Ingin Terhindar dari Corona, Ini Dia Jamunya

Ingin Terhindar dari Corona, Ini Dia Jamunya

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Kelompok Asuhan Mandiri (Asman) Kesehatan Tradisional (Kestrad) “Small Is Beautiful” Desa Singosaren,Kecamatan Banguntapan, Bantul mengikuti pelatihan pembuatan jamu di pendopo RT 04, Rabu (9/9/2020). Instruktur dari Puskesmas Banguntapan II.

Jamu yang dibuat sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi 5 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan. Hadir  dalam pelatihan adalah Camat Banguntapan Drs Fauzan Muarifin, Lurah Singosaren, Joko Prayitno, Ketua TP PKK Desa, Ny Siti Asfiyah S.Ag MM, serta   30 orang peserta termasuk unsur muda dari Karang Taruna.

Dalam pembuatan jamu tersebut digunakan beragam  bahan baku berasal dari Tanaman Obat Keluarga (Toga) seperti,jahe,kencur, kayu manis,pandan, jeruk nipis, hingga lemon ,madu,bawang putih,beras dan gula jawa. Ada 7 resep jamu sesuai dengan petunjuk yang bermanfaat untuk meningkatkan imun di tengah pandemi Covid-19.

 Misalnya resep jamu satu terdiri jahe yang dicuci dan digeprek dimasukan ke dalam air yang mendidih ditambah gula jawa dan kayu manis tidak perlu diaduk-aduk. Setelah direbus  sekitar 15 menit ditambah perasan jeruk nipis. Saat diminum terasa segar dan enak. Diajarkan juga 6 jenis jamu lain serta pelatihan akupressure.

“Jadi yang namanya jamu tidak identik dengan pahit. Nyatanya sekarang yang kita pratekan, rasanya seperti minuman  yang biasa kita minum sehari-hari. Cara membuat juga mudah sekali,”kata kepala Puskesmas Banguntapan II, dr Wahyu Pamungkasih.

Mengkonsumsi jamu-jamuan tersebut, menurut dokter Wahyu bagus di saat pandemi vuirus corona atau Covid-19. Karena jamu tersebut membuat badan segar, lebih fresh dan imun bisa meningkat.

“Jamu  sudah dikenal dari jaman dulu, jadi kita ingin mempopulerkan lagi. Misal saja, kalau anak-anak batuk pilek dikerik pakai bawang merah dan minyak. Batuk kemudian  minum jeruk nipis dicampur kecap. Dan banyak resep lainnya . Jadi mari kita kembali mengkonsumsi jamu dan pada akhirnya nanti masyarakat  akan menanam Toga sendiri. Kalau sekarang bahannya masih beli,”katanya.

Ditambahkan dokter Wahyu, masyarakat di tengah pandemi harus bisa melakukan swamedika dalam artian berusaha mengobati diri sendiri dengan potensi yang ada di sekelilig sebelum memilih pergi ke pusat kesehatan.  

“Kami  dari Puskesmas juga  akan mengembangkan pengobatan  tradisional selain obat yang kami berikan. Seperti jamu baik  dalam bentuk kapsul atau godokan bisa dipilih. Juga ada pelayanan akupressure dan akupuntur,”terangnya.

Sementara itu Lurah Joko Prayitno mengatakan di Singosaren dikembangkan  tanaman obat keluarga (Toga) untuk meningkatkan derajat  kesehatan masyarakat.

“Jadi orang kalau ingin sehat dengan minum jamu, yang diingat adalah Singosaren,”katanya.

Sedangkan Siti Asfiyah menambahkan   kaum ibu termasuk anggota Karang Taruna diajarkan cara membuat jamu dengan harapan kebiasaan mengkonsumsi jamu tetap terjaga di tengah masyarakat . Karena dengan mengkonsumai jamu bisa menyegarkan dan menyehatkan badan.

Saat ini di Singosaren, jamu yang dibuat diberi label “Jagorogo” dan telah dipasarkan ke warung-warung. Termasuk di lokasi pasar barter  komplek Kecamatan Banguntapan setiap Kamis pagi.

“Jamu itu rasanya  enak. Badan juga terasa segar,”katanya. (*)