Kasus Gereja Hayam Wuruk: Penolakan Jemaat terhadap Pendeta Baru Itu Nyata

Kasus Gereja Hayam Wuruk: Penolakan Jemaat terhadap Pendeta Baru Itu Nyata

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Penolakan jemaat terhadap Pendeta Muda (Pdm) Raden James Prayitno Tjahjono untuk menjadi gembala di Gereja Pantekosta Hayam Wuruk, bukan pernyataan tanpa dasar. Penolakan itu benar-benar terjadi.

Tercatat ada 697 orang jemaat Gereja Pantekosta Hayam Wuruk yang membuat pernyataan menolak pelantikan Pdm Raden James Prayitno Tjahjono. Selain itu, ratusan jemaat mendukung gembala lama Pdt Lianawati, sekalipun sudah sangat tua.

“Kami, Majelis Jemaat hanya menampung aspirasi jemaat. Mereka benar-benar menolak. Semua mencatatkan namanya dan menyerahkan fotokopi KTP sebagai bukti. Jadi, tidak benar sama sekali kalau dikatakan yang menolak hanya pengurus,” tandas Anton Sutrisno, Koordinator Majelis, kepada koranbernas.id, Senin (21/9/2020) siang, di Yogyakarta.

Dalam pemberitaan sebelumnya (19/9/2020), Ketua Majelis Daerah Gereja Pantekosta di Indonesia, Pdt Samuel Tandiassa, mengklaim bahwa tidak benar jemaat Gereja Pantekosta Hayam Wuruk menolak penunjukan gembala baru Pdm R James Prayitno Tjahjono. Disebutkan, yang menolak hanya pengurus Majelis Jemaat.

Anton Sutrisno kemudian mengeluarkan tumpukan surat pernyataan dari dalam tas dan menjerengnya di atas meja. Semua dilampiri fotokopi KTP. Sepanjang pengamatan koranbernas.id, daftar nama itu memiliki karakter coretan yang berbeda, menunjukkan bahwa nama-nama itu diduga kuat tidak ditulis oleh satu orang. Ada juga warna tinta yang berbeda.

Belum siap

Penolakan jemaat terhadap Pdm James, kata Anton, memiliki dasar yang kuat. Para jemaat mengenal betul siapa R James Prayitno, termasuk perilakunya sehari-hari. Cucu almarhum Pdt Gideon Sutrisno, pendiri Gereja Pantekosta Hayam Wuruk itu, dalam pandangan para jemaat, terutama yang sudah berumur, belum cukup siap untuk menjadi gembala jemaat.

Majelis Jemaat, menurut Anton Sutrisno, tidak pernah mengucilkan atau membatasi aktivitas R James Prayitno. Majelis bahkan pernah memberinya kesempatan untuk memimpin satu pertemuan persekutuan kecil, guna berlatih mempersiapkan diri bila memang berkeinginan mengabdi sebagai pendeta dan menggembalakan jemaat. Namun, seusai pertemuan, para jemaat memberikan respon negatif terhadap penampilan perdana itu.

Dalam tradisi gereja Pantekosta, jelas Anton, seseorang yang terpanggil untuk menjadi pelayan umat, mengawali karir sebagai pendeta pembantu. Itu harus dijalani sekitar dua tahun. Setelah itu, ia dilepas untuk mengumpulkan umat baru sebagai pendeta muda. Bila sudah cukup matang, dia baru bisa menjadi pendeta dan memimpin jemaat.

Menurut Anton, penunjukan Pdm James Prayitno untuk menjadi gembala di gereja Hayam Wuruk menggantikan nenek tirinya, Pdt Lianawati, terlalu dipaksakan. Ia menduga ada agenda terselubung dari Majelis Pusat maupun Majelis Daerah dengan memaksakan pelantikan Pdm James. Apalagi, pemberhentian Pdt Lianawati disertai perintah untuk menyerahkan seluruh aset gereja.

Menyingkirkan keturunan Gideon Sutrisno

Ketua Majelis Daerah GpdI, Pdt Samuel Tandiassa, kepada koranbernas.id, Jumat (18/9/2020) lalu, mengatakan pengurus Majelis Jemaat Gereja Pantekosta Hayam Wuruk sejak lama berupaya untuk menyingkirkan keturunan almarhum Pdt Gideon Sutrisno dari gereja. Penolakan terhadap Pdm James adalah salah satu contoh. Sebelum itu, paman James, R Timotius Suwiji, yang digadang-gadang menggantikan ayahnya, Pdt Gideon Sutrisno, juga mendapat penolakan.

Menurut Drs Y Poerwadi yang mendampingi Pdt Samuel Tandiassa, almarhum Pdt Gideon Sutrisno sebelum meninggal tahun 1991 pernah berpesan kepadanya. Isi pesan itu, anaknya yang bermukim di AS, Raden Timotius Suwiji, agar meneruskan tugas sang ayah menjadi gembala umat di gereja Hayam Wuruk.

Wasiat itu pun kemudian disampaikan kepada Timotius Suwiji, yang kemudian pulang ke Yogyakarta. Ketika R T Suwiji diminta aktif di Gereja Hayam Wuruk, pengurus Majelis Jemaat Gereja Hayam Wuruk seperti tidak memberi ruang gerak kepada calon gembala baru itu.

Karena terus mendapatkan penolakan, kata Pdt Samuel Tandiassa, akhirnya Raden Timotius Suwiji memilih kembali ke Amerika.

Tentang kisah itu, Koordinator Majelis Jemaat Anton Sutrisno meluruskan, cerita itu tidak sepenuhnya benar. Memang, katanya, putera Pdt Gideon Sutrisno itu sempat pulang ke Yogyakarta untuk menggantikan ayahnya sebagai gembala umat. Namun, dalam pembicaraan antara Majelis Daerah dan Majelis Pusat, justru menghasilkan keputusan yang ditunjuk untuk melanjutkan tugas Pdt Gideon adalah sang istri, Pdt Lianawati.

Surat Keputusan Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia itu terbit pada 14 Agustus 1995 ditandatangani Ketua Umum MP, Pdt A.H. Mandey, dan Sekretaris Umum Pdt R Tim Kastanya. Sejak itu, Pdt Lianawati menjadi gembala umat sampai dipaksa berhenti oleh Majelis Pusat, bulan Juni 2020.

“Selain ibu Lianawati, calon gembala waktu itu ada beberapa orang. Dua putera Pak Gideon yang sudah menyandang pendeta muda juga ikut menjadi kandidat. Yaitu Pak Suwiji dan Pak Budi Tjahjono, ayah James Prayitno. Ya karena keputusan Majelis Pusat adalah ibu Lianawati, maka Pak Suwiji kembali ke Amerika,” jelas Anton Sutrisno.

Ia menambahkan, tidak ada sama sekali niat untuk menyingkirkan keturunan almarhum Pdt Gideon Sutrisno. Dan di dalam AD dan ART GPdI, tidak ada aturan bahwa keturunan pendeta harus melanjutkan penggembalaan umat.

“Menjadi pendeta itu panggilan Tuhan,” ujar Anton. (*)