Ini Rumus Bank Indonesia Genjot Ekosistem Digital

Ini Rumus Bank Indonesia Genjot Ekosistem Digital

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Hilman Tisnawan, berharap para kepala daerah yang baru saja dilantik hari ini, menggenjot ekosistem digital di daerahnya masing-masing. Langkah ini penting sebagai upaya membangun ekonomi DIY saat pandemi Covid-19 masih berlangsung.

“DIY punya rumus yang disebut necessary condition. Kami memohon dan berharap kepala daerah yang dilantik memperhatikan penyelesaian pandemi ini dengan menyelesaikan vaksinasi, karena vaksinasi ini penting banget," paparnya saat ditemui di sela-sela peluncuran Program QRIS GUMATON (Tugu Malioboro dan Keraton) 2021, Jumat (26/2/2021), di halaman Kantor Bank Indonesia Yogyakarta.

Selanjutnya, kata dia, program lainnya adalah harus segera mere-aktivasi kegiatan ekonomi yang produktif, termasuk pariwisata yang aman (dengan protokol kesehatan). “Kuncinya Covid harus tertangani,” lanjutnya.

Menurut Hilman, yang paling penting bagi kepala daerah adalah segera merealisasikan APBD. Kalau perlu apabila ada kegiatan bulan Desember dimajukan ke bulan-bulan ini. Hal ini penting untuk menjaga menjaga momen.

“Yang terakhir, kami pesan betul, dukung digitalisasi. Sudah banyak kepala daerah mendukung program digitalisasi ini. Sleman dan Kota Yogyakarta sudah mendukung berbagai kegiatan digitalisasi yang dilakukan Bank Indonesia. Bukan hanya QRis, tapi semua (ekosistem keuangan digital). Karena ini penting banget untuk mempercepat proses serta efisiensi,” tandasnya.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY bekerja sama dengan Pemerintah DIY, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY dan Penyedia Jasa Sistem Perbankan (PJSP) Bank dan Non Bank berkolaborasi melaksanakan Program QRIS GUMATON (Tugu Malioboro dan Keraton) 2021. Program ini diselenggarakan dalam rangka suksesi Program 12 Juta Merchant QRIS 2021.

Miyono selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia mengatakan, ini adalah apresiasi tahap pertama kepada para kusir yang sudah sadar QRIS.

Ke depan pihaknya mengharapkan penggunaan QRIS e-wallet diikuti oleh pelaku usaha lainnya seperti komunitas becak, odhong-odhong dan pedagang sepanjang Tugu, Malioboro dan Keraton. Program ini diharapkan dapat meningkatkan akseptasi penggunaan QRIS oleh seluruh pelaku usaha.

Pada masa pandemi Covid-19, transaksi secara contactless dapat memperkecil risiko penyebaran virus ketimbang transaksi menggunakan uang tunai.

Menurut Miyono, dengan bertransaksi menggunakan QRIS maka masyarakat turut membantu pencegahan peredaran uang palsu, mendorong efisiensi bertransaksi, meningkatkan keuangan inklusif dan memajukan pelaku usaha, yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi DIY.

Ketua Paguyuban Andong Yogyakarta, Purwanto, mengakui kemudahan bertransaksi non-tunai. Walaupun belum semua anggotanya dapat menggunakan teknologi ini, namun selama setahun ini penggunaan transaksi non-tunai merupakan upaya untuk menghentikan penyebaran Covid-19 melalui uang.

“Kita gak perlu was-was uang kita hilang saat dibawa, karena semuanya langsung masuk rekening,” ujarnya. (*)