Kesantunan Politik Mulai Bergeser, Saatnya Pemuda Peduli Moralitas Bangsa

Kesantunan Politik Mulai Bergeser, Saatnya Pemuda Peduli Moralitas Bangsa

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Anggota MPR RI Muhammad Afnan Hadikusumo bekerja sama dengan  Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) DIY menyelenggarakan Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneke Tunggal Ika atau lebih dikenal dengan empat pilar kebangsaan. Acara tersebut berlangsung Sabtu (13/3/2021), di Gedung DPD RI DIY Jalan Kusumanegara

Sekretaris PWPM DIY, Dian Korprianing Nugraha, menyatakan peserta terdiri unsur pimpinan harian tingkat wilayah dan daerah se-DIY. Adapun temanya Peran Kebangsaan Pemuda Muhammadiyah dalam Merawat Moralitas Bangsa.

“Kami sengaja memilih tema ini untuk menggugah kembali kesadaran para pemuda mengawal moralitas bangsa. Kita ingin pemuda memiliki concern dalam isu-isu soal moral,” tambahnya.

Ketua PWPM DIY, Anton Nugroho, menambahkan pihaknya merasa prihatin dengan merebaknya isu legalitas miras yang sempat mencuat beberapa waktu lalu.

Pro dan kontra muncul pasca-keluarnya Perpres Nomor 10/2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal. Di dalam lampiran perpres itu tercantum kebolehan berinvestasi dalam industri minuman keras. Akhirnya presiden mencabut lampiran Perpres tersebut.

“Meski lampiran perpres telah dicabut, kami ingin tetap ada kesadaran dari para pimpinan Pemuda Muhammadiyah untuk bersikap antisipatif terhadap setiap gerakan yang bisa meruntuhkan moralitas bangsa,” kata Anton.

Dalam paparannya Muhammad Afnan Hadikusumo mengungkap satu di antara problem mendasar moralitas bangsa ini adalah tidak terpadunya kata dan perbuatan.

“Problematika yang kita hadapi sekarang adalah tidak selarasnya kata dan perbuatan sehingga minim keteladanan,” ujarnya.

Afnan pun menguraikan orientasi materialisme membuat dinamika politik cenderung terseret pada tujuan kepentingan pribadi dan golongan, mengabaikan kepentingan bangsa.

“Yang mengkhawatirkan adalah politik tidak didedikasikan untuk memperjuangkan kepentingan publik (rakyat).  Masih sekadar dijadikan alat berebut kekuasaan. Politik sebagai kendaraan untuk memperebutkan kekuasaan ini sudah membudaya di bangsa ini,” kata dia.

Kesantunan politik

Dia melihat apabila ada pergantian pengurus sebuah partai atau organisasi, selalu sibuk dengan keributannya sendiri. Ini terjadi karena adanya orientasi kekuasaan yang diperebutkan. Bahkan tidak segan menggunakan cara-cara yang mengingkari hati nurani.

“Fatsun dan kesantunan berpolitik mulai bergeser. Inilah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh kader Pemuda Muhammadiyah bersama dengan komponen bangsa lainnya,” kata cucu pahlawan nasional Ki Bagoes Hadikoesoemo itu.

Sekjen Asosiasi Badan Usaha Milik Daerah Seluruh Indonesia (BUMDSI), Ahmad Syauqi Suratno, mengatakan bagi Muhammadiyah soal Pancasila sudah clear karena sejak awal Muhammadiyah sepakat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

“Maka lebih penting sekarang ini proses internalisasi nilai-nilai Pancasila tersebut agar bisa terimplementasikan dalam kehidupan bangsa,” terangnya. (*)