Isti Gelar Simulasi Kebencanaan Bagi Perempuan

Isti Gelar Simulasi Kebencanaan Bagi Perempuan

KORANBERNAS.ID,BANTUL-- Isti Sri Rahayu, alumni Emerging Leaders Academy (ELA) menyelenggarakan serangkaian kegiatan simulasi kebencanaan. Simulasi kebencanaan  di gelar di empat wilayah kapanewon  di Kabupaten Bantul, yakni Kapanewon Banguntapan, Piyungan, Imogiri dan Dlingo.

Kegiatan yang diperuntukkan bagi kaum perempuan ini dimaksudkan agar memiliki ilmu dan pemahaman jika terjadi bencana yang datang secara tiba-tiba.

"Kegiatan ini berawal dari kegelisahan ketika terjadi bencana yang datang tidak dapat diduga dan seringkali menyebabkan korban jiwa yang tidak sedikit. Dan kaum perempuan adalah orang yang paling rentan dan beresiko menjadi korban jika terjadi bencana" jelas Isti  kepada koranbernas.id,Jumat (28/1/2022)  sore usai kegiatan di  Kemasan Karangtengah Imogiri.
     
Lebih lanjut Isti yang juga  seorang kader partai Gerindra Bantul ini menjelaskan, dalam berbagai kejadian, ketika terjadi bencana, baik itu gempa bumi, tanah longsor, maupun human error seperti kebakaran, perempuan rata-rata tidak pernah memikirkan keselamatannya sendiri. Seringkali jika terjadi bencana yang jadi prioritas utama perempuan adalah bagaimana dengan keselamatan anaknya, keselamatan orang tuanya dan sebagainya.
      
Karena itulah mengapa disetiap kejadian musibah, kaum perempuan banyak yang menjadi korban jika dibanding dengan kaum laki-laki. Berlatar belakang dari kenyataan inilah terketuk semangat kepeduliaannya untuk membangun wawasan dan pemahaman bencana kepada kaum perempuan dalam rangka mewujudkan perempuan siaga bencana untuk menciptakan kampung tangguh bencana.
    
"Saya menggandeng BPBD Bantul dan kalangan praktisi kebencanaan dalam program ini, karena mereka-mereka adalah pakar di bidangnya". katanya.
     
Ada empat praktek simulasi bencana yang diberikan oleh BPBD Bantul dan praktisi bencana, yakni simulasi jika terjadi gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kebakaran. Empat materi ini menurut isti dianggap penting dan harus dipahami oleh perempuan, karena kondisi wilayah di empat kapanewon ini sangat rentan dengan kejadian dan musibah itu.
 
Diharapkan dengan adanya bekal pengetahuan terkait dengan musibah  atau kebencanaan, kaum perempuan bisa mengerti bagaimana harus bertindak. Dengan demikian korban dari pihak perempuan dapat diminimalisir.
    
"Saya berharap diklat singkat dan padat ini bisa menjadi bekal bagi kaum perempuan dalam menghadapi bencana" ungkapnya.
     
Isti juga berharap para perempuan peserta diklat ini dapat menularkan ilmunya di kampung nya masing-masing sehingga harapan dan cita-cita menciptakan perempuan siaga bencana dapat terwujud, dan tentunya terbentuknya kampung tangguh bencana bukan sekedar impian akan tetapi bisa menjadi kenyataan, ketika semua masyarakat memiliki bekal dan ilmu tentang kebencanaan. (*)