Jangan Sampai, Tong Sampah Menjadi Sampah

Jangan Sampai, Tong Sampah Menjadi Sampah

OLEH : Retnantoro

MASIH segar dalam ingatan saya, dua penggalan kalimat yang diungkapkan Pak Walikota sewaktu meluncurkan maskot kebersihan Malioboro : Jaka dan Lisa.

Pertama, Pak Haryadi mengingatkan : “Kurangi tong sampah, tambah orang dan petugas yang memungut sampah!”. Kedua, beliau mewanti-wanti : “Jangan sampai tong sampah, menjadi sampah!”.

Menurut sebuah survey, ada lebih 130 tong sampah di sepanjang Malioboro. Artinya, kalau dijajar dari utara Jalan Malioboro sampai titik nol, ada 1 tong sampah untuk setiap 10 meter.

Sayangnya, dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya dalam kondisi perlu mendapat perhatian. Minimal tutupnya hilang. Juga, tampak sedikit kotor. Salah satunya, karena sampah yang meluber, akibat lamanya penundaan waktu pengangkutan sampah, dari tempat sampah ke tempat pembuangan sampah sementara.

Sayangnya juga, sampah masih banyak terlihat berserakan di sepanjang jalan utama kawasan Malioboro. Baik sampah yang bersumber dari pelaku ekonomi, pengunjung, dan siapa pun yang beraktivitas di kawasan Malioboro.

Kalau yang pertama, lebih disebabkan oleh kurangnya petugas pengangkut sampah. Bayangkan, hanya ada total 6 petugas kebersihan untuk mengcover wilayah sepanjang jalan utama kawasan Malioboro. Mereka dibagi tiga shift untuk bersih-bersih dan mengangkut sampah : pagi setelah subuh, siang sekitar jam 11.00, dan malam setelah jam 21.00 WIB.

Sementara yang kedua, lebih disebabkan budaya bersih. Lebih menggunakan bahan-bahan yang berpotensi menjadi sampah. Membuang sampah tidak pada tempatnya. Tidak mengutip/memungut sampah, ketika melihat sampah.

Gerakan Jaka-Lisa, singkatan dari Jaga Kebersihan dan Lihat Sampah Ambil, yang dimotori oleh Komunitas Pedagang Kaki Lima Kawasan Malioboro dan didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Jogja, agaknya menjadi salah satu solusi untuk menjadikan kawasan Malioboro khususnya dan Kota Jogja pada umumnya, menjadi lebih bersih dan indah. Tentu dengan syarat, kita sadari bersama dan kita lakukan bersama pula. Semoga

Penulis Pedagang Lesehan/Pegiat Gerakan “Jaka Lisa” Malioboro