Kebangkitan Seni Tari Era Kebiasaan Baru

Kebangkitan Seni Tari Era Kebiasaan Baru

KEHADIRAN virus Covid-19 memberikan perubahan besar terhadap kehidupan umat manusia. Virus ini memaksa masyarakat menghindari interaksi secara langsung atau menjaga jarak, rajin mencuci tangan dan menggunakan masker. Interaksi masyarakat secara langsung dibatasi dan disarankan berinteraksi secara daring atau online. Upaya ini dilakukan untuk menekan laju penularan virus Covid-19 di masyarakat.

Kondisi di atas tentu memberikan dampak tersendiri bagi dunia seni budaya, khususnya seni tari. Selama ini, dunia seni tari kental dengan tradisi pementasan yang mengundang banyak orang untuk menyaksikan pentas tari. Pada masa pandemi, konsep pementasan ini tentunya tidak mungkin dilakukan karena pemerintah melarang kerumunan massa yang dianggap dapat menjadi sarana penularan virus Covid. Padahal, para seniman tari atau penari tetap harus berkarya dan mementaskan karyanya kepada publik sebagai sarana berkreasi dan memperoleh manfaat ekonomi. Tanpa memperoleh manfaatkan ekonomi, penari akan sulit bertahan hidup dan kesulitan menghasilkan tari-tari berkualitas.

Pentas di Media Sosial

Penari atau seniman tari dituntut untuk berkreasi, untuk mencari solusi problematika di atas. Penari-penari atau seniman tari dalam memanfaatkan produk-produk teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan pentas virtual atau daring. Dengan konsep pentas seperti ini, masyarakat tetap dapat mengakses produk seni yang dihasilkan tanpa perlu mengkhawatirkan potensi penularan virus Covid-19.

Saat ini, penari atau seniman tari mulai memanfaatkan berbagai platform media sosial seperti Instagram, Youtube, Facebook dan Tik Tok untuk melakukan pementasan. Penari mulai memanfaatkan Youtube, Instagram, Facebook dan Tik Tok untuk melakukan pentas virtual. Saat ini media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi dan promosi di kalangan penari atau seniman tari, tetapi dimanfaatkan sebagai media untuk melakukan pentas tari.

Pementasan virtual dengan memanfaatkan media sosial memberikan peluang akses yang lebih luas kepada masyarakat. Pentas tersebut dapat diakses oleh masyarakat Indonesia dan internasional. Kondisi ini berbeda jika pementasan dilakukan di gedung pementasan. Hasil survei yang dilakukan oleh Kominfo dan Katadata Insight Center di 34 provinsi menunjukkan bahwa 99,7 masyarakat memiliki handphone yang di dalamnya terinstalasi WA, Youtube dan Facebook (2020). Data tersebut menunjukkan potensi akses yang lebih besar terhadap pentas virtual. Dengan menggunakan handphone yang dimiliki masyarakat dapat menyaksikan pentas virtual yang disajikan melalui Youtube, facebook dan media sosial lainnya.

Dengan menyelenggarakan pentas virtual memanfaatkan media sosial seperti Youtube, Tik Tok dan Instagram memungkinkan penari atau seniman tari mendapatkan keuntungan ekonomi. Apabila pentas virtual yang ditonton oleh banyak orang dan media sosial penari atau seniman tari diikuti oleh banyak orang, memungkinkan mendatangkan keuntungan ekonomi. Semakin banyak pengikut dan penonton di Youtube Channel akan mendorong dunia usaha untuk melakukan promosi atau beriklan di Youtube Channel tersebut. Konsep ini juga tidak jauh berbeda di media sosial Instagram dan Tik Tok.

Penari Generasi Tik Tok

Pandemi tidak selamanya memberikan dampak negatif bagi dunia seni tari.  Era pandemi justru menjadi berkah tersendiri bagi penari atau seniman tari. Era pandemi ini justru merangsang kreativitas seniman tari untuk mencari alternatif media pementasan. Salah satu media alternatif yang menjadi pilihan penari untuk melakukan pementasan ada Tik Tok.

Ambyar People merupakan salah satu dance group yang memanfaatkan Tik Tok untuk menampilkan karya-karya. Ambyar People memutuskan untuk tetap berkarya pada masa pandemi ini dengan memanfaatkan media sosial seperti Tik Tok. Karya dance group asal Yogyakarta ini semakin dikenal oleh masyarakat baik di level nasional maupun internasional. Popularitas mereka, menyebabkan group ini menerima banyak iklan di channel ini. Dance group ini memperoleh keuntungan ekonomi dengan menyajikan karyanya atau menyelenggarakan pentas virtual di Tik Tok.

Popularitas Ambyar People saat ini mengantarkan mereka sebagai bagian dari pengisi acara di salah satu stasiun televisi nasional. Masyarakat dapat menyaksikan gerak tubuh dari anggota dance group pimpinan Firman Setyo Anam pada  acara “Sore-sore”  di salah satu stasiun televisi nasional.

Pentas virtual yang dilakukan di Tik Tok tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi para personil Ambyar People. Ambyar People menari dengan latar belakang berbagai objek wisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dance group ini secara tidak langsung melakukan promosi berbagai objek yang ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah.  Promosi ini menjadi efektif karena dilakukan di media sosial. Usaha yang dilakukan oleh dance group ini mampu membantu memulihkan  kondisi pariwisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Semoga pariwisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah kembali bergairah. *

 

Heri Abi Burachman Hakim, SIP., MIP

Pranata Humas ISI Yogyakarta