Ini Langkah Komunitas agar Indonesia Tidak Alami Defisit Lagu Anak

Ini Langkah Komunitas agar Indonesia Tidak Alami Defisit Lagu Anak

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA -- Indonesia mengalami defisit lagu anak, Setidaknya dua dekade sudah tidak ada lagi lagu hits anak yang pantas dilantunkan anak usia dini. Ditambah melesatnya perkembangan teknologi informasi, anak masa kini lebih senang melantunkan lagu orang dewasa atau lagu barat yang sebenarnya berisikan lirik yang tidak sesuai dengan usia mereka.

Lagu seperti "Diobok-obok-nya" Joshua Suherman, "Libur Tlah Tiba" milik Tasya atau "Jagoan" yang dilantunkan Sherina Munaf memang masih terdengar pada acara-acara tertentu, tetapi tidak sering. Para penyanyi cilik era 90an ini telah menjadi dewasa, tidak ada regenerasi yang kini benar-benar membumi.

"Selama dua dekade ini lagu-lagu yang menyasar segmentasi anak-anak dan dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak-anak secara psikologis maupun secara motorik dan sebagainya itu jarang sekali. Kita kehilangan bintang-bintang cilik kita yang sempat banyak," papar Edi Irawan, Koordinator Pokja Apresiasi dan Literasi Musik, Kemendikbudristek saat ditemui disela-sela road show Jumpa KILA (Kita Cinta Lagu Anak ) Rabu (20/4/2022) di Monumen Jogja Kembali.

Berangakat dari keprihatinan terhadap fenomena ini, Kementerian  Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal  Kebudayaan serta Direktorat Perfilman, Musik, dan Media menyelenggarakan Kegiatan Kita Cinta Lagu Anak (KILA). Acara tahunan ini telah dimulai sejak 9 Maret 2022 lalu bertepatan dengan Hari Musik Nasional.

"Sebagai program Lomba Menyanyi Anak dan Lomba Cipta Lagu Anak, KILA telah berhasil mengajak  sejumlah besar masyarakat Indonesia dari berbagai daerah dan kalangan untuk berpartisipasi. Pada 2021 yang lalu program ini telah menjaring sekitar 1,500 pendaftar yang tersebar di berbagai tempat  di Indonesia," imbuhnya.

Hal ini membuktikan semakin besarnya animo masyarakat dalam berpartisipasi dalam  penguatan ekosistem lagu anak Indonesia.  Karena lagu  berperan sangat penting dalam pendidikan anak, terutama dalam mengatasi masalah-masalah sosial,  dan masalah yang timbul dalam dunia Pendidikan.

"Diharapkan lagu anak dapat berperan dalam  mengkomunikasikan keberagaman, toleransi dan anti perundungan," lanjutnya.

Karena lagu  berperan sangat penting dalam pendidikan anak, terutama dalam mengatasi masalah-masalah sosial,  dan masalah yang timbul dalam dunia Pendidikan. Diharapkan lagu anak dapat berperan dalam  mengkomunikasikan keberagaman, toleransi dan anti perundungan.

"Bila kepedulian masyarakat tidak  hanya sampai batas kepedulian, maka akan terjadi gerakan kepedulian akan kualitas pemimpin  Indonesia masa depan," kata dia.

Memasuki tahun ketiganya, kegiatan KILA diharapkan  dapat terus berkembang dari waktu ke waktu dan bisa menginspirasi lebih banyak lagi anak-anak  Indonesia.

KILA 2022 Merangkul Masyarakat Di Berbagai Daerah untuk terlibat. Bila di tahun sebelumnya KILA selalu mengkomunikasikan programnya melalui sosial media, situs  web dan lingkungan komunitas, pada penyelenggaraan KILA 2022 melakukan pendekatan yang lebih melibatkan  masyarakat luas baik di tingkat nasional maupun di daerah. 

Dalam kegiatan ini juga merupakan kesempatan masyarakat untuk bertemu langsung dengan para  DUTA KILA (para pemenang lomba menyanyi tahun 2020 dan 2021) yang kebetulan berdomisili di  daerah sekitar.   Diharapkan dengan adanya kehadiran para Duta KILA akan meningkatkan semangat anak-anak di  seluruh daerah untuk ikut bergabung baik dalam lomba menyanyi anak maupun lomba cipta lagu  anak tahun 2022.

Edi melanjutkan, diharapkan agar tidak hanya anak dan orang tua yang terlibat, tertapi juga mengundang pemerintah  daerah, kelompok masyarakat maupun lembaga Pendidikan formal dan non-formal untuk ikut  berpartisipasi.  

Pendaftaran lomba KILA tetap berlangsung sampai dengan 15 Mei 2022.  Program ini tidak berbayar dan registrasi serta persyaratan pendaftaran peserta dapat dilihat pada  tautan situs www.kilaindonesia.id.(*)