Inovasi yang Menjanjikan di Tengah Pandemi

Inovasi yang Menjanjikan di Tengah Pandemi

ADALAH Tidd (2005) yang mengatakan, inovasi dimaknai sebagai proses meningkatkan dan mengembangkan hal baru pada produk, proses, material, atau jasa, yang berbeda dari kondisi sebelumnya. Inovasi juga diartikan bagaimana suatu organisasi membuat nilai dengan mengembangkan pengetahuan baru atau menggunakan pengetahuan yang sudah ada lewat cara baru (Jamrog dkk, 2006).

Kita tahu, inovasi itu bukan hanya memiliki unsur kebaruan saja, namun juga kebermanfaatan, memberikan solusi, berkesinambungan dan kompatibel dengan sistem di luar dirinya. Suatu inovasi yang kita harapkan betul, kemudian dapat diimplementasikan secara baik sehingga masyarakat mendapat pelayanan yang prima.

Masyarakat tahunya beres semua persoalan, maka setiap institusi publik harus dapat memberikan pelayanan terbaik buat mereka. Maka kemudian, semua institusi publik harus bisa berlomba-lomba dan berinovasi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Semua harus berinovasi agar pelayanan publik betul-betul transparan dan akuntabel. Malu korupsi. Malu gratifikasi, yaitu dengan melaporkan dan bahkan berani menolaknya kalau kemudian kita ingin naik kelas.

Hal lainnya, bagaimana kita mampu berinovasi yang mampu mengatasi setiap persoalan dalam organisasi secara cepat dan tepat. Karena, sesungguhnya dari sebuah inovasi haruslah bisa memberikan jawaban berbagai masalah dan tantangan yang kita hadapi. Pendek kata, inovasi adalah kebutuhan atas solusi dari berbagai persoalan.

Jauh sebelumnya, komunikasi dengan masyarakat seakan terhambat dan ada sekat. Tetapi saat ini di Jateng, komunikasi dengan rakyat begitu mudah dan cepat. Melalui media virtual, kita bisa mengetahui denyut kehidupan masyarakat, dan sebaliknya masyarakat bisa memberikan masukan bahkan keluhan. Lewat twitter, misalnya seringkali kita dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat saat itu juga.

Ketika inovasi ini berjalan dan kemudian diterapkan dengan baik, maka masyarakat akan tahu bahwa kita sudah bergerak untuk berubah ke arah yang lebih baik. Reformasi birokrasi bukan sekadar slogan tanpa arti yang seringkali kena caci maki, tetapi betul-betul sudah penuh aksi yang akan membawa birokrasi berjati diri.

Atas inovasi yang telah, sedang dan akan kita lakukan bukan lantas menjadi cepat berpuas diri. Inovasi tidak boleh berhenti. Zaman terus berubah, perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat. Maka inovasi kita hari ini yang kita anggap hebat, belum tentu ke depan sehebat sekarang. Maka sekali lagi, inovasi harus terus berjalan mengikuti setiap tantangan dan perkembangan zaman agar kemudian birokrasi dapat maju ke depan.

Pada prinsipnya, kita semua harus terus bergerak pada perubahan ke arah yang lebih baik. Kita harus bergerak pada perwujudan tata kelola pemerintahan yang profesional, berintegritas tinggi dan mampu memberikan pelayanan prima. Apapun inovasi itu, asalkan untuk kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, maka akan layak kita dukung penuh.

Pada musim pandemi dan bencana alam yang masif ini, secara umum terjadi kemurungan di semua sektor, seperti kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, lingkungan hidup, dll. Namun tidak demikian dengan domain yang bernama inovasi. Ia telah menjadi amunisi yang tak pernah mati. Inovasi akan punya makna dan lebih bernyawa tatkala masyarakat mengakui, menerima dan memanfaatkannya secara berbudaya.  Itulah inovasi budaya dan membudayakan inovasi. Tentu kemudian inovasi bakal mengapitalisasi nilai-nilai di masyarakat. Intinya menjadi produktif, efisien dan efektif.

Suka tak suka, pandemi tak sedikit menerbitkan passion inovasi di tengah murungnya pandemi. Lahir, seperti inovasi Jaga Tangga (Pemprov Jateng), inovasi Hatii Pakkem atau Hazmat dari RSUD Tidar, inovasi Coverall Pakai Kembali (Pemerintah Kota Magelang), Gogrok Covid-19 (Pemerintah Kota Yogyakarta).

Dihidupi dan Menghidupi

Inovasi lainnya, yakni Laura Sirep Pageblug (UGM), Unpad Produksi CePAD, Rapid Test Antigen, Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang membuat inovasi alat pendeteksi suhu tubuh dan orang tak pakai masker, Unisba dengan inovasi Ruang Khusus Pengambilan Spesimen Pemeriksaan Covid-19. Kemudian, hadir juga alat deteksi Covid-19 lewat embusan napas yang bernama GeNose (UGM) yang murah dan sudah dipakai di beberapa stasiun besar kereta api, Portable Ventilator (UNS), Protokol Kesehatan "Sandwich" Sinar Jaya Slawi (Sinar Jaya Slawi, Kabupaten Tegal).

Ada juga inovasi bidang kesehatan, seperti program Tele Apik atau Teyeng Ndeleng (dapat melihat) Antrian Pendaftaran lan Poliklinik. Melalui program itu, masyarakat yang telah mendaftar secara online untuk berobat di poliklinik RSUD Margono Soekarjo Banyumas juga bisa memperkirakan, jam berapa pasien tersebut akan mendapat pelayanan. Begitu juga, inovasi Solidaritas Pangan Jogja (Sosial Movement Institute, Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta, Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta), dll.

Praktik baik inovasi lainnya menjadi bukti perangkat daerah maupun dosen dan mahasiswa, bahkan masyarakat tetap berinovasi walau pandemi melingkari. Akhirnya, inovasi tidak berhenti hanya sebagai pengetahuan seperti halnya pengunjung menikmati karya-karya inovasi baru pada event-event pameran atau festival. Bahkan, Presiden Jokowi berharap inovasi menjadi budaya dalam kerja-kerja kita dan kemiskinan mendekati nol persen pada 2045 benar-benar bisa tercapai.

Itulah kemudian, memberikan penyadaran bagi kita semua, di tengah kemuraman terbit keriangan, salah satunya lewat inovasi. Inovasi-inovasi di atas tentu semakin mengepakkan sayap kesehatan, sosial kemanusiaan kita semakin menguat. Inovasi pada musim pandemi juga menjadi bagian cara kita menaikkan level empati bangsa. Semoga deretan inovasi ini kian meringankan beban pemerintah dan atau pemangku kepentingan untuk membebaskan rakyat dari pandemi maupun bencana lainnya. Terakhir, inovasi yang dihidupi dan menghidupi menjadi mimpi kita bersama, kini dan pada masa mendatang. **

Marjono

Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng