Ikan Surung Blebet, Kuliner Lokal Andalan Pantai Baru, Poncosari, Bantul

Ikan Surung Blebet, Kuliner Lokal Andalan Pantai Baru, Poncosari, Bantul

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Selama dua tahun masa pandemi Covid-19, Pantai Baru menjadi sepi. Warung-warung pendukung fasilitas rekreasi Pantai Baru lebih banyak yang kosong, tanpa pengunjung. Sapa ramah ke pengunjung tidak lagi terdengar, begitu juga bau harum masakan laut yang biasa dipesan para pengunjung. Padahal, Pantai Baru baru saja bergeliat menjadi salah satu tujuan wisata pantai setelah Pantai Kuwaru yang ada di sebelah timurnya.

Pantai Baru merupakan destinasi wisata pantai yang tenang dan nyaman dikunjungi bersama keluarga. Wilayah ini sangat rindang karena adanya cemara laut yang tumbuh subur sebagai hasil proyek penanggulangan abrasi laut dari pemerintah yang dilakukan tahun 1990-an.  Di pantai ini, pengunjung  dapat menikmati deburan ombak di bawah teduhnya pohon cemara laut. Keberadaan pohon cemara laut menjadikan wilayah ini memiliki spot-spot keindahan yang sangat luar biasa, yang menjadi tempat bagus untuk pemotretan.

Pantai Baru cocok sebagai destinasi wisata keluarga. Selain karena pantainya yang rindang, makanan yang tersedia juga menjanjikan kelezatan dan kenyamanan berkuliner luar biasa. Makan di bawah pohon cemara atau makan di warung, sama lezatnya.  Namun, ada satu hal yang masih tersimpan di Pantai Baru ini, yaitu ada makanan khas wilayah ini yang bernama surung blebet.

Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi Kelautan UGM, dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat mencoba mengarahkan untuk memperdayakan kuliner surung blebet, menjadi makanan menu baru yang spesial di Pantai Baru. Tujuannya sebagai pemikat pengunjung pasca pandemi Covid-19. Ketua Tim PkM Dr Leni Sophia Heliani, bersama anggota tim yang terdiri dari Dr Suwarman, Dr. Eng Ahmad Sarwadi, Dr. Widya Nayati, dan Juswono M.Si, berdasarkan penelitian dan FGD mendapatkan, bahwa surung blebet adalah potensi besar untuk dikembangkan dan dijadikan makanan andalan baru sebagai penarik wisatawan—khususnya setelah pandemi Covid-19.  Hal ini karena dari wilayah Poncosari, ikan surung dapat ditemukan di perairan pantai dekat muara sungai.  Selain dijaring dari tepi pantai, ikan surung disuplai oleh para nelayan tradisional yang biasa melaut berangkat setelah subuh. Sumber lokal ini ditambah dengan nilai sejarah yang ada, menjadi unggulan yang memiliki karakteristik tersendiri untuk mengangkat wilayah Pantai Baru.

Ikan surung atau ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum) atau juga dikenal dengan nama ikan Kuro, adalah ikan laut yang tergolong ke dalam suku Polynemidae. Ikan ini dapat ditemui di perairan paparan benua Asia, mulai dari Teluk Persia ke timur hingga Australia dan Jepang selatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Fourfinger threadfin, Giant threadfin, atau Indian Salmon.  Di wilayah  pesisir DI Yogyakarta dan sekitarnya, Indian Salmon dikenal dengan nama ikan surung. Ikan ini dinamakan surung, karena sejarahnya dulu, ikan ini menjadi ikan pilihan untuk digunakan sebagai hantaran kepada keluarga keraton untuk dapat meningkatkan/mendorong keberkahan penghidupan dari masyakarat pada zaman dahulu.

Ikan surung berbentuk memanjang hingga 160 cm, namun rata-rata 60 cm. ikan ini memiliki janggut sebagai penciri khas. Tanda lainnya berupa sirip dorsal, kepala besar. Kepala dan punggung berwarna biru atau hijau keperakan. Perut putih keperakan atau kekuningan; pipi keemasan. Sirip-sirip berwarna kelabu, kadang-kadang tersaput kuning atau jingga, dengan tepi kehitaman, dengan jumbai sirip dada berwarna putih atau krem. Ikan surung kaya nutrisi, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi. Di antara kandungan nutrisinya adalah protein, vitamin B kompleks, omega-3, dan omega-6. Ini menjadikan konsumsi ikan Surung dapat mendatangkan banyak manfaat. Hanya saja, harga ikan ini, sama seperti hasil laut lainnya, harganya sangat fluktuatif tergantung kondisi angin/gelombang laut.  Walaupun ikan Surung ini dapat dijaring di wilayah Pantai Baru, namun bila kondisi angin kencang, tetap saja ikan sulit diperoleh, sehingga harga ikan dan hasil laut lainnya akan tinggi. 

Di Pantai Baru, ikan surung dapat ditemui di warung-warung sepanjang pantai. Pengunjung dapat makan ikan surung yang digoreng ataupun dibakar. Namun, di beberapa warung, terdapat masakan ikan surung blebet, di antaranya di warung makan Pak Jaman. Masakan ikan surung blebet ini adalah menu makanan istimewa. Pak Suwarjan (kelahiran 1954), dan pak Edi Pramata, sesepuh Pantai Baru,  mulai membantu ibunya membuat surung blebet sebagai pesanan dari warga sekitar sejak ia berusia 6-7 tahun. Kegiatan itu dilakukan hingga akhir tahun 90-an.

Pepes ikan surung yang dibalut atau diblebet dengan daun pisang dan daun kelapa. (istimewa).

Masakan ikan surung blebet ini adalah makanan  istimewa yang sudah dikenal sejak 1960-an. Karakter ikan surung dan proses pembuatan serta model penyajian dari menu ikan blebet ini dapat memberikan pengalaman baru bagi pengunjung wisata Pantai Baru.  Menu ikan surung blebet adalah sejenis pepes. Hanya proses pembuatannya yang lama dan pembungkusan dengan daun pisang dan daun kelapa,  menjadikan ikan ini memiliki rasa dan pengemasan khas yang tidak ditemui di tempat lain. Ikan ini awet karena proses pembuatannya yang lama, sehingga ikan betul-betul matang. Ikan surung setelah dibersihkan, dibumbui dengan berbagai bumbu rempah tanpa bumbu penyedap, kemudian dibungkus daun pisang dan  dikukus. Setelah matang ikan diangin-anginkan sampai ikan tidak berair lagi.  Setelah air hilang, ikan dipanggang di atas genteng tanah untuk lebih mengawetkan ikan dan menghasilkan aroma sedap. Selanjutnya ikan pepes yang telah dipanggang, dibungkus/diblebet menggunakan daun janur kelapa dan kembali dipanggang sampai daun kelapanya tampak hijau terbakar. Hasilnya ikan surung blebet yang harum, sedap, dengan pengemasan blebet daun kelapa yang cantik dan mudah untuk pengantaran.  Hal luar biasa lainnya dari surung blebet,  yaitu makanan ini memiliki nilai sejarah khusus, karena makanan ini pernah menjadi makanan yang paling istimewa sebagai hadiah untuk petinggi keraton pada zamannya dan termasuk ikan yang paling disenangi keluarga Kraton Yogyakarta.  Mengapa dinamai ikan surung dan diblebet dengan daun janur kelapa untuk mempercantik dan mempermudah pengantaran. Hadiah ini terkait juga dengan wilayah Poncosari adalah wilayah Sultan Ground.

Harga ikan surung blebet memang mahal karena harga ikan mentah saja sudah mahal dan proses pembuatannya membutuhkan waktu lama. Pada zaman dulu lamanya sekitar 2 hari 2 malam. Rasanya yang lembut, aroma sedap yang benar-benar nikmat, sensasi tersendiri sambil menikmati pemandangan Pantai Baru yang sejuk.  Anda mau merasakan sensasi ikan surung blebet ini? datang ke Pantai Baru dan rasakan kenikmatan ikan kuliner lokal bercita rasa istimewa. **