Kicau Pembawa Rezeki, Kompetisi Peninggi Tensi

Kicau Pembawa Rezeki, Kompetisi Peninggi Tensi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Lewat program Dokumenter Foto, FKY 2022 menyuguhkan catatan salah satu klangenan atau hobi yang tumbuh di masyarakat, yaitu burung kicau. Selain suaranya yang khas, burung secara simbolis dianggap bisa membawa keberuntungan atau perlindungan bagi para pemiliknya.

Tak heran, banyak masyarakat yang tertarik memelihara burung kicau di rumahnya. Tim Dokumenter Foto FKY 2022 mengabadikan momen-momen menarik dan beragam subjek dalam catatan yang dipresentasikan secara daring di website dengan judul Kicau Pembawa Rezeki, Kompetisi Peninggi Tensi.

Hobi burung kicau ternyata memiliki banyak irisan yang tidak hanya memberi makan dan memandikan burung. Bagi kicaumania, sebutan untuk orang-orang yang memiliki minat terhadap burung kicau, terdapat kompetisi yang harus mereka ikuti.

Kompetisi burung kicau, atau dalam bahasa Jawa disebut gantangan manuk, merupakan salah satu ajang yang dianggap prestise oleh pemain (istilah untuk pemilik burung). Jenis burung yang diikutsertakan juga beragam, seperti murai batu, cucak hijau, anis merah, kacer, cendet, kenari, love bird, anis kembang, branjangan, hwamey, dan tledekan.

Di Yogyakarta sendiri, ada beberapa kompetisi bergengsi yang bisa diperebutkan oleh para pemain, di antaranya Piala Raja Hamengku Buwono dan Piala Pakualam. Peserta yang ikut pun banyak yang berasal dari luar daerah. Tidak tanggung-tanggung, hadiah yang bisa dibawa pulang, selain sertifikat dan trofi piala raja, adalah uang jutaan rupiah hingga mobil.

Dalam proses pencatatan yang dilakukan, Tim Dokumenter Foto FKY bertemu dengan salah satu legenda hidup yang pernah menjuarai beberapa ajang bergengsi, yaitu Sukirno.

Cucak hijau miliknya yang dijuluki Marvel merupakan salah satu burung langganan juara. Ia menceritakan bahwa Marvel pernah ditawar hingga ratusan juta, tetapi ia menolak melepaskan burung kesayangannya tersebut.

Kompetisi burung kicau bukanlah kegiatan yang tidak menghabiskan banyak waktu dan biaya.

"Layaknya atlet, burung pun juga mendapatkan perlakuan khusus. Mereka banyak merogoh kocek untuk merawat burung kesayangannya, memberikan pernak-pernik, serta pakan super," kata Sukirno saat dihubungi beberapa waktu lalu.

"Oleh sebab itu, kompetisi kerap kali menjadi ajang pertaruhan harga diri dan rezeki para pemain. Tak heran, atmosfer memanas dan kadang menyebabkan konflik antarpemain," kata dia.

Kurniadi Widodo, Pemrogram Dokumenter Foto, menceritakan bahwa banyak hal menarik yang bisa diabadikan dari fenomena burung kicau.

Ia mendapati bahwa ekosistem burung kicau ternyata memiliki cakupan yang sangat luas. Ekosistem ini bisa terdiri dari penyelenggaraan kompetisi burung kicau, kemudian penyelenggara acara kompetisi, peternak burung, pembuat sangkar, peracik pakan/vitamin, dokter burung, dan sebagainya.

"Burung kicau tidak sekadar hobi, tapi banyak orang-orang yang mendapat penghidupan dari situ," lanjutnya.

Program Dokumenter Foto mencoba memberikan alternatif pencatatan bentuk-bentuk kebudayaan yang termanifestasi maupun diekspresikan dalam situasi dan laku keseharian di masyarakat. Foto menjadi salah satu pintu masuk yang paling mudah diakses oleh segala lapisan masyarakat untuk melongok banyak isu.

Dengan menyoroti praktik dan situasi keseharian melalui perspektif kebudayaan yang kritis, program Dokumenter Foto berkeinginan mengajak masyarakat untuk bisa memandang ulang dan membingkai hal-hal sederhana di sekitarnya dalam narasi kebudayaan. (*)