor urut dua itu tetap turun menyapa masyarakat dengan mengikuti aturan,  kampanye tidak boleh dihadiri lebih dari 50 orang.

“Dengan pandemi ini pergerakan kami sangat dibatasi aturan. Apalagi Pak Immawan sebagai Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Pasangan lain mungkin bisa mencuri-curi tambahan dalam satu kumpulan maksimal 50 aturannya. Tapi kami tidak bisa karena kami ini contoh. Kami harus memberikan contoh kepada masyarakat. Kami akan disorot jika melanggar aturan,” ungkapnya kepada wartawan, Selasa (27/10/2020) malam, usai mengikuti debat pilkada di TVRI Jogja.

Demi mengikuti aturan tersebut, pasangan ini berbagi tugas berkeliling ke masyarakat, setiap hari minimal menjangkau sepuluh titik. “Yang namanya satu pasang itu  laki-laki dan perempuan. Artinya pemerintahan itu komplet jika ada yang mewakili kaum laki-laki dan perempuan,” ungkapnya didampingi Heri Dwi Haryono, anggota DPRD DIY dari Gunungkidul.

Martanti yang merupakan trah Bupati pertama Gunungkidul Poncodirjo ini mengakui, jumlah perempuan di kabupaten ini mencapai 51,4 persen. Ini merupakan potensi yang harus diberdayakan.

“Perempuan selama ini seperti orang yang masih terpinggirkan bila tidak terwakili, akan kami angkat supaya perempuan lebih berdaya dan mandiri. Tidak hanya sekadar nyadhong suami mereka bisa memberdayakan diri sehingga kesejahteraan keluarga terangkat,” ungkapnya.

Menurut dia, potensi  perempuan di Gunungkidul sangat bagus namun harus ada dorongan dan kemauan serta sinergitas dengan pemerintah. Jika terpilih memimpin Gunungkidul, pihaknya siap memberikan perhatian khusus kepada kaum perempuan.

“Ini harus kita kembangkan. Perempuan tidak hanya sekadar mengasuh anak dan rumah tangga tetapi juga pemberdayaan membantu keluarga,” ungkapnya.

Secara hitung-hitungan di atas kertas, Martanti yakin meraih kemenangan mengingat dari empat paslon, dirinya satu-satunya paslon perempuan. Perempuan dan petani menjadi basis suara paslon ini.

Sedangkan Heri Dwi Haryono menyatakan pihaknya punya target memenangkan pilkada Gunungkidul. “Bidikan kita adalah basis suara kaum perempuan, karena kita tahu jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki,” ujarnya.

Harapan, dengan adanya pemimpin perempuan maka terdapat pembagian kewenangan pembangunan di Kabupaten Gunungkidul. “Program laki-lagi dengan Pak Immawan Wahyudi, sementara ibu-ibu bisa dikelola atau disuhi oleh Bu Martanti,” kata Heri. (*)