Kisah Mistis di Balik Indahnya Pantai Jungwok

Kisah Mistis di Balik Indahnya Pantai Jungwok

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL-- Sejumlah wisatawan tampak memandangi ombak yang bergulung-gulung menyapu lembut hamparan pasir putih. Angin yang bertiup terasa sangat segar.

Ini hanya sepenggal lanskap indahnya Pantai Jungwok di Desa Jepitu Kecamatan Girisubo Gunungkidul. Tetapi siapa menyangka, di balik keindahan tersebut terdapat cerita beraroma mistis.

Kisah itu dimulai suatu malam, tatkala tujuh orang wisatawan asal Klaten Jawa Tengah mendatangi pantai tersebut. Tak berselang lama tiba di lokasi, mereka duduk menghadap arah semak-semak pepohonan.

Kebetulan bertepatan malam Jumat Legi. Anehnya mereka semalaman seperti tidak beranjak, seolah-olah mendapati sesuatu yang mengesankan seperti menikmati pertunjukan yang menarik.

Paginya, penduduk setempat heran saat mereka bercerita seputar keramaian tadi malam beserta meriahnya pergelaran wayang kulit.

Warga menangkap sesuatu yang aneh karena tidak ada tanggapan wayang kulit. Rasa heran itu bertambah, sebab tempat yang ditunjuk sebagai panggung pergelaran wayang kulit semalam suntuk tidak lebih dari semak-semak.

Kisah beraroma mistis yang terjadi sekitar tahun 2017 itu kembali diceritakan Ridwan (62), Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Jungwok di sela-sela menerima kunjungan kerja Komisi B DPRD DIY ke pantai tersebut, pertengahan Oktober 2020.

Mengutip cerita wisatawan yang mengalami peristiwa supranatural itu, Ridwan menyatakan saat kejadian di desanya tidak ada pergelaran wayang kulit.

“Mereka melihat kok ada panggung seperti wayangan. Dalangnya siapa kok bagus men. Katanya mereka melihat pertunjukan wayang kulit. Orang di sini nggak tahu kalau ada wayang kulit,” kata Ridwan menirukan ucapan wisatawan itu kemudian menunjuk arah rimbunan pohon waru yang disebut sebagai pasar jin.

Jin merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Sekadar untuk mengingat-ingat, pokdarwis setempat berinisiatif memasang papan peringatan “dilarang masuk” lokasi yang disebut pasar jin tersebut.

Terlepas dari cerita itu, daya tarik pantai yang lokasinya tidak jauh dari Pantai Wedi Ombo tersebut memang luar biasa. Salah satu kelebihannya adalah masih alami. Dari hamparan pantai berpasir putih itu wisatawan dapat menyaksikan pulau Burung Gelatik atau sering juga disebut Pulau Kalong.

Konon, asal usul nama Jungwok bermula dari peristiwa terdamparnya kapal (jung) di pantai itu. Saat ditanya tahun berapa kejadiannya, warga tidak ingat kecuali menerima dari orang tua mereka. Begitu seterusnya turun temurun.

Secara resmi, pemerintah desa setempat menyebutkan asal usul pantai itu berlatar belakang letusan Gunung Manjung ratusan juta tahun silam mengakibatkan Gunung Manjung krowok kemudian muncul nama Jungwok.

Saat ini pemerintah desa setempat terus mempromosikan destinasi wisata ini. Jungwok tidak saja memiliki latar belakang sejarah cukup menarik, tetapi juga menawarkan kedamaian.

Di pantai ini memang belum terdapat fasilitas olahraga air atau water sport, namun semua itu tergantikan indahnya hamparan pasir putih yang memikat wisatawan.

Pengelola juga menawarkan paket wisata beach camp beserta fasilitas sewa tenda. Terdapat pula warung-warung kecil namun jam bukanya terbatas.

Pantai Jungwok resmi dibuka 2012. Awalnya swadaya warga. Dinas Pariwisata DIY pada 2014 memberikan fasilitasi. Saat ini Pokdarwis Pantai Jungwok beranggotakan 63 orang.

“Harapan kami ke depan, masyarakat bisa berusaha dari pariwisata dan meningkatkan ekonomi,” kata Ridwan.

Pimpinan dan anggota Komisi B DPRD DIY yang salah satunya membidangi pariwisata meminta Pemda DIY mendorong pengembangan pantai tersebut.

“DIY sudah mendeklarasikan sebagai daerah wisata. Cita-citanya level Asia. Kita punya banyak destinasi wisata yang luar biasa, embrionya sudah dibangun oleh masyarakat,” ungkap Dwi Wahyu Budiantoro, Wakil Ketua Komisi B DPRD DIY.

Meski kendaraan rombongan wakil rakyat itu sempat “tersesat” mumbul-mumbul melintasi jalan tak beraspal, kunjungan ke lokasi Pantai Jungwok rasanya tidak sia-sia. Rasa lelah tergantikan oleh pemandangan yang indah.

Didampingi Sekretaris Komisi B, Atmaji dan anggotanya antara lain Sinarbiyatnujanat, lebih jauh Dwi mengaku siap memperjuangkan aspirasi pokdarwis. Pemda DIY didorong memberikan dukungan sepenuhnya. “Kalau perlu dikeroyok bareng-bareng,” kata dia.

Dia mengakui masih ada persoalan klasik yaitu minimnya fasilitas infrastruktur maupun telekomunikasi. Hingga saat ini masih banyak area blank spot di Gunungkidul.

“Wifi belum masuk tempat wisata. Harapan kami pada 2021 pariwisata menjadi basis kebangkitan ekonomi,” ucapnya. (*)