Kasus TBC di Sleman Sulit Dituntaskan

Kasus TBC di Sleman Sulit Dituntaskan

KORANBERNAS.ID,SLEMAN-- Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr Cahya Purnama menyampaikan sebagai daerah dengan penduduk terbesar di DIY, yaitu 1.087.339 jiwa (semester I 2021), TBC hingga kini menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan yang masih belum dapat dituntaskan. Data Dinas Kesehatan Sleman tahun 2017-2019 menunjukkan angka kesakitan TBC yang terus meningkat. 

Tahun 2020-2021 temuan kasus menurun. Fenomena ini akibat pengaruh pandemi Covid-19 yang menyebabkan kegiatan aktif untuk menemukan kasus TBC terkendala. 

"Realisasi penemuan kasus dan pengobatan TBC di Kabupaten Sleman pada tahun 2021 baru mencapai 983 kasus, lebih rendah dari target Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 2546 kasus. Sementara itu, kasus TB kebal obat yang ditemukan pada tahun 2021 sebanyak 22 kasus, mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya," kata Cahya, Senin (5/9//2022).

Menurut Cahya, perlu inovasi dan strategi baru untuk bisa menjangkau populasi resiko tinggi yang didukung oleh segenap lintas sektor. Hal ini penting agar program skrining aktif TBC yang diinisiasi melalui ZeroTB ini dapat dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat. 

"Kami berharap masyarakat Sleman dapat memanfaatkan skrining kesehatan gratis ini, yang seluruh pembiayaannya didukung sepenuhnya oleh program ZeroTB,” ujarnya.

Skrining x-ray mobile akan menjangkau seluruh Kapanewon di Kabupaten Sleman, melalui Puskesmas di wilayahnya, dengan Kapanewon Ngemplak sebagai inisiasi lokasi pertama. Mereka hanya perlu masuk ke mobil skrining x-ray lalu difoto, dan hasilnya akan menentukan apakah perlu ditindaklanjuti dengan tes cepat molekuler. 

Kini ZeroTB Yogyakarta hadir di Kabupaten Sleman dan dikemas secara komprehensif oleh Dinas Kesehatan Sleman bersama lintas sektor terkait untuk menyediakan Skrining TBC diseluruh wilayah Kabupaten Sleman. Kegiatan diprioritaskan pada populasi dengan risiko tinggi seperti pemukiman padat, daerah dengan sanitasi buruk, serta masyarakat dengan komorbid. 

Skrining dikemas dalam satu rangkaian skrining kesehatan lain seperti Posbindu penyakit tidak menular, skrining gangguan mental emosional, konseling dan tes HIV. Selain itu melalui kegiatan senam Germas dengan mekanisme penjadwalan peserta skrining dan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah kerumunan. 

Dinas Kesehatan Sleman telah membuat jadwal pelaksanaan skrining melalui Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Sleman, yang dapat diakses melalui 
laman Dinkes Sleman dan Call Center 087777105032.

"Setelah peresmian, Bupati Kustini turut mengikuti skrining singkat yang diberikan oleh petugas kesehatan, serta mengajak warga untuk mengikuti hal serupa. “Mari Kito Jogo Sleman Seko Beboyo TBC," paparnya.

Sementara Bupati Sleman, Kustini berpesan bahaya TBC masih menjadi tantangan kesehatan yang dapat mengganggu produktivitas warga Sleman bahkan menyebabkan kematian. Dia berharap agar masyarakat Kabupaten Sleman semakin mengenali bahaya TBC dan mengikuti skrining kesehatan yang difasilitasi ZeroTB Yogyakarta.

"Sehingga bagi warga yang terdeteksi TBC bisa segera diobati dan sembuh," kata Kustini.

Apalagi lanjut Kustini, Indonesia memiliki target untuk eliminasi TBC di tahun 2030. Sedangkan di Kabupaten Sleman, temuan kasus TBC masih belum mencapai target. Oleh karena itu, Kustini berharap agar sosialisasi terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman TBC. 

Dengan kesadaran ini masyarakat diharapkan secara aktif melakukan tes atau deteksi dini serta melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan. Melalui program Zero TB Goes To Sleman ini, masyarakat benar-benar dapat memperoleh kemudahan pemeriksaan.

"Sehingga dapat dilakukan investigasi kontak. Harapannya program Zero TB Goes To Sleman ini dapat mendukung eliminasi tuberculosis,” tuturnya.

Direktur ZeroTB Yogyakarta, Rina Triasih menyampaikan ZeroTB Yogyakarta adalah sebuah inisiatif penanggulangan TBC yang berlandaskan tiga elemen. Yaitu penemuan kasus secara aktif, pengobatan yang efektif dan pencegahan TBC pada kontak serumah dengan penderita. Inisiatif ini bertujuan untuk menurunkan kasus TBC di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menyusun dan melaksanakan kegiatan yang komprehensif dan melibatkan multi sektor. 

Target yang ingin dicapai adalah penurunan kasus TBC hingga 50% dalam waktu lima tahun. Program ini telah dimulai sejak tahun 2020 di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo.

"Hingga saat ini berlanjut di Kabupaten Sleman," jelasnya.(*)