Hati-hati, Satu Perempuan Meninggal Setiap Jam karena Kanker Serviks

Hati-hati, Satu Perempuan Meninggal Setiap Jam karena Kanker Serviks

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meluncurkan Pelayanan KB dan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) test serentak se Indonesia dalam rangka Hari Kartini, Rabu (21/4/2021).

Untuk DIY, dipusatkan di Rumah Sehat Baznas, Jalan Imogiri  Barat, Sewon, Bantul. Tes IVA adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks (leher rahim) dengan meneteskan asam asetat pada permukaan mulut rahim.

Hadir dalam acara tersebut dr Reza Ramdoni (Kepala Rumah Sehat Baznas pusat), Deputy KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina MPH, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes Cut Putri Arianie MHKes, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Bantul Sri Nuryanti MSi, dan tamu undangan lain dengan penerapan protokol ketat.

Peluncuran dilakukan oleh Kepala Baznas, Prof Nur Ahmad, dan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo S.POG, secara virtual dari Jakarta.

Dalam paparannya, Hasto mengatakan kanker servik bisa dicegah sejak dini ketika tumbuh kesadaran di masyarakat untuk memeriksakan diri. Sehingga Human Papilloma Virus (HPV) yang menginfeksi leher rahim sebagai pemicu kankert serviks bisa dicegah dan disembuhkan.

“Namun ternyata di Indonesia angka penderita kanker serviks itu tinggi bahkan sebagai pembunuh kedua bagi perempuan setelah kanker payudara,” katanya.

Mestinya ketika dilakukan deteksi dini, kanker serviks  tidak masuk rangking sebagai penyakit pembunuh, namun jika tidak tertangani, mulut  rahim yang terinveksi HPV dalam kurun 3-17  bisa menjadi serviks dan saat penderita datang ke RS biasanya sudah dalam stadium lanjut.

Sehingga berdasarkan data, setiap satu jam ada satu perempuan yang meninggal. Dan di DIY sendiri, angka kanker serviks tergolong tinggi selain Jateng dan DKI dibanding wilayah lain.

Padahal, lanjut Hasto, karena lokasinya berada di mulut rahim dan berada di sisi luar, maka keberadaan virus itu bisa dideteksi untuk segera ditangani.

“Maka saya tekankan jangan sampai telat mengetahui kanker serviks.   Jangan takut melakukan IVA dan lakukan papsmear setahun sekali. Bukan hanya yang sudah menikah, namun yang sudah pernah melakukan aktifitas seksual,” katanya.

Ada pun penyebab kanker serviks diantaranya adalah faktor menikah usia muda di bawah 20 tahun. Sehingga virus HPV yang ada di luar terdorong ke dalam ketika ada aktifitas seksual. Maka yang aman untuk menikah adalah usia 20 tahun ketika kondisi rahim sudah siap.

“Kalau misal menikah usia 15 tahun, yang bersangkutan bisa terkena serviks di usia 30-an,” katanya.

Faktor lain adalah perempuan merokok, hamil terlalu sering dan terlalu banyak, serta kurangnya asupan vitamin. Maka Hasto ingin ada pencegahan dan imunisasi HPV sejak anak perempuan usia 9-13 tahun, dan juga gencar dilakukan tes IVA. Tidak harus di Puskesmas, namun di berbagai tempat bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan mengingat tes ini sederhana.

Jika muncul bercak putih, maka terindikasi ada virus untuk kemudian bisa dilakukan papsmear untuk memastikan serviks atau penyakit lain.

Sementara Cut Ariyani mengatakan, kanker leher rahim termasuk jenis penyakit  tidak menular. Setiap tahun, serviks membunuh 41 juta perempuan di usia produktif.  

“Maka deteksi dini itu sangatlah penting. Biasanya perempuan itu malu untuk cek kondisi mereka dan tidak ada dukungan dari keluarga. Maka saat ini yang harus kita lakukan adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran itu di masyarakat, utamanya perempuan usia subur pada usia 30 tahun hingga 50 tahun,” katanya.

Sedangkan Eni Gustina MPH mengatakan, kegiatan ini inisiatif awalnya oleh Baznas tentang pemeriksaan IVA di enam Rumah Sehat Baznas se Indonesia untuk kemudian diintegrasikan dengan program BKKBN dan Kemenkes. Adapun enam lokasi tersebut adalah Rumah Sehat Baznas pusat Jakarta, DIY, Sidoarjo, Makasar, Pangkalpinang dan Parigi Moutung (Sulawesi Tengah).

“Namun oleh BKKBN kemudian kegiatan ini juga dilaksanakan di 514 kabupaten/kota di OPD KB, dan dari Kemenkes ada IVA yang diintegrasikan dengan KB, utamanya IUD,”katanya.

Target sasaran adalah 5.000 orang dan dilakukan terus hingga tanggal 29 Juni saat peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Kemudian target sasaran ditambah setiap bidan minimal 5 aseptor. Jika jumlah bidan ada 250.000 orang, maka minimal 1 juta aseptor yang terlayani khusus pada hari ini.  

Bagi yang ingin mendapat pelayanan IVA, selain di rumah sehat Baznas juga bisa di seluruh Puskesmas di tanah air. Ketika program ini dikolaborasikan dengan Baznas dan Kemenkes, diharapkan menjadi daya ungkit, kendati pelayanan IVA sendiri ada setiap hari di Puskesmas.

“Kalau untuk Bantul, target program KB dan IVA ada 350 orang,” tambah Sri Nuryanti.  Peserta ada yang KB saja dan ada yang KB sekaligus melakukan IVA. (*)