Keraton Yogyakarta Dua Kali Tiadakan Garebeg Syawal, Ini Alasannya

Keraton Yogyakarta Dua Kali Tiadakan Garebeg Syawal, Ini Alasannya

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA--Keraton Yogyakarta kembali memutuskan tidak menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Syawal pada Idul Fitri 1442 Hijriah. Tradisi turun temurun yang telah berusia ratusan tahun ini tidak dilaksanakan, guna menghindari kerumunan dan menekan penyebaran Covid-19.

Garebeg Syawal yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat ini, merupakan wujud syukur Raja Keraton Yogyakarta. Biasanya dimeriahkan dengan tujuh buah gunungan yang berisikan hasil bumi dan dikawal oleh iring-iringan prajurit keraton. Sebelum dibagikan kepada masyarakat, prosesi arak-arakan gunungan ini selalu menarik perhatian ribuan wisatawan, baik lokal maupun internasional.

Sebelum dibagikan kepada masyarakat, gunungan tersebut diarak terlebih dahulu mulai dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju Halaman Masjid Agung (Masjid Gedhe) di Kauman, yang berjarak kurang lebih 1 km. Di masjid ini, Kyai Penghulu dan para ulama keraton beserta para abdi dalem, akan memanjatkan doa untuk kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan, serta keselamatan bagi keluarga keraton, rakyat Yogyakarta dan seluruh Indonesia.

Walaupun garebeg ditiadakan, keraton tetap akan melakukan penyesuaian prosesi pembagian rengginang secara terbatas, untuk kalangan internal keraton. Selain dibagikan pada abdi dalem, rengginang juga akan dibagikan ke dua tempat yang berbeda sebagaimana tradisi garebeg sebelum-sebelumnya, yaitu Puro Pakualaman dan Kepatihan.

Peniadaan beberapa tradisi yang dapat memicu kerumunan ini, tidak mengurangi atau menghilangkan makna garebeg itu sendiri. Prosesi ini sebagai bentuk konsistensi keraton dalam melestarikan budaya dalam berbagai situasi.

“Meski tidak ada prosesi arak-arakan prajurit dan gunungan, garebeg tetap tidak kehilangan esensinya, yakni perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi yang dibagikan untuk rakyatnya,” papar Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta GKR Condrokirono, Rabu (12/05/2021).

Condrokirono menambahkan, kegiatan wisata keraton selama Idul Fitri 2021 juga akan ditutup selama dua hari, Kamis-Jumat (13-14/5/2021). Segala kegiatan pementasan paket wisata di Keraton Yogyakarta juga masih diliburkan hingga waktu yang belum ditentukan.

Sebagai gantinya, pada masa pandemi ini Keraton Yogyakarta giat menghadirkan konten seputar keraton melalui media sosial dan Youtube Kraton Jogja. Keraton melalui KHP Nitya Budaya juga tengah menggelar pameran temporer bertemakan Bojakrama: Jamuan Kenegaraan keraton Yogyakarta secara daring dan luring.

Selama pandemi, produksi konten budaya terus menerus dilakukan dan disiarkan secara daring. Diantaranya Uyon-uyon Hadiluhung dan Pentas Wayang Wong Lakon Pandawa Mahabhiseka.

“Selain bertujuan sebagai sarana edukasi virtual mengenai keraton, konten tersebut diharapkan dapat menjadi referensi kegiatan dan sajian budaya yang dapat dinikmati masyarakat sembari tetap berada di rumah,” jelasnya.

Sebelumnya, Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta mengungkapkan, keraton memang sengaja tidak menggelar rangkaian hajad dalem di masa pandemi Covid-19. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kerumunan masyarakat yang berpotensi menularkan virus.

“Pokoknya saya nggak mau melakukan yang kira-kira berkerumunlah. Garebeg dan sebagainya sudah kita tunda agar tidak jadi omongan orang di kondisi pandemi seperti ini. Saya berharap masyarakat juga melakukan hal yang sama, menunda kerumunan,” tutupnya.(*)