Ini Siasat Pengelola Tongkrongan Baru Ditengah Pandemi

Ini Siasat Pengelola Tongkrongan Baru Ditengah Pandemi

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Pagebluk Covid-19 yang melanda dunia telah menghantam seluruh lini kehidupan. Tak terkecuali di Yogyakarta sebagai kota wisata yang mengandalkan kunjungan wisatawan sebagai penggerak ekonomi masyarakat.

Lebih dari setahun pandemi Covid-19 membuat setiap orang melakukan adaptasi yang disebut kenormalan baru. Pengelola pariwisata, tempat berbelanja hingga pasar tradisional menerapkan kesepakatan bersama yang disebut protokol kesehatan.

Tak terkecuali kafe dan tempat kongkow anak-anak muda di Yogyakarta. Bagi mereka yang baru memulai usahanya di bidang ini, menyiapkan diri dimasa pandemi adalah tantangan tersendiri. Ditengah Biaya operasional yang tinggi belum tentu berimbang dengan pendapatan dari pengunjung yang datang.

Jawir Creative Communal and Timeless Space mencoba menyiasati tantangan-tantangan tersebut. Menggandeng 11 gerai UMKM kuliner yang ada di Jogja, Jawir menyediakan tempat tongkrongan alternatif bagi anak muda Yogyakarta. Lahan luas halaman eks Hotel Brongto ini sangat memungkinkan Jawir untuk menerapkan protokol kesehatan dengan baik, yaitu sosial distancing.

Selain itu, pengecekan suhu bagi pengunjung yang datang juga dilakukan. Wajib menggunakan masker dan mencuci tangan adalah kewajiban lain yang harus dipatuhi," kata Leo, pengelola Jawir Creative Communal Space kepada wartawan, Sabtu (22/5/2021).

"Ekspetasi dan proyeksi pada 2021 positif Covid-19 menurun. Maka kita harus lebih waspada dan hati-hati," lanjutnya.

Dengan mengusung kreatifitas umkm, dan bekerja sama dengan beberapa komunitas mahasiswa serta bapak ibu pecinta budaya nusantara. value timeless yang dimaksud Leo adalah tidak ada batasan usia sebagai tempat yang bisa dipakai semua kalangan.

"Jadi kami tidak punya segmentasi umur, semua bisa nongkrong dengan pilihan kuliner UMKM yang beragam. Selain itu, Budaya menjadi konsen utama kami. Penekanan pada umkm, karena Jawir menunjang kreatifitas umkm yang sudah dikurasi untuk berkembang," lanjutnya.

Sementara Tutik Purwati, Founder pecinta budaya dan busana nusantara menyampaikan ketertarikannya pada konsep yang diusung Jawir. "Saya lihat disini akan fokus pada budaya. Ini sesuai dengan misi kami yaitu mengembalikan dan mencintai budaya nusantara yang sudah tergerus budaya asing," terangnya.

"Kami senang bisa bersinergi untuk mengenalkan kembali kepada milenial indahnya busana nusantara. Tidak terbatas budaya jawa, tapi juga yang lain. Karena kami sangat prihatin, nkri yang harga mati ini tercabik-cabik sesuatu yang tidak pada tempatnya," tutupnya.(*)