Kopi Starbucks Berasal dari Biji Kopi Purworejo

Kopi Starbucks Berasal dari Biji Kopi Purworejo

KORANBERNAS.ID -- Totok Sugiarto, pegiat kopi dari kawasan Goa Seplawan Kaligesing Purworejo Jawa Tengah berkesempatan memamerkan kopi racikannya ke Moscow.

Saat itu dirinya hanya berdua dengan temannya, masing-masing membawa kopi kemasan 100 gram semuanya seberat 4 kg.

"Kami rencananya ikut pameran selama empat hari. Kopi racikan habis pada hari kedua," ujar Totok.

Pada hari berikutnya dia hanya membagikan pamflet. Dia pun menerima pesanan kopi dalam jumlah besar namun belum menyanggupi karena kemampuan produksinya terbatas.

Beruntung Kementerian Koperasi dan UMKM menangkap peluang tersebut kemudian menyelenggarakan pelatihan pengolahan kopi serta pembuatan pakan ternak, Sabtu (23/11/2019), di Hotel Sanjaya Inn Purworejo.

Totok selaku narasumber membagi pengalamannya mengelola kopi sekaligus beternak kambing Etawa.

Kotoran kambing etawa ternyata sangat bagus untuk pupuk kopi dan mampu menghasilkan kopi dengan cita rasa tinggi.

Kepada koranbernas.id Totok mengatakan pasar kopi dunia sangat besar. "Semua masyarakat dunia pecinta kopi, namun tidak semuanya memiliki kopi," ungkapnya.

Bahkan, brand kopi sekelas Starbucks dari Amerika memakai biji kopi asal dari Purworejo.

Dia pun makin bersemangat berusaha membangkitkan petani dan prosesor kopi di kabupaten  ini.

Perlu diketahui prosesor kopi adalah sebutan untuk pengolah kopi. Menurut Totok, menjual kopi hendaknya sudah siap saji atau minimalnya raw material (kopi setengah proses), agar harganya tinggi.

Dalam kesempatan itu, Totok mengajarkan pengolahan kopi dengan alat buatan ataupun mesin, serta bagaimana menjadi seorang barista kopi.

"Barista harus mampu menguasai bar sekaligus marketing," ujar pemilik Kopi Seplawan itu.

Saat ini kualitas kopi Purworejo menduduki peringkat 10 se-Indonesia. "Saya pernah mengadakan kenduri kopi yang diikuti 54 pegiat kopi se Kabupaten Purworejo," ujarnya.

Melalui pelatihan tersebut diharapkan petani kopi Purworejo bisa menjual kopinya dengan harga tinggi.

"Yang penting, saya pingin mengembalikan kejayaan kopi Purworejo seperti zaman Belanda dulu, bahwa kopi Purworejo menduduki peringkat tiga besar nasional,” harapnya.

Asisten Deputi Kementerian Koperasi dan UMKM, Haryanto. (w asmani/koranbernas.id)

Rudiman, seorang petani kopi Kaligondang Kecamatan Pituruh tertarik ikut pelatihan tersebut agar bisa menjadi barista.

"Saya berharap mendapatkan ilmu, sekaligus mendapat bantuan alat untuk mengolah kopi," ujar Rudi.

Dia ingin mengembangkan usaha kopi lebih baik karena sebelumnya dia hanya petani kopi.

Asisten Deputi Kementerian Koperasi dan UMKM, Haryanto, mengatakan vokasional pelatihan kopi dan mengolah pakan ternak kali ini bekerja sama dengan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Purworejo.

"Saya pernah main ke rumah Pak Totok di Kaligesing. Luar biasa, dia punya usaha kopi dan kambing 500 ekor," kata Haryanto.

Dia melihat peluang potensi kopi di Purworejo. Kemudian diadakan pelatihan pengolahan kopi karena memang kopi merupakan salah satu komoditas yang ngetren.

"Mau kita bangkitkan sama-sama, kopi Purworejo yang luar biasa," ujar warga Wonoroto Purworejo tersebut.

Kopi ini juga perna dibawa ke Moscow dan memperoleh tanggapan pengunjung cukup baik.

Kopi dikemas dengan baik karena akan  dipasarkan di tiga proyek nasional yaitu pembangunan Bendungan Bener, Badan Otorita Borobudur serta Yogyakarta International Airport. (sol)