Ingin Merasakan Kereta Listrik, Jogja Kini Punya KRL

Ingin Merasakan Kereta Listrik, Jogja Kini Punya KRL

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – “Kereta itu indah, bepergian dengan kereta api berarti melihat alam dan manusia, kota, gereja dan sungai, pada kenyataannya, untuk melihat kehidupan.”

Ungkapan yang diutarakan penulis novel populer asal Inggris, Dame Agatha Mary Clarissa Christie alias Agatha Christie, mungkin dapat sedikit menggambarkan sensasi yang dirasakan ketika menaiki Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Yogyakarta – Solo yang tengah menjalani masa uji coba.

Kereta yang baru pertama kali diujicobakan, Rabu (20/01/2021) sore, membuat penumpang kereta api jarak pendek (commuter) merasa nyaman. Gerbong kereta yang luas dengan tempat duduk yang empuk berbahan beludru coklat memanjakan penumpang yang tidak hanya membutuhkan ketepatan waktu tetapi juga sensasi berbeda yang terasa ‘indah’.

Bagi Noor Harsya Aryo Samudro, salah satu penumpang KRL yang juga anggota komunitas Pramekers, menggunakan KRL bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Telah lama para penglaju atau commuters menantikan kehadiran KRL seperti layaknya di ibu kota Jakarta.

“Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan, sangat sulit untuk dideskripsikan. Kami menanti sejak tahun 2012, kemudian tahun 2016 saya dengar kabar (infrastruktur) akan dibangun, dan baru terwujud di tahun ini,” ujarnya.

Ketika uji coba perdana, KRL berangkat dari Stasiun Besar Yogyakarta atau Stasiun Tugu sekitar 13:45 WIB tiba tepat waktu pada pukul 15:00 WIB. Sejatinya, waktu tempuh itu serupa dengan Kereta Rel Diesel (KRD) Prameksi yang sudah lebih dari dua dasawarsa melayani para penumpang.

Di atas KRL, selama perjalanan sekitar 75 menit menuju Stasiun Solo Balapan, penumpang dapat melihat pemandangan alam atau hanya sekadar beristirahat dengan suasana yang tenang. Selain kenyamanan, faktor pandemi yang mengharuskan satu gerbong diisi 30-75 penumpang, membuat perjalanan lebih semakin ‘indah’.

Salah satu keunggulan KRL dibandingkan KRD Prameks adalah penumpang dapat lebih banyak turun di stasiun kereta. Jika Prameks hanya berhenti total di enam stasiun, maka dengan jarak dan waktu tempuh yang sama, KRL berhenti di 11 stasiun.

“Ini salah satu keuntungan bagi para penumpang, karena dengan KRL bisa turun di stasiun-stasiun kecil. Misalnya saja ada Stasiun Srowot, Ceper dan Gawok,” kata Noor.

Namun bagi pria yang menjabat sebagai Komisioner Bawaslu Kota Yogyakarta Divisi Pengawasan dan Humas ini, hal yang paling menakjubkan bagi dirinya adalah penggunaaan Kartu Multi Trip (KMT).

“Kita sudah tidak perlu datang satu jam sebelum keberangkatan kereta dan menunggu lama di stasiun. Ini seperti KRL di Jakarta yang kita tinggal tap kartu dan masuk, semudah itu soal ticketing,” ungkapnya.

Topang Pramekers

Yusticia Eka Noor Ida ST, anggota komunitas Pramekers, juga mengakui kenyamanan dan keindahan kereta baru relasi Yogyakarta – Solo ini. Interior yang terkesan modern dan bersih serta pendingin udara yang sejuk membuat penumpang moda transportasi KRL nyaman. Belum lagi jika berbicara harga tiket yang sama dengan Prameks yaitu seharga Rp 8.000 untuk sekali perjalanan.

“Saat ini situasi masih pandemi dan prokes (protokol kesehatan) harus ditegakkan, dan saya melihat rambu-rambu untuk menjaga jarak sudah sangat baik di sini. Selain itu, KRL ini pakai supply listrik ya, tentu lebih hemat dan ramah lingkungan dibanding KRD yang menggunakan bahan bakar fosil,” sebut Yusticia.

Wanita yang juga komisioner Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) DIY itu berharap fasilitas yang nyaman tetap dipertahankan. Khususnya ketika KRL telah beroperasi di masa normal tanpa pandemi.

“Saat ini memang AC-nya dingin, tapi saya berharap beberapa tahun lagi juga sama, khususnya saat okupansi penuh, jangan sampai pendingin tidak jalan,” tutur dia.

Yusticia berharap layanan KRL Yogyakarta – Solo secara konsisten mempermudah mobilitas massa yang menggantungkan moda transportasi dengan ketepatan waktu dan kenyamanan. Terlebih lagi, setiap hari puluhan ribu orang penglaju menggantungkan moda transportasi kereta api sebagai opsi utama angkutan yang merakyat dan cepat.

“Harapannya dengan beroperasinya KRL ini dengan headway yang lebih pendek, dan jumlah rangkaian yang lebih banyak, sehingga nanti kebutuhan penumpang di masa depan akan lebih terakomodir,” harapnya.

KRL Yogyakarta – Solo masih menjalani masa uji coba hingga akhir Januari ini. Kemudian pada 1-7 Februari, PT Kereta Api Indonesia Commuter akan memberlakukan soft launching secara terbatas. Anne Purba selaku Vice President Corporate Secretary KAI Commuter menyatakan, masyarakat yang ingin merasakan sensasi baru menaiki KRL di masa soft launching harus melakukan registrasi terlebih dahulu secara online.

“Karena ini di masa pandemi, maka akan dibatasi. Jadi masyarakat harus mendaftar dulu lewat registrasi online. Setiap harinya akan dibatasi,” ujar Anne.

Selain membeli Kartu Multi Trip (KMT), dalam masa awal peluncuran di bulan Februari, calon penumpang juga harus terdaftar lewat laman milik PT KAI. Satu rangkaian KRL terdiri dari empat gerbong kereta dengan kapasitas masing-masing gerbong sekitar 74 orang. Oleh karena itu, kereta hanya dapat diisi maksimal 300 penumpang.

“Tanggal 1 Februari harus melakukan registrasi dulu di KRL access dan untuk uji coba tanggal 1-7 penumpang melakukan tap in dengan (promosi) saldo Rp 1 untuk naik KRL,” ungkapnya.

Di masa depan PT KAI Commuter merencanakan 20 kali jadwal perjalanan KRL relasi Yogyakarta – Solo. Jumlah perjalanan kereta tersebut, ditambah dengan armada KRD Prameks yang masih beroperasi diharapkan dapat membantu masyarakat menjalani rutinitas sehari-hari dengan nyaman. (*)