Hidup Sehat Pasca Pandemi Covid-19

Hidup Sehat Pasca Pandemi Covid-19

WALAUPUN belum seratus persen normal, tetapi semua pihak kiranya sepakat, bahwa pandemi Covid-19, sudah mulai reda. Berbagai  aktivitas soial, ekonomi, budaya dan lainnya, mulai marak. Kegembiraan dan suasana bahagia, tampak menghiasi wajah anak-anak negeri.

Pandemi Covid-19 - sebagai bencana non-alam - hadir dan mengharu-biru kehidupan manusia, di seluruh dunia. Dipastikan, kehadiran ataupun kepergiannya, tidak lepas dari kehendak Tuhan. Allah swt, berfirman: Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S. Yunus [10]:107).

Sebagai manusia, kita sadar, betapa lemah dan tak berdaya ketika berhadapan dengan bencana. Telah banyak, sudara-saudara kita, meninggal karena terdampak pandemi Covid-19. Kita doakan, semoga kepulangannya menghadap Ilahi Robi, merupakan akhir kehidupan di dunia yang terbaik (husnul khatimah).

Dalam pada itu dipertanyakan, kita selaku manusia yang masih hidup, diberi umur panjang, benarkah telah bersyukur atas nikmat ini, ataukah justru kufur? Jawaban atas pertanyaan ini, terpulang pada masing-masing. Mestinya, semakin bersyukur.

Dapat dipastikan, bahwa kehidupan penuh berkah, menjadi dambaan setiap manusia. Hari-hari ini, pasca pandemi Covid-19, mestinya, lebih baik daripada hari-hari kemarin. Kebaikan kehidupan pada hari ini, menjadi modal untuk memantapkan keberkahan hidup pada waktu-waktu yang akan datang.

Dalam bingkai moralitas-religius, kiranya layak diingat bahwa otoritas yang mampu meredakan, dan menghilangkan pandemi Covid-19, hanyalah Allah swt. Kewajiban manusia adalah berusaha, disertai doa. Perihal hasil, kepadaNya-lah kita bertawakal. Begitupun dengan masa depan pasca pandemi Covid-19. Akankah karunia kebaikan akan mewarnai kehidupan bersama, segalanya tergantung daya-upaya, keseriusan, hingga ridha Allah swt.

Bilamana, ada kesadaran bahwa selama ini banyak kesalahan-kesalahan telah diperbuat, kesesatan dalam perjalanan, atau kedustaan sikap dan perilaku, maka pasca pandemi Covid-19 merupakan kesempatan terbaik untuk bertobat. Sesalilah dan imbangilah kesalahan-kesalahan itu dengan amal saleh. Pastilah, kasih-sayang Allah swt akan tercurah semakin banyak, mengganti rona hitam menjadi putih, mengubah gelap menjadi terang.

Dalam rangka meneguhkan kedudukan kita sebagai abdillah dan kalifatullah bermartabat, maka beberapa kewajiban berikut, mesti ditunaikan sebaik-baiknya.

Pertama, tingkatkan kualitas ibadah vertikal kepada Allah swt. Dengan niat ikhlas, segalanya dilakukan semata-mata karena dan demi ridha Allah swt. Tiada sedikitpun, peribadatan terkontaminasi sikap syirik, pamer, riya, ataupun noda-noda hitam lainnya.

Kedua, sekecil apapun, ketika ada kelebihan harta, jangan lupa keluarkan zakatnya. Itulah metode terbaik penyucian diri maupun penyucian harta. Pada diri yang suci, dan pada harta yang suci, akan terpancar kemilaunya fitrah manusia sebagai makhluk sosial.

Ketiga, menjadi tanggung jawab bersama untuk senantiasa mengajak orang lain berbuat kebajikan, sekaligus bersinergi memberantas kejahatan. Di negeri ini, kejahatan korupsi, narkoba, perjudian, sikap hidup hedonis, rakus, dan sombong, masih dipamerkan oleh orang-orang tertentu. Tanggung jawab sosial kita, untuk mengingatkan dan membenahinya.

Keempat, segala urusan, mesti dikelola berdasarkan moralitas-religius. Sungguh tidak cukup mengembalikan persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan, hanya bertumpu pada hukum negara atau kebijakan politik. Negeri ini, betapapun bukan negara agama, tetapi negara menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Sila ke-1 Pancasila) sebagai puncak rujukan segala urusan.

Kegembiraan dan kebahagiaan pasca pandemi Covid-19 dapat dimaknakan sebagai bukti rasa syukur (dan bukan kufur), bila pengamalan Pancasila sebagai way of life dapat ditingkatkan. Berlomba-lomba dalam kebajikan dan berpacu dalam pengabdian kepada negeri tercinta. Memperkuat persatuan bangsa. Bermusyarwarah demi diperolehnya permufakatan, bila ada perbedaan. Ujungnya, kita nikmati bersama rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Khusus kepada para pemimpin, bersikaplah sebagai bapak rakyat, aspiratif dan lebih banyak memfasilitasi, asung tuladha, daripada bersikap sebagai penguasa. Hidup sehat pasca pandemi Covid-19 adalah hidup dalam kenormalan jiwa-raga, disertai pemaksimalan aktivitas sosial-kebangsaan, hingga peribadatan. Wallahu’alam. **

Prof. Dr. Sudjito Atmoredjo, S.H., M.Si.

Guru Besar Ilmu Hukum UGM