Keraton Yogyakarta Meluncurkan 16 Gendhing Gati, Paduan Gamelan Jawa dan Instrumen Barat

Keraton Yogyakarta Meluncurkan 16 Gendhing Gati, Paduan Gamelan Jawa dan Instrumen Barat

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Keraton Yogyakarta meluncurkan Album Gendhing Gati Volume 2, Rabu (28/10/2020). Album berisi 16 instrumen atau gendhing gati yang diciptakan KHP Kridhomardowo Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat itu dirilis dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda.

Dari 16 judul gendhing gati itu terdiri dari 14 gendhing lama yang direkam kembali serta dua gendhing baru berjudul Gendhing Gati Taruna dan Gendhing Gati Bhinneka. Kedua gendhing baru ini sengaja diciptakan untuk merepresenstasikan kebhinekaan Indonesia dan Sumpah Pemuda.

“Dua gendhing ditampilkan secara live hari ini dengan durasi sekitar sepuluh menit untuk dua gendhing,” ujar  Penghageng (pimpinan-red) dari KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta, KPH Notonegoro, di Keraton Yogyakarta.

Menurut Notonegoro, peluncuran gendhing baru ini merupakan kelanjutan rilis Gendhing Gati Mardika pada peringatan HUT RI tanggal 17 Agustus 2020. Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X memerintahkan membuat dua gendhing baru dalam rangka Hari Sumpah Pemuda.

Tim kreatif dibentuk, termasuk memanggil dua Abdi Dalem yaitu MW Susilomadyo untuk mereka-reka komposisi Gendhing Gati Taruna dan RP Ngeksibrongto untuk Gendhing Gati Bhinneka. Kedua gendhing ini kemudian dimasukkan album Gendhing Gati Volume 2.

Album yang dapat disaksikan di sejumlah platform digital ini adalah Gati Bhinneka, Gati Branta Wiwaha, Gati Buntal, Gati Harjuna Asmara, Gati Jendral, Gati Kapten, Gati Kingkin, Gati Komis, Gati Kuda, Gati Mandra, Gati Marinir, Gati Padhamara, Gati Priya, Gati Taruna, Gati Usar dan Gati Weni.

“Diharapkan masyarakat bisa menikmati dan mengamati perkembangan karawitan di Keraton Yogyakarta dari masa ke masa," ungkapnya.

Notonegoro menambahkan, gendhing-gendhing yang ditampilkan merupakan asimilasi atau perpaduan dari instrumen tradisional gamelan Jawa dengan instrumen Barat. Tercipta melodi yang baru yang dapat dinikmati kapan dan di mana pun.

Diharapkan para pecinta seni musik tradisional bisa menikmati kolaborasi ini. Dengan demikian pelestarian tradisi Jawa bisa dilakukan semakin optimal.

“Ini spirit yang ingin kami sebarkan juga terutama bagi para pemuda supaya kolaborasi dan toleransi itu indah,” paparnya. (*)